Tag Archives: media

Begini caranya bijak bermedia sosial : Menangkal Hoax

 

10 bahkan mungkin 5 tahun lalu, pengguna handphone dan social media enggak sebanyak sekarang. Pertumbuhan pengguna social media dan handphone pada masyarakat, selain dipengaruhi oleh perbaikan ekonomi juga dipengaruhi oleh fungsi dan kebutuhan masyarakat. Sayangnya, selain memberikan pengaruh yang baik, penggunaan social media dan handphone pada masyarakat juga memberikan pengaruh buruk. Salah satunya adalah dengan maraknya penyebaran hoax atau berita bohong.

“Eh tau enggak, si A dipukulin fansnya grup Korea kemaren?” Tau dong kejadian rapper yang kemaren ngaku dipukuli padahal bohong ini? Saya yakin enggak sedikit yang kemakan kebohongan dia. Makanya, kita harus pinter-pinter buat memfilter biar bisa menangkal hoax yang disebarkan oleh siapapun, ya.

Nah, biar enggak kemakan isu dan gampang percaya sama hoax, berikut saya bagikan tips buat kamu ya untuk menangkal hoax ya:

  1. Berita hoax biasanya dikasih judul yang click bait atau menipu agar sensasional dan provokatif. Kalo kamu nemu berita macam gini, sebaiknya cari referensi berita yang berkaitan dari situs online resmi, lalu bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Hal ini dilakuin supaya kamu bisa tau kebenarannya dan bisa menarik kesimpulan yang lebih terpercaya dan berimbang.
  2. Biasanya temen-temen mendapatkan informasi dari social media ataupun situs pemberitaan. Untuk informasi yang diperoleh dari situs pemberitaan yang mencantumkan link atau mengklaim berasal dari situs tertentu, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apakah ada di dalam situs tersebut ataukah tidak. Jika berupa URL,  kalau berasal dari situs yang belum diverifikasi institusi pers resmi, atau hanya domain blog, menurut saya informasinya bisa jadi meragukan. Dewan Pers mengatakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita, namun yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak lebih dari 300.
  3. Penulisan narasi untuk berita biasanya mengungkapkan berbagai fakta. Fakta tersebut perlu divalidasi ke sumbernya dulu lho. Saran saya gunakan metode 5W 1H untuk mengecek fakta tersebut dan carilah sumbernya dari mana, apakah ada narasumber atau saksi langsung. Atau apakah berasal dari institusi resmi. Sebaiknya jangan lekas percaya apabila informasi bersal dari individu seperti pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
  4. Di zaman now, biasanya berita dilengkapi dengan foto. Hal ini berdampak pada manipulasi yang dilakukan. Enggak cuma teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Kadang penyebar hoax mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Buat ngcek foto tersebut, selain meneliti gambar, kamu bisa manfaatin memanfaatkan mesin pencari Google.
  5. Biar hoax enggak semakin merajalela, saran saya kalau kamu menemukan informasi hoax, kamu langsung bisa melaporkan hoax tersebut. Jika di media social, misalnya Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika banyak yang melapor biasanya Facebook akan menghapus konten tersebut.

 

Unsplash

 

Media sosial bagai pisau bermata dua, dapat  menjadi peluang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang sekitar, namun bisa berpotensi negatif dan merugikan banyak orang. Kita sendiri sebagai pribadi yang haru lebih bijaksana dalam memanfaatkan media tersebut. Selain adanya content positif dan memberikan manfaat sekaligus inspirasi bagi banyak orang, di sisi lain banyak kita temukan berita yang cenderung negatif bahkan bisa ditemukan berita palsu yang menyesatkan.

Continue reading Begini caranya bijak bermedia sosial : Menangkal Hoax

Kerja tanpa perlu datang ke kantor?? so what gitu loh?!?!

 

Dalam seminggu terakhir di jagat dunia teknologi dan dunia maya, heboh mengenai problema yang dialami oleh (internal) Yahoo! Global berawal dari memo internal yang dirilis oleh pihak manajemen Yahoo. Sesuai artikel yang saya baca dan telusuri, termasuk salah satu sumber yang terpercaya seperti yang tertulis di artikel The New York Times, lalu juga dibahas di beberapa artikel di Mashable portal berita yang sering membahas perkembangan dan tren dunia media sosial, teknologi, dan gadget tersebut, bahwa perusahaan digital dan berbasis teknologi jaringan internet akan menerapkan kebijakan bahwa seluruh karyawan harus datang secara fisik ke kantor dan bekerja di kantor, bukan melalui teknologi kolaboratif dimana para karyawan bekerja bisa dimana saja.

berikut sebagian saya kutip dari artikel di All Things Digital tentang mengenai respon kebijakan manajemen Yahoo tersebut sbb :

 “According to numerous sources, Yahoo CEO Marissa Mayer has instituted a HR plan today to require Yahoo employees who work remotely to relocate to company facilities. The move will apparently impact several hundred employees, who must either comply without exception or presumably quit. It impacts workers such as customer service reps, who perhaps work from home or an office in another city where Yahoo does not have one. Many such staffers who wrote me today are angry, because they felt they were initially hired with the assumption that they could work more flexibly”

sepengetahuan saya dari sudut pandang industri teknologi di Amerika dan Eropa serta mungkin sebagian Asia, pekerjaan dengan model serta berbasis internet dan teknologi sudah mulai beranjak ke model telecommuting, work remotely, dan bekerja dimana saja asal terkoneksi dengan jaringan internet, bisa bekerja dan berkolaborasi dengan tim internal kantor bahkan eksternal kantor. Artikel lain dari Mashable dapat juga dibaca di halaman ini banyak yang beraksi tergolong “kaget” dan merasa keputusan tersebut kurang tepat.

Langkah yang dilakukan oleh manajemen Yahoo dimotori oleh CEO Yahoo baru mereka Marissa Mayer, menjadi tidak hanya buah bibir internal Yahoo saja, namun para pemerhati dunia teknologi global. Keputusan yang dibuat sang CEO ketika bergabung dengan Yahoo pada Juli 2012 lalu, merupakan salah satu gebrakan yang dilakukan Marissa Mayer untuk meningkatkan produktivitas serta dapat bekerja lebih kolaboratif dengan bertatap muka, dan secara sosial bisa saling berkomunikasi serta bertemu secara fisik.

Pro kontra pola kerja yang membuat kita bekerja secara remote maupun bekerja yang setiap harinya harus datang ke kantor, sudah menjadi bahasan semenjak saya bekerja pada awal karir saya terdahulu. Pada awal-awal karir saya bekerja di salah satu konsultan dan sekaligus software house yang membangun dan mengimplementasikan berbagai macam aplikasi baik yang sifatnya produk yang bisa dikostumisasi maupun aplikasi yang dibangun dari nol sesuai kebutuhan dari berbagai klien.

Ketika itu pola kerja saya bisa bekerja secara fisik di tempat klien untuk berdiskusi, meeting, melakukan implementasi dll, serta terkadang datang ke kantor untuk melaksanakan internal meeting, sosialisasi, training, workshop, dll. dan pada saat bekerja di konsultan tersebut, saya juga masih kuliah tingkat akhir, so saya belajar dan mengerjakan tugas di kampus, sekaligus saya memantau pekerjaan saya, terkadang saya juga pernah bekerja dari rumah, dan intinya saya tetap bekerja dengan bantuan akses internet, dan di beberapa project tertentu, saya bersama tim mendapat “kemewahan” berupa fasilitas remote access ke jaringan internal kantor, sehingga bisa bekerja dimana saja asal terkoneksi jaringan. Hal yang saya lakukan tersebut diatas juga dilakukan oleh mayoritas karyawan di konsultan tersebut serta sepengetahuan pihak manajemen, so pola kerja working everywhere & everytime dengan bantuan teknologi jaringan bisa dilakukan di Indonesia meskipun belum dapat secara masif.

Menurut pendapat saya bekerja secara remote yang tidak mengharuskan selalu datang ke kantor punya beberapa kelebihan dan kekurangan, misalkan kelebihan bagi untuk ibu rumah tangga yang memiliki anak, dapat tetap mengasuh anaknya, dan di beberapa kantor, dengan bekerja dari rumah (atau tempat lainya) bisa lebih produktif, serta waktu yang dimiliki untuk perjalanan apa lagi di kota Jakarta yang rajanya macet dengan kondisi lalu lintas yang semakin parah disertai dengan terkadang cuaca yang tidak bersahabat dapat dialihkan langsung ke waktu bekerja dengan, membuat perjalanan ke kantor membutuhkan effort lebih, tapi disisi lain bekerja di rumah membuat kita tidak memiliki interaksi sosial yang cukup, karena terkadang dengan bertatap muka tidak dapat menggantikan teknologi apapun, meski sampai ada teknologi video chat, dan terkadang untuk sebagian orang bekerja bukan dikantor jsutru membuat produktivitas bekerja menjadi lebih menurun.

Saya punya teman yang bekerja sebagai konsultan digital dan media sosial bahkan dalam sebulan bekerja hanya sekitar 6-8 kali untuk datang ke kantor, karena semua pekerjaan yang dilakukan tergantung sekali dengan internet dan memang tipe pekerjaannya memanfaatkan dengan maksimal teknologi jaringan internet tersebut, dan setelah ngobrol lebih jauh, kantornya tersebut “hanya” merupakan representative office or kantor pemasaran saja yang dihuni tenaga support administrasi dan tempat meeting “resmi” saja, karena pekerjanya mayoritas bekerja di luar kantor.. amazing!!

So.. bekerja yang pekerjaannya dilakukan harus datang secara fisik datang ke kantor maupun bekerja secara remote memang harus disesuaikan kebutuhan dari sisi industri perusahaan tersebut bergerak, pola kerja, posisi pekerja tersebut, kebutuhan pasar baik internal maupun eksternal, dan jangan lupa infrastruktur dan prosedur/proses bisnis yang mendukungnya. Kerja tanpa perlu datang ke kantor?? so what gitu loh?!?! yang penting kinerja dan performance-nya bro si 🙂

Image source : Mashable [http://mashable.com/2013/03/02/working-from-home-2/]

Pencarian dan penantian atas Asiva

Dalam sebulan terakhir saya sibuk datang ke beberapa tempat, bertanya sana-sini dengan beberapa teman, kawan, kenalan, sobat, serta so pasti tentunya melakukan survei dan riset dari internet baik melalui media cetak, lalu media digital seperti situs resmi, toko online, situs ulasan/review produk, hingga forum komunitas terkait mengenai hal dan barang satu ini… eng ii eng.. yaitu LAPTOP!!!

Bagi sebagian orang sebelum membeli sesuatu barang bakalan melakukan pertimbangan sana-sini, apa lagi barang/jasa yang akan dibeli tersebut tergolong barang mahal or mewah, atau barang/jasa yang akan digunakan tersebut bersifat penting serta memiliki priotitas tinggi. Ketika kuliah dulu, salah satu matakuliah favorit saya mengenai manajemen, khususnya manajemen pemasaran, dan lebih spesifiknya pada matakuliah prilaku konsumen. Pada kuliah tersebut dijelaskan bagaimana tahapan keputusan membeli sebuah produk tertentu, dan konsep yang paling tersohor (dan menurut saya cenderung menjadi sebuah teori klasik yang luas digunakan dari jadul) yaitu konsep AIDA, yaitu Attention, Interest, Desire, dan Action yang pada akhirnya membeli… nahh postingan blog ini bukan membahas secara ilmiah konsep tersebut (mungkin kalau niat yaa.. menulis “seberat” itu d lain waktu di blog ini hehe), yaa membahas kisah bagaimana pencarian dan penantian saya hingga mendapat si Laptop tercinta 🙂

Saya pertama kali mencicipi komputer jinjing nan canggih pada sekitar tahun 2007an ketika bekerja pada disebuah konsultan IT, yang menuntut saya bekerja secara mobile. Ketika itu kabar baiknya saya akhirnya merasakan pertama kali ber-laptop-ria serta punya semacam laptop “HM” (HM baca: hak milik pribadi) yang merupakan jatah dari kantor untuk kita, sehingga bisa dibawa pulang 🙂

Nahh.. kabar buruknya.. saya “terpaksa” bekerja dimana saja dan kapan saja, sesuai nature kehidupan seorang pekerja di sebuah konsultan disertai dengan akses internet minimal akses email.. kalau soal ini bisa menjadi hal positif & negtif untuk saya.. even in the end, saya menikmati pola kerja seperti ini.

Laptop pertama saya tergolong tinggi dari sisi spesifikasinya, melebihi PC saya dirumah ketika itu, sehingga laptop menjadi primary PC saya, seingat saya teknologi dengan prosesor Intel Centrino sedang IN & tren banget 🙂 dengan merek Hewlett Packard (HP) sehingga dari sisi performa sudah memuaskan untuk kebutuhan kerja sehari-hari seperti aplikasi perkantoran macam Office, tool desain proses dengan UML, dataflow, flowchart, hingga query SQL standar sudah cukuplah.

Nah untuk kebutuhan sekarang serta ada tumpahan rejeki dari Allow SWT maka yang saya butuhkan laptop pada fungsi multimedia dan games, yaitu memutar dan memainkan koleksi audio dan video kualitas HD, terkadang mencoba menjadi  “graphic designer wanna be” untuk menyalurkan hobi dan sidejob saya, dan sebagai bonusnya bisa bermain GAME 🙂 so pencarian akan menitik beratkan pada performa yang mantab, prosesor yang oke, VGA dan memori RAM yang mumpuni, serta hardisk yang cukup (karena untuk kebutuhan data saya akan menggunakan hardisk eksternal kecuali data sistem Windows beserta aplikasi pendukung) dengan budget yang sesuai pula.. melihat deretan kebutuhan maka spesifikasi yang dibutuhkan bisa digolongkan sebagai high end PC.. nah untuk hal ini saya bisa koprol lalu shuflling terus bilang WoW hahaha 🙂

Dari kebutuhan itu pilihan saya jatuh pada laptop ASUS yang terkenal fenomenal sebagai produsen motherboard tersohor dan saat ini  dikenal membuat dan memasarkan laptop dengan spesifikasi dan performa maksimal dengan harga yang kompetitif dibanding merek lainnya. Salah satu rujukan informasi serta teman diskusi saya saya banyak bertanya ke sobat @achmadbaehaki teknisi PC handal dari salah satu distributor teknologi terdepan yang sudah malang melintang di dunia beginian dan @rifqifuadi sang master of gadget, dan tentunya situs bhinneka.com yang dikenal sebagai rujukan utama dalam pencarian dan pembanding harga, fitur, dan paket komputer, lalu saya juga menyambangi situs jualkom.com lalu rakitan.com kemudian viraindo.com dalam membandingkan harga serta fitur sekaligus ulasan pengguna juga bisa dicek di chip.co.id dan tentunya lounge komunitas di kaskus.co.id

Akirnya pilihan saya jatuh pada laptop ASUS seri A43S yang terkenal sebagai seri laptop dalam jajaran produk laptop ASUS sebagai laptop multimedia khususnya untuk mobile gaming, even saya lebih fokus dalam pencarian laptop multimedia dan grafis, namun dari sisi spesfikasi dan performa, laptop tersebut sudah melebihi ekspektasi saya terutama dalam hal prosesor yang sudah standar yaitu Intel Core i5 dengan VGA 2GB serta memori RAM 4GB (yang pada akhirnya saya tambahkan menjadi 8GB) dan harga yang kompetitif berkisar 6-7 jutaan, dibanding dengan merek lain misal HP, Acer, dll harganya sudah hampir menyentuh kisaran 8-9 jutaan.. #wow&langsungkoprol

Dengan hati riang dan gegap gempita akhirnya si Asiva (codename untuk laptop tercinta) sampai dipangkuan saya tercinta, dengan balutan warna hitam coklat nan menggoda binti seksi, serta dengan kotak packaging coklat maroon, maka dibantu sobat @achmadbaehaki proses instalasi dan setup laptop pun berjalan lancar, dan setelah itu melakukan tes Windows Experience Index (WEI) menghasilkan nilai cukup tinggi yaitu 5,8 termasuk amajing untuk skor WEI  tersebut 0_0

 

 

Dan dalam keseharian saya gunakan untuk aplikasi Office, browsing, lil bit graphic design, ngeblog, nyusun dokumentasi, menonton video kualitas HD (file mkv) maupun kualitas standar (mp4, avi, wmv) dan memutar audio kualitas FLAC maupun mp3, dan bermain game dengan seting tergolong menengah hingga kelas berat seperti COD 3 MWN, Civilzation V, hingga Skyrim, terkadang dijalankan secara multitasking (kecuali ketika bermain game).

Alhamdulillah yyaahh akhirya diberi rejeki sedikit berlebih dapat memiliki laptop high end si seksi Asiva 🙂 dan semoga bisa saya manfaatkan semaksimal mungkin & memberikan berkah yaa..  oia ngomong-ngomong codename Asiva berasal dari gabungan kata Asus core i five punya ardikpercha.. haha gokil 😀

Mobile Blogging

Setelah waktu berlalu & banyak momentum yang terlewat, kerinduan menulis kembali pun hadir. Sama dengan mayoritas netter yang tergolong blogger “amatiran”, yang cuma ngblog dikala santai & (sayangnya) membuat tulisan terkadang tidak rutin, entah karena sibuk maupun malas, tidak ada mood, atau bahkan sudah kekeringan ide tulisan, maka aktivitas ngblog menjadi suatu yang “mahal” disertai ada & semakin meluasnya penggunaan layanan microblogging & jejaring sosial, maka ngeblog menjadi terlupakan.

Setelah saya bermigrasi ke ponsel  maka fasilitas berupa koneksi yang stabil & cukup kencang tersedia, sehingga saya dapat terkoneksi dengan dunia maya internet.

 

Dari utak atik  untuk email, chating, browsing, & sopasti BBM maka setelah puas, minat & kerinduan itu pun muncul kembali, yaitu menulis di ranah blog, dan kali ini saya akan ngeblog namun bisa hampir dimana saja & kapan saja, selama masih dalam jangkauan jaringan, yaitu ngeblog dengan mobile aka mobile blogging!

Dengan app WordPress for Blackberry  ini maka saya bisa ngeblog dengan mudah. Fiturnya memang lebih sederhana dibandingkan versi full sitenya, tapi cukup powerfull.