Tag Archives: mobile

7 Layanan Ojek Yang Fenomenal

Perkembangan perusahaan rintisan (startup) yang berbasis teknologi di Indonesia menjadi semakin menjamur, hal ini tidak hanya dari dampak perkembangan teknologi ponsel dan akses internet yang semakin mudah dijangkau dan murah, juga disertai dengan perilaku masyarakat Indonesia yang cukup adaptif dengan perkembangan teknologi, sehingga beberapa aplikasi dan solusi teknologi yang hadir bisa direspon dengan cukup baik.

Di tahun 2015 ini, aplikasi yang menawarkan layanan transportasi ojek menjadi primadona di kalangan masyarakat, berawal dari tawaran tarif yang kompetitif disertai promo menarik, lalu didukung kemudahan penggunaan layanan tersebut, hingga akhirnya menjadi solusi transportasi bagi para penggunanya.

Seperti tulisan saya yang ditulis di artikel #KomuterKota [Baca artikel: #KomuterKota] mengenai potret sehari-hari warga ibukota dan daerah sekitarnya, yang berkomuter ria, dari dan ke Jakarta, maka munculnya layanan ojek berbasis teknologi yang sebagian berbasis aplikasi mobile, membantu kita semua dalam beraktivitas sehari-hari.

Berikut 7 layanan ojek fenomenal yang telah hadir dan digunakan oleh warga Jabotabek & sekitarnya :

 

1. Go-jek

Layanan Go-jek (http://www.go-jek.com/)
Layanan Go-jek (http://www.go-jek.com/)

 

Siapa yang tak kenal brand Go-jek yang fenomenal dan revolusioner untuk solusi transportasi ibukota Jakarta. Go-jek menjadi perintis dalam layanan ojek, benar-benar memanfaatkan kecanggihan teknologi dan jeli melihat potensi pasar yang sebelumnya tidak begitu diperhatikan.

Go-jek merupakan layanan ojek pertama yang saya gunakan, dan dari pengalaman perdana tersebut, saya merasakan kemudahan dalam penggunaan aplikasi Go-jek, lalu dari sisi layanan juga bisa diandalkan, cepat, serta sekaligus tarifnya tergolong murah 😀

Go-jek memberikan berbagai layanan inovatif, tidak hanya memberikan layanan transportasi ojek standar yang disebut Go-ride, namun juga menyediakan layanan kurir Go-send, layanan pemesanan makanan Go-food, lalu menjadi sebuah layanan antar dan transportasi yang lengkap, seperti layanan Go-mart dan Go-box.

Selain metode pembayaran dengan cash, Go-jek juga sudah mengenalkan metode pembayaran dengan metode kredit yang awalnya didapat dari proses undangan dan referal tertentu, namun metode kredit tersebut juga bisa dibeli melalui beberapa partner Go-jek.

Di versi aplikasi terakhir, selain layanan ojek standar dan layanan kurir, saya menemukan layanan Go-clean untuk layanan pembersihan semacam cleaning services, sampai layanan salon dan pijat profesional Go-glam dan Go-massage.. gokil 😀

 

 

Gojek App (Go-jek)
Gojek App (Go-jek)

 

Layanan baru Go-jek (Go-jek)
Layanan baru Go-jek (Go-jek)

 

Seluruh layanan yang dikembangkan tersebut, menjadikan Go-jek tidak hanya sebagai perintis di layanan aplikasi ojek ini, namun sekaligus menempatkan Go-jek yang terdepan dan menjadi sebuah peletak standar layanan di industri ini.

2. Grabbike

Grabtaxi (http://grabtaxi.com)
Grabtaxi (http://grabtaxi.com)

 

Layanan ojek lainnya yang saya ketahui yaitu Grabbike, yang berawal dari sebuah layanan pemesanan taksi berbasis lokasi Grabtaxi. Melihat geliat kesuksesan Go-jek, Grabtaxi akhirnya meluncurkan layanan Grabbike yang bersaing ketat, baik dari sisi layanan yang ditawarkan, metode promosi, perang promo dan tarif, serta ekspansi armada yang saling bersaing dengan Go-jek.

Saya pribadi lebih dahulu menggunakan Grabtaxi, dan saya cukup puas atas layanan dan kemudahan dalam menggunakan layanan taksi via Grabtaxi tersebut. Kemudian saya pun mulai menggunakan layanan Grabbike, karena mau merasakan perbedaan layanan yang diberikan dengan Go-jek, selain itu saya tertarik tarif promo yang kompetitif dan tidak dibatasi oleh jam sibuk, berbeda dengan layanan yang ditawarkan Go-jek, namun soal penetapan tarif ini pun, akhirnya antara kedua layanan ojek tersebut, baik skema tarif & promo yang agak mirip, bahkan saat ini saya merasa telah terjadi “price war” antara dua layanan ojek ini.

Sampai sejauh ini, hampir tidak ada perbedaan berarti untuk layanan yang diberikan Go-jek maupun Grabbike, namun menurut saya kelebihan aplikasi Grab terletak di kemudahan pemesanan yang menyatu, baik untuk layanan pemesanan taksi dan ojek sekaligus, dan bahkan Grabtaxi tersebut akan merambah ke layanan Grabcar, yang mirip seperti layanan Uber yang bikin heboh tempo hari.

Selain itu, Grabtaxi maupun Grabbike tergolong agresif, dilihat dari sisi promo yang ditawarkan, bisa dilihat dari pola kerja sama Grabtazi-Grabbike dengan brand-brand lain, serta event dan aktivasi yang diselenggarakan, sehingga pengguna Grabtaxi maupun Grabbike mendapat paket promo yang lebih beragam, dan hal ini menjadi salah satu kelebihan Grabbike-Grabtaxi tersebut.

 

Grabtaxi App (Grabtaxi)
Grabtaxi App (Grabtaxi)

 

Promo Grabbike (Grabbike)
Promo Grabbike (Grabbike)

 

3. Blu-jek

Situs Topjek (https://www.topjek.com)
Situs Blu-jek (http://blu-jek.com/)

 

Blu-jek App (http://blu-jek.com/)
Blu-jek App (http://blu-jek.com/)

Dari pengalaman berojek ria dengan 2 layanan yang saya pernah gunakan, lambat laun pun saya menaruh perhatian terhadap perkembangan layanan ojek berbasis teknologi tersebut.

Dan seperti yang diperkirakan, muncul serta berkembanglah layanan sejenis, dan saya pun mendengar layanan Blu-jek diluncurkan. Namun amat disayangkan, dari situs resmi maupun informasi resmi dari pengelola Blu-jek yang saya dapatkan tergolong minim, dan dari sisi ketersediaan armada yang masih kurang pula, ditambah pula dari sisi aplikasi yang dirilis masih tidak stabil, sehingga saya tidak bisa mencoba layanan ini.

 

4. Topjek

Situs Topjek (https://www.topjek.com)
Situs Topjek (https://www.topjek.com)

 

Setelah Blu-jek muncul, maka sejumlah aplikasi lain juga muncul, salah satunya Topjek. Topjek yang memiliki warna brand kuning cerah, menawarkan layanan ojek dan kurir antar barang.

Dengan tagline “Hidup cerdas dengan TOPJEK” tersebut, maka Topjek berusaha mulai mengajak para wanita untuk bergabung menjadi armada ojek dan memiliki kesempatan untuk memperoleh penghasilan tambahan.

Dari sisi aplikasi mobile, Topjek cukup baik digunakan dan memiliki alur pemesanan yang tidak jauh berbeda dengan aplikasi sejenis. Namun, lagi-lagi dari sisi armada yang masih minim, maka hingga saat ini saya belum merasakan pengalaman menggunakan Topjek, namun dari rekan saya yang pernah mencoba, Topjek tergolong masih perlu pembenahan dari sisi layanan yang diberikan.

Top-jek app (https://www.topjek.com/)
Top-jek app (https://www.topjek.com/)

 

5. Ojek Syari

Situs Ojesy (http://www.ojeksyari.com/)
Situs Ojesy (http://www.ojeksyari.com/)

 

Nah, satu lagi layanan ojek yang mengklaim dirinya sebagai “layanan ojek wanita pertama di Indonesia”, Ojesy menawarkan layanan ojek syariah khusus wanita (muslimah). Jika dilihat dari informasi yang saya dapat dari situs resminya, memang Ojesy memiliki target pasar yang spesifik dan lebih mengarah ke komunitas.

Namun amat disayangkan, hingga tulisan ini diturunkan,  Ojesy  hanya menerima pemesanan melalui call center dan aplikasi chat WhatsApp plus BBM saja. Selain itu, ternyata layanan ini memiliki batasan dalam aktivitas layanannya, yang mungkin dari sisi pengojek yang khusus wanita (muslimah) tersebut.

Dengan pangsa pasar yang niche tersebut, Ojesy (mungkin) memiliki basis konsumen yang loyal, dan memberi warna berbeda dengan kompetitor lainnya di industri layanan perojekan.

 

Ojek Syariah (Ojesy)
Ojek Syariah (Ojesy)

 

6. Ladyjek

Situs Ladyjek (http://www.ladyjek.com/)
Situs Ladyjek (http://www.ladyjek.com/)

 

Selain Top-jek dan Ojesy, maka satu lagi aplikasi ojek yang menargetkan kaum hawa, baik untuk pengojek (yang disebut biker) maupun penumpangnya. Jika menilik dari situs resminya, Ladyjek memang lebih “marketable“, baik dari sisi aplikasi mobile, program promo, maupun sisi branding yang lebih powerful dengan warna ungu nan unyu tersebut.

Selain faktor pengguna dan pengojek yang dikhususkan dari dan untuk wanita tersebut, Ladyjek menawarkan metode pembayaran alternatif selain metode pembayaran uang cash, yaitu dengan uang elektronik, berupa layanan dengan layanan Mandiri e-cash dan XL-tunai.

Nah.. karena layanan ini target audience-nya untuk wanita, maka saya tidak bisa mencoba layanan Ladyjek ini, meski dari sisi aplikasi sudah cukup stabil dan memiliki alur yang mirip dengan aplikasi sejenis.

So, jika anda wanita, boleh loh nanti berbagi pengalamannya di halaman komentar artikel dibawah ini, jika anda sudah mencoba Ladyjek, termasuk penggunaan layanan ojek Ojesy yang saya tulis di bagian sebelumnya.

Ladyjek app (http://www.ladyjek.com/)
Ladyjek app (http://www.ladyjek.com/)

 

7. Jeger Taksi

Situs Jeger Taksi (http://www.jegertaksi.com/)
Situs Jeger Taksi (http://www.jegertaksi.com/)

 

Last not but least, layanan Jeger Taksi hadir dengan memberikan tidak hanya layanan ojek saja, namun juga layanan kurir serta layanan pemesanan makanan. Dari 7 layanan ojek tersebut yang saya ulas, Jeger Taksi menurut saya memiliki layanan yang mendekati layanan yang Go-jek tawarkan, namun hingga saat ini, Jeger Taksi tidak merilis aplikasi mobile, tetapi Jeger Taksi hanya menyediakan layanan pemesanan melalui platform website yang diakses melalui browser favorit anda, serta pemesanan melalui aplikasi chatting WhatsApp dan BBM.

Jegertaksi app {http://www.jegertaksi.com/}
Jegertaksi app {http://www.jegertaksi.com/}

 


Setelah membaca ulasan saya diatas, bahwa kita bisa menyimpulkan bahwa layanan ojek tersebut telah mendorong tidak hanya industri teknologi, bahkan bisa mengakselerasi “sektor riil”, yaitu membuka lapangan kerja baru yang sebelumnya masih dianggap sebelah mata, dan  cukup banyak kisah kesuksesan dari pengojek tersebut, bahkan beberapa kali saya sempat berdiskusi sekilas dengan pengojek tersebut, bahwa profesi ojek menjadi profesi mumpuni dan memang mengangkat derajat penghasilan pengojek tersebut, sehingga tidak hanya membantu kita berkomuter ria di jalanan ibukota, namun membantu kehidupan pengojek tersebut.

So, bagaimana menurut anda tentang layanan ojek yang ada? lalu apa layanan ojek favorit anda? Yuk, silahkan sharing di kolom komentar dibawah ini ya 🙂


Sumber:

  1. http://www.go-jek.com/
  2. http://grabtaxi.com/jakarta-indonesia/category/grabbike/
  3. http://blu-jek.com/
  4. https://www.topjek.com/
  5. http://www.ojeksyari.com/
  6. http://www.ladyjek.com/
  7. http://www.jegertaksi.com/

 

Fotografi, Ponsel, & Instagram

Dalam mendalami street photography, seperti yang saya bagi dan diskusikan di artikel Berkenalan Dengan Street Photography tempo hari, maka (seharusnya) kita setiap saat membawa kamera, serta dimana saja membuat foto dan menangkap fragmen-fragmen kehidupan, baik di jalan, stasiun, terminal, kantor, sekolah, taman, pasar, dan ruang publik lainnya.

Street photography merupakan genre fotografi yang unik, karena tidak hanya melulu foto dengan subjek manusia, namun juga elemen dan disekitarnya, serta foto yang dihasilkan merupakan bagian dari keseharian.

2 become 1

Life between Senayan zebra cross

Georgetown Street

Dengan intepretasi street photography berbeda dari pelaku ke pelaku lainnya, lalu terkait dengan keseharian tersebut, maka saya pun membaca “fenomena” tersebut berkaitan erat dengan jenis fotografi lainnya, berdasarkan alat yang digunakan, yaitu mobile photography.

Mobile photography didorong oleh perkembangan ponsel, mobile phone, handphone, dan gawai (gadget) lainnya yang semakin canggih serta dapat diandalkan untuk membuat foto yang baik. Di sisi lain, dengan semakin terjangkau harga ponsel tersebut, maka setiap orang pun bisa menjadi fotografer!!

Mobile photography pun menjadi salah satu tonggak “demokratisasi fotografi” itu sendiri, karena semua orang bisa menjadi seorang “fotografer” didukung oleh ponsel yang mumpuni, disertai dengan tersedianya media sosial menyuburkan hal tersebut, seperti Facebook, Twitter, Pinterest, Flickr, Tumblr, Instagram hingga Path.

Proyek Foto #KomuterKota

Dari sekian banyak media sosial tersebut, maka hanya Instagram yang dibuat khusus sejak awal menjadi habitat mobile photography dan berkembang pesat menjadi salah satu komunitas fotografi terbesar, serta selain itu, Instagram merupakan media sosial yang peruntukkan akses utamanya hanya melalui perangkat mobile. Di sisi lain, menurut saya Instagram merupakan kanal media sosial dengan kultur Instagrammer yang unik, maka menurut saya Instagram merupakan media yang tepat untuk berkarya kreatif berupa foto dan karya visual lainnya.

Dengan tumbuh kembangnya  fotografi seperti itu, untuk saya pribadi, semenjak memiliki handphone berkamera, maka untuk urusan membuat foto, yang saya ceritakan di artikel ini, hingga mendapat semacam hidayah, ketika mengenal jenis fotografi dengan cita rasa jalanan dan perkotaan (baca: #streetphotography), pada akhirnya, saya pun kembali ke awal kisah saya mengenal fotografi, yaitu membuat foto dengan perangkat mobile.

@sayapercha | ardikapercha.com
Instagram @sayapercha (Ardika Percha)

Dalam periode 2 minggu terakhir, saya pun aktif kembali di  setelah sekian lama sudah tidak berinstagram ceria, dan dengan rutin saya menghasilkan foto dan “meracuni” beberapa kawan disana, untuk mencoba membuat foto dan menyusupi fotografi dengan pendekatan street tersebut, serta yang lebih penting, saya menikmati proses kreatif di media tersebut, yaitu membuat karya foto yang lebih membumi, dan yang dekat dengan keseharian di ruang publik.

Dengan rutin berInstagram, saya pun setiap saat hunting mendalami #streetphotography kapan saja serta dimana saja, dan at least saya pun mengisi waktu dengan hal positif bin produktif di sela keseharian bekerja, sekaligus foto-foto yang saya buat bisa menjadi dokumentasi pribadi di masa depan, dan bisa jadi berkontemplasi dengan berbagai hal disekitar kita.

And at the end of the day, dengan mencoba menjalani hal tersebut, membuat saya menjadi lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya, menikmati rutinitas keseharian, dan lebih menghargai waktu yang terkadang bergerak cepat, dengan merekam momen yang ada.

Sepi menanti di Gondangdia

Roker Nambo

Dengan beraktivitas mempraktekan mobile photography sekaligus mendalami street photography, ternyata ada saja hal  menarik yang bisa kita temukan sehari-hari, tanpa kita sadari. Lalu bagaimana menurut Anda?


#Update :

Jika kawan-kawan berminat menyemarakkan proyek kreatif #KomuterKota atau mau seru-seruan dan diskusi bareng, silahkan kunjungi halaman berikut ini ya.


Tautan Luar:

  • https://instagram.com/sayapercha
  • http://www.theguardian.com/artanddesign/2012/nov/16/mobile-photography-richard-gray

Untuk kumpulan informasi tentang Ardika Percha Blog, bisa kunjungi : 

Ulasan Aplikasi Berita Kurio (Review)

Dalam keseharian kita, terutama ketika mengisi waktu luang disela kesibukan seperti ketika berkomuter ria dari perjalanan rumah ke kampus, kantor, atau tempat tujuan lainnya, atau ketika menunggu disuatu tempat disela-sela waktu senggang, ataupun ketika asyik ngopi-ngopi, akhir-akhir ini selain untuk bermain game, saya lebih suka membaca beragam artikel dan berita melalui ponsel saya, dan terkadang jika menurut saya informasinya menarik, maka informasi tersebut saya bagikan ke teman-teman.

Kebutuhan untuk mengkonsumsi beragam content baik berupa berita, artikel, tips-trik, bahkan bacaan “nyastra” berupa cerpen, buku dan novel menjadi keseharian saya pribadi. Di sisi lain, kebutuhan akan informasi  yang valid, cepat, dan membantu produktivitas hidup kita telah menjadi suatu tuntutan zaman, bahkan menurut saya, dengan pengetahuan serta wawasan yang luas dan tepat guna, menjadikan informasi sebuah kekuatan kasat mata dengan potensi luar biasa.. Knowledge is POWER!!

Get Started Kurio (Sumber: Kurio)
Get Started Kurio (Sumber: Kurio)

 

Sign In (Sumer: Kurio App)
Sign In (Sumer: Kurio App)

 

Setting (Sumber: Kurio App)
Setting (Sumber: Kurio App)

 

Salah satu aplikasi yang biasa saya gunakan untuk membaca berita dan artikel, yaitu aplikasi Kurio dikembangkan oleh pengembang aplikasi mobile lokal, yang dikelola oleh Kurio Inc. Kurio merupakan sebuah aplikasi pembaca berita dan content agregator, yaitu aplikasi yang menghimpun berita, artikel, dan informasi lainnya dari berbagai sumber baik media lokal maupun internasional, yaitu dari tabloid Kontan, majalah Cosmopolitan, National Geographic, hingga media alternatif seperti The Verge dan The NextWeb.

Aplikasi Kurio sudah tersedia di App Store dan Google Play Store, sehingga bisa langsung diunduh dan untuk mulai menggunakan Kurio, kita bisa menggunakan login akun media sosial kita atau mendaftar melalui email. Dan proses instalasinya tergolong lancar dan mudah (dengan asumsi koneksi internet stabil), dan kali ini saya login dengan akun media sosial, dan otomatis saya terkoneksi dengan media sosial, yang nanti digunakan untuk fitur berbaginya (share). Sebagai informasi, saya menggunakan aplikasi Kurio versi 1.8.4 yang dirilis 19 November 2014, dan dijalankan di atas platform Android 4.4.2 dengan layanan mobile 3G dan layanan Wifi broadband.

Kurio & Content (Sumber: Kurio App)
Kurio & Content (Sumber: Kurio App)

Fungsi & Fitur

Sebagai aplikasi content agregator, maka fungsi untuk mencari dan menemukan informasi (content discovery) dari jutaan artikel yang tersedia, terbagi menjadi puluhan topik, dari topik teknologi, olahraga, bisnis, desain, hingga topik hiburan lainnya, menjadi fitur terpenting bagi aplikasi sejenis.  Dengan banyak dan variatifnya content yang tersedia di Kurio, maka memudahkan saya dalam mencari dan membaca beragam berita dan informasi di satu aplikasi saja, serta setelah digunakan Kurio dapat berjalan dengan lancar dan ringan (dengan asumsi koneksi internet stabil) di ponsel Android saya.

Salah satu fitur yang baru diluncurkan yaitu fitur “favorite“, yaitu yang saya gunakan untuk menandai artikel favorit saya, lalu bisa saya gunakan sebagai penanda untuk aplikasi yang akan saya baca di kesempatan lain, atau bisa juga menggunakan layanan “read later”, dan untuk hal tersebut, saya biasa menggunakan layanan dari Pocket untuk mengumpulkan bacaan yang pernah dan akan saya baca kembali.

Setelah membaca beragam berita dan artikel, maka saya pun terkadang membagikan (share) informasi tersebut ke media sosial Twitter, Facebook, atau grup chatting seperti WhatsApp, BBM, atau pun jika memang penting saya pun membagikannya ke Evernote atau Pocket untuk catatan pribadi, dan bisa juga saya bagikan informasi tersebut ke BufferApp untuk posting ke media sosial di periode waktu tertentu. So, intinya Kurio menyediakan berbagai kanal media sosial dan terkoneksi dengan aplikasi yang umum digunakan sesuai kebutuhan masing-masing.

My Kurio (Sumber: Kurio App)
My Kurio (Sumber: Kurio App)

 

Explore Kurio (Sumber: Kurio App)
Explore Kurio (Sumber: Kurio App)

 

Fitur Share (Sumber: Kurio App)
Fitur Share (Sumber: Kurio App)

 

Share via (sumber: Kurio App)
Share via (sumber: Kurio App)

Desain

Yang menjadi perhatian dan salah satu poin menarik dari aplikasi Kurio menurut saya, yaitu dari sisi desain yang sleek dan antarmukanya (user interface), terutama ketika memilih sumber berita/informasi di pojok kanan bawah yang unik, yaitu dengan sapuan gesture kekiri dan ke kanan dengan acuan logo Kurio. Selain itu, saya bisa juga memindahkan sumber berita tersebut dengan menekan agak lama lalu dipindahkan kekiri atau kekanan sesuai keinginan. Dan ketika menelusuri informasi di suatu sumber berita, misalkan The Verge, maka polanya dengan melakukan sapuan kebawah dan keatas, layaknya antarmuka aplikasi media sosial berbasis linimasa (timeline) yang berdasarkan urutan kronologis berita tersebut dipublikasikan.

Topik di Kurio (Sumber: Kurio App)
Topik di Kurio (Sumber: Kurio App)

 

The Verge (Sumber: Kurio App)
The Verge (Sumber: Kurio App)

 

Linimasa (Sumber: Kurio App)
Linimasa (Sumber: Kurio App)

 


Setelah mengulik aplikasi Kurio dan melihat perkembangan dunia digital saat ini, serta dengan beragam dan kemudahan informasi yang bisa kita dapatkan dan konsumsi, maka sepakat dengan pernyataan #KnowledgeIsPower yang didengungkan oleh Kurio, karena menurut saya kemampuan mencari, menemukan, memverifikasi, menganalisis, lalu mengaplikasikan informasi tersebut dalam menunjang hidup kita, menjadikan poin penting dan salah satu kunci kekuatan sukses di abad informasi ini.

Tautan Luar:

  1. Website resmi Kurio : https://www.kurio.co.id

 

 

Percha & Fotografi (Bagian 1) : Perdana

Fotografi untuk saya tidak hanya sekedar hobi, bahkan saya menganggap fotogafi merupakan tujuan kaki ini melangkah & benak ini berpikir. Fotografi pun menjadi sebuah kisah hidup saya tersendiri, yaitu Kisah Percha & Fotografi. Kisah tersebut berawal dari sebuah benda kecil yang saat ini sudah menjadi barang umum dan selalu dibawa dalam keseharian kita, yaitu dari sebuah handphone.

Saya mulai suka mengabadikan momen dan mendokumentasikan berupa foto, ketika saya memiliki handphone  Sony Ericsson K750iHandphone tersebut saya dapatkan sebagai hadiah dari orang tua tercinta atas prestasi akademik yang saya raih sekitar tahun 2007. FYI di keluarga saya, ada semacam budaya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus melalui usaha terlebih dahulu. Dan Alhamdulillah dengan jerih payah yang saya lakukan sepanjang tahun tersebut, bisa mendapatkan rejeki sebuah handphone, yang untuk saya pribadi, handphone merupakan barang mewah! Dan ternyata dari sebuah barang kecil semacam handphone tersebut, hidup saya menjadi mulai berubah dan lebih berwarna  #lebay 😀

Sony Ericsson K750i (Foto: www.mobiset.ru)
Sony Ericsson K750i (Foto: www.mobiset.ru)

 

Sony K750i ketika itu merupakan smartphone pertama yang saya miliki, dan dari sekedar fungsi komunikasi untuk menelpon dan berkirim SMS, ternyata benda itu bisa menjadi sebuah perangkat multimedia yang serbaguna dan super canggih (di jamannya), dari fungsi memutar lagu, menyetel video, merekam audio-video, hingga bermain games bisa dilakukan dari handphone kesayangan tersebut.

Dan salah satu peran penting handphone tersebut dalam perjalanan kisah Percha & Fotografi, yaitu fungsi kameranya. Dipersenjatai lensa 2 Megapixel, ditambah fitur autofocus dan lampu flash untuk pencahayaan minim, disertai kartu memori yang sebesar 32 Megabytes, maka dimulailah kegemaran membuat foto-foto, yang pada awalnya tidak saya sadari. Dari hobi foto-foto (yang ala kadarnya) ketika itu, menjadi kisah awal Percha & Fotografi, untuk menggeluti hobi fotografi secara serius hingga saat ini.

Ketika itu, saya hanya memiliki pengetahuan fotografi yang sangat minim, dan hanya melihat lalu mempelajari foto dan artikel dari media masa, seperti koran, tabloid, dan majalah yang saya baca saja sehari-hari. Dan aktivitas “hunting” pun tidak secara khusus saya lakukan, karena saya menjalani hobi tersebut ketika sambil menjalani kehidupan sehari-hari, misal dari perjalanan dari rumah atau kos ke kampus dan sebaliknya, atau ketika beraktivitas di kampus, jalan-jalan bersama teman atau keluarga, atau beraktivitas ketika awal saya bekerja dulu.

Berikut beberapa foto yang saya ambil dulu dan sempat membuat saya membongkar dan mengumpulkan koleksi foto di hardisk yang tercerai berai di berbagai penjuru folder-folder sambil bernostalgia. Dari foto perdana yang sengaja memang saya ambil setelah membeli handphone tersebut, yaitu foto adik terkecil saya duduk menunggu makanan di salah satu restoran, foto-foto ketika beraktivitas di sekitar kampus, kos, kantor, hingga foto-foto ketika saya jalan-jalan kesana-kemari 🙂


Foto Perdana (Foto: Ardika Percha - Bogor, 2007)
Foto Perdana (Foto: Ardika Percha – Bogor, 2007)

 

Kehidupan Margonda (1) (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Kehidupan Margonda (1) (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Kehidupan Margonda (2) (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Kehidupan Margonda (2) (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Margo City Dome (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Margo City Dome (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Neon Box (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Neon Box (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Margo City (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Margo City (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Dilarang parkir (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Dilarang parkir (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Makara (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Makara (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Menuju Kober (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Menuju Kober (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Setapak (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Setapak (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Properti Ciptadra (1) (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Properti Ciptadra (1) (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Properti Ciptadra (2) (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Properti Ciptadra (2) (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Remote & Handphone (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Remote & Handphone (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Merchandise (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Merchandise (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

Salemba (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2008)
Salemba (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2008)

 

Patung Sumpah Pemuda (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2008)
Patung Sumpah Pemuda (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2008)

 

Berderet (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2008)
Berderet (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2008)

 

Kafebuku (Foto: Ardika Percha - Depok, 2008)
Kafebuku (Foto: Ardika Percha – Depok, 2008)

 

Makan yuk (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2007)
Makan yuk (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2007)

 

Hijau (Foto: Ardika Percha - Depok, 2007)
Hijau (Foto: Ardika Percha – Depok, 2007)

 

 

Kisah Sukses Game “Tebak Gambar” menembus 1 Juta Unduhan

 

Game 1 juta unduhan
Game 1 juta unduhan

 

Siapa yang jaman sekarang tidak bermain game? Bermain game yang merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan ketika ada waktu senggang dan sekaligus salah satu media hiburan yang digemari. Dengan semakin meluasnya penggunaan smartphone dan berkembangnya ekosistem technopreneur di Indonesia, maka bermunculan produk game kreatif hasil karya anak bangsa. Pada ajang pertemuan yang diselenggarakan Games In Asia bekerjasama dengan Ciputra GEPI Incubator, kali ini menampilkan kisah sukses pelaku industri game Indonesia, yaitu pengembang game berjudul Tebak Gambar.

Ciputra GEPI Incubator mendukung perkembangan industri digital Indonesia
Ciputra GEPI Incubator mendukung perkembangan industri digital Indonesia

Bertempat di Ciputra GEPI Jakarta pada bulan Agustus ini, saya berkesempatan dapat menghadiri meet up dan bisa bertemu Irwanto Widyatri sebagai founder dan pengembang Tebak Gambar yang membagikan pengalaman bagaimana pengembangan sebuah game yang awalnya dibuat di kamar kosnya ketika masih kuliah, memiliki tim yang terlibat dalam pengembangan game, hingga mencapai prestasi 1 juta unduhan di Google Play Store untuk perangkat Android.

Sejarah 

Irwanto menuturkan ide pembuatan game tersebut berawal dari kebiasaannya menjelajah berbagai macam thread unik di internet, khususnya di forum Kaskus mengenai topik game, yang akhirnya menemukan seorang desainer dari Surabaya yang membuat desain gambar berupa permainan menebak susunan gambar. Dari penelusuran dan komunikasi intens dengan desainer tersebut, mereka pun setuju bekerja sama dalam pengembangan game, lalu pada akhirnya menjadi cikal bakal dari desain game Tebak Gambar tersebut.

Irwanto menyampaikan game tersebut pada awalnya didesain dan dikembangkan sebagai permainan asah otak ringan yang menampilkan teka-teki berupa susunan gambar, yang bisa dimainkan kapan pun dan dimana pun oleh gamer. Dari susunan gambar tersebut akan membentuk sebuah kosa kata yang harus ditebak oleh gamer bersangkutan.

1 juta unduhan untuk Tebak Gambar
1 juta unduhan untuk Tebak Gambar

 

Irwanto Widyatri founder Tebak Gambar
Irwanto Widyatri founder Tebak Gambar

 

Pengembangan

Irwanto kemudian menjelaskan tahapan pengembangan Tebak Gambar yang pada awal diluncurkan di platform Android karena dia sendiri sebagai pengguna gadget Android, selain itu Irwanto menuturkan bahwa sudah mengetahui prilaku dan karakterisitik pengguna Android dari kehidupan sehari-hari dan riset yang pernah dia lakukan ketika menelusuri internet, selain itu, Irwanto menambahkan, bahwa Android tergolong platform mudah dikembangkan serta memiliki resources yang mudah didapatkan dan dipelajari untuk pemula yang mau mengembangkan berbagai macam aplikasi dan game.

Pada tahap selanjutnya, setelah perkembangan yang cukup menggembirakan dari Tebak Gambar di platform Android, melalui media sosial, Irwanto mengetahui ternyata banyak pengguna dari platform lain yang meminta dibuatkan game tersebut agar bisa dimainkan di iPhone dan platform iOS lainnya. Karena tidak memiliki kemampuan dalam pengembangan di platform iOS, maka Irwanto menganggap hal tersebut sebagai tantangan dan membuat dirinya terpacu. Karena permintaan pengguna yang semakin besar, Irwanto memutuskan mencari partner pengembangan di platform iOS dari jaringan pertemanan yang telah dibinanya, begitu pula ketika pengembangan Tebak Gambar di platform Windows. Irwanto menambahkan bahwa faktor networking dan kolaborasi dengan pihak lain menjadi sangat penting bagi pengembang individu seperti dirinya, terutama diperlukannya pengembangan diluar kemampuan platform yang dikuasainya, sehingga selanjunya agar mencari partner yang cocok dan memiliki kesamaan pandangan pada pengembangan game tersebut, karena Irwanto berkeinginan Tebak Gambar ingin terus dikembangkan lebih lanjut, sehingga maintainance jangka panjang game tersebut mutlak dilakukan, untuk memuaskan para pengguna game Tebak Gambar.

Game Tebak Gambar
Game Tebak Gambar

 

Tebak Gambar di posisi No. 7 Top Free Games Play Store
Tebak Gambar di posisi No. 7 Top Free Games Play Store

 

Pemasaran

Dalam perkembangan selanjutnya, Irwanto bersama tim memilki dua isu krusial yang dihadapi terkait pengembangan dan keberlangsungan game Tebak Gambar tersebut. Isu yang dimaksud yaitu apa tim pengembang berfokus mendapatkan keuntungan dari game Tebak Gambar tersebut, yaitu dari sisi monetisasi Tebak Gambar, atau fokus pada peningkatan jumlah unduhan terlebih dahulu. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak terkait, akhirnya Irwanto memutuskan untuk fokus pada peningkatan pada jumlah unduhan di Google Play Store. Irwanto menjelaskan kenapa akhirnya diputuskan pada fokus pada peningkatan unduhan baru selanjutnya memikirkan faktor monetisasi Tebak Gambar, karena dengan adanya jumlah unduhan yang mumpuni, maka pengembang tersebut memiliki bukti kualitas game tersebut. Sehingga dengan fakta mengenai jumlah unduhan tersebut, serta tumbuhnya komunitas gamer Tebak Gamer yang berinteraksi di media sosial, misalkan di Facebook Fan Page Tebak Gambar dan menyatakan kepuasannya dalam bermain game tersebut, Irwanto berkeyakinan dapat membantu sisi monetisasi dari game yang dikembangkannya tersebut kedepannya.

Irwanto pun membagi beberapa tips terkait pemasaran game-nya, salah satunya dengan menjalin hubungan dan melakukan komunikasi intens dengan pihak media, karena terbukti dengan diulasnya Tebak Gambar di beberapa media, bahkan media ternama, terdapat lonjakan cukup signifikan dari jumlah traffic dan unduhan setelah ada ulasan dari pihak media tersebut. Selain itu, Irwanto menambahkan bahwa melakukan pendekatan dengan beberapa pemilik akun media sosial dan komunitas tertentu untuk melakukan cross promotion, berupa kuis tematik dan iklan, sehingga Tebak Gambar dapat dikenal dan pada akhirnya diunduh oleh pengguna tersebut.

 Dan Irwanto menyampaikan di penghujung acara, bahwa untuk bisa menjalankan strategi pemasarannya dan mencapai 1 juta unduhan tersebut, bersama timnya telah membangun game yang baik sehingga digemari penggunanya, melakukan maintenance game dengan memberikan update terbaru secara berkala, lalu membangun sebuah landing page, sehingga membantu promosi ke pihak eksternal, khususnya media, berupa press release, informasi terkait game, hingga trailer game tersebut.

 

Landing Page Tebak Gambar
Landing Page Tebak Gambar

 


 

 

Simak ulasan (review) game  terbaru disini : Star Wars Commander


 

Tautan luar :

  1. Situs Resmi Tebak Gambar : http://tebakgambar.com/
  2. Facebook Fan Page Tebak Gambar :  https://www.facebook.com/TebakGambarOfficial
  3. Twitter Tebak Gambar : https://twitter.com/tebakgambar_ID
  4. Situs GEPI Incubator : http://www.gepindonesia.org/
  5. Portal Games In Asia : http://www.gamesinasia.com/
  • Artikel ini juga hadir di Portal Indonesia Kreatif (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) =  http://news.indonesiakreatif.net/tebak-gambar

Tautan game Tebak Gambar :

  1. Android : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tebakgambar
  2. iOS : https://itunes.apple.com/id/app/tebak-gambar/id856205277
  3. Windows Mobile : http://apps.microsoft.com/windows/en-us/app/2c561622-c72e-43f2-8dd0-b5a7e78a48f2

 

Welcome to Mobile Messenger War

 

messenger

Sekitar 2-3 bulan terakhir kita dibombardir dengan beberapa iklan mobile messenger di televisi Indonesia, dimulai dari iklan WeChat, KakaoTalk, lalu Line yang menawarkan gairah baru untuk berkomunikasi melalui messenger dengan fitur-fitur menarik bagi penggemar chatting sekaligus alternatif messenger yang tersedia di industri komunikasi Indonesia, tapi sekaligus ancaman bagi para pemain lama di Indonesia, yang jarang melakukan penetrasi melalui spot iklan televisi, yaitu pemain lama seperti BlackBerry Messenger (BBM) & WhatsApp, yaitu aplikasi BBM sudah terbundle dengan perangkat ponsel BlackBerry maupun seperti WhatsApp yang sebelumnya telah dirilis dengan pola paket dengan promo operator telekomunikasi, ynag dikenal dengan promosi fitur chatting lintas platform serta dengan biaya yang kompetitif.

[Kisah Dibalik Perilisan Mobile Messenger KakaoTalk, Line, & WeChat]

KakaoTalk yang dirilis pada Maret 2010 dikembangkan oleh pengembang asal Korea Kakao Corp. Kakao dikenal sebagai perusahaan teknologi terbesar Korea Selatan yang telah banyak mengembangkan banyak aplikasi yang berbasis di kota Seoul. Kakao berafiliasi dengan korporasi pemilik Naver search engine terbesar di Korea Selatan, yaitu NHN Corp.

NHN Corp. mengembangkan messenger Line yang dirilis pada Juni 2011, dan terdapat cerita menarik namun berita duka juga dari perilisian Line tersebut, yaitu Line dikembangkan khusus untuk pasar Jepang melalui NHN Japan (Naver), ketika terjadi bencana gempa bumi Tohoku. Saat itu KakaoTalk mengalami lonjakan traffic luar biasa, hal tersebut terjadi karena infrastruktur telekomunikasi Tohoku tidak dapat digunakan terutama jaringan kabel (wired) telepon publik yang tidak berfungsi, sehingga banyak pengguna di jepang saat itu menggunakan KakaoTalk, yang selanjutnya menjadi messenger Line khusus di Jepang, dan dapat digunakan untuk membantu komunikasi publik terutama keluarga korban gempa bumi.

Lalu untuk WeChat dikembangkan oleh pengembang Tencent, yaitu holding company yang menyediakan beragam layanan & jasa di bidang teknologi, media, entertainment, internet, content provider, dan online advertising asal China. Wechat awalnya dirilis Januari 2011 dengan nama Weixin,dan kemudian mulai mengglobal dan dilakukan rebranding pada April 2012 dengan nama WeChat yang kita kenal sekarang.

[Welcome to Mobile Messenger War]

KakaoTalk merupakan pemain messenger utama & sangat populer digunakan di Korea Selatan yang didukung oleh korporasi NHN, dan Line yang masih berafiliasi dengan NHN, melalui Naver juga tidak hanya masif digunakan di daratan Jepang, namun sudah mulai menjarah global terutama kawasan Asia sama seperti kakaknya KakaoTalk. Namun raksasa teknologi Tencent, disaat yang bersamaan melalui berbagai produk teknologinya termasuk WeChat yang memiliki basis pengguna sangat besar di kawasan China, juga mulai melakukan ekspansi agresif ke kawasan Asia & bahkan mulai mengglobal. Bisa menjadi salah satu indikator mengenai persaingan di mobile messenger, bisa kita cek datanya Top Free application di Google Play, yang merujuk dari “gudang aplikasi” dari perangkat mobile berbasis platform Android yang sekarang menduduki rangking nomor wahid di dunia.

 

Dari data mentah dengan perhitungan kasar diatas dari Googple Play, Line menduduki posisi teratas, disusul KakaoTalk, WhatsApp lalu WeChat, dan diperkirakan setidaknya 50 juta sudah terdownload ke ponsel-ponsel berbasis Android. Dari data yang saya dapatkan dari Asian Global Impact, diperkirakan Line sudah hampir mendekati pengguna sejumlah 100 juta, kemudian KakaoTalk digunakan skeitar 70 juta, namun secara global WeChat memimpin dengan 300 juta pengguna yang mayoritas berasal dari kawasan China.

Trio messenger tersebut pun memiliki fitur-fitur yang mirip, tetapi dengan kekhasan masing-masing. FItur tersebut pun berhasil menarik sejumlah besar pengguna baru, fiitur-fitur yang berbeda & menawarkan sesuatu yang baru dengan pemain lama seperti WhatsApp & BBM, salah satunya yaitu desain interface yang fresh, lalu fitur group-chat, fitur video-call, fitur voice-call over internet, fitur file sharing berupa gambar, audio, video, & yang fenomenal yaitu fitur sticker mirip seperti emoticon namun dengan desain gambar yang ciamik & menggambarkan emosi-suasana hati ketika ber-chatting ria bersama kerabat & teman-teman.

Saya sendiri meng-install & menggunakan trio messenger sekaligus BBM & WhatsApp, namun dari sisi penggunaan sebagai mobile messenger, saya paling banyak menggunakan WhatsApp & BBM, disusul Line, lalu untuk KakaoTalk & WeChat saya tergolong sesekali saja menggunakannya. Namun tren dalam beberapa saat terakhir mulai banyak yang menggunakan Line & KakaoTalk, dan kebanyakan “terkesima” dengan fitur sticker yang “lucu” bin “unyu” hahaha 😀

Kita lihat saja bagaimana kelanjutan perang terbuka antara trio mobile messenger tersebut dengan pihak incumbent seperti BBM & WhatsApp tersebut, salah satunya berbagai promo menarik yang ditawarkan pihak pengembang messenger bekerjasama dengan pihak operator telekomunikasi, seperti pemberian layanan data gratis penggunaan messenger, contohnya yang dilakukan oleh KakaoTalk berikut, wah lumayan ya, kebetulan saya pengguna operator tersebut.. Dan seperti biasanya kita sebagai pengguna diuntungkan juga, dengan adanya beragamnya alternatif messenger yang tersedia, apa lagi ada paket promo yang bisa kita dapatkan untuk saling berkomunikasi & bersosialisasi 🙂

 

Sumber =

1. http://www.techinasia.com/mobile-messenger-war/#fnref:1

2. http://www.agimag.co.uk/asian-mobile-chat-titans-in-war-for-market-supremacy/

3. http://en.wikipedia.org/wiki/KakaoTalk – http://en.wikipedia.org/wiki/KakaoTalk – http://en.wikipedia.org/wiki/Line_(application)

4. https://play.google.com/store?hl=en

5. http://dailysocial.net/post/perang-aplikasi-mobile-messaging-manakah-yang-akan-menang

Ulasan aplikasi mobile Evernote : Sang pencatat multiplatform

catatan yang akan dibawa besok.. catatan judul buku/film/lagu yang dicari.. jurnal kejadian.. list barang mau dibeli.. daftar kerjaan.. catatan hasil rapat..

Semua yang saya sebut diatas yang saya sebut merupakan dokumentasi berupa catatan dalam keseharian kita.. membuat catatan apapun yang telah, akan, atau yang sedang dikerjakan.. or hanya sebagai catatan yang bisa saya lihat/buka ketika dibutuhkan..

Saya ketika jaman mahasiswa dulu suka membawa semacam notes berupa buku yang saya bawa kemanapun, jika adahal yang menurut saya penting atau saya butuhkan nanti, maka saya catat di notes mungil saya itu. Kemudian saya juga pernah mengalami ketika eranya memiliki buku binder terbuat dari plastik transparan serta didalamnya berisi kertas file  yang bisa “diisi ulang”, sehingga buku notes dulu yang saya miliki tergantikan dengan buku binder file yang bisa “diisi ulang” tersebut, lalu ukurannya sudah standar, serta lebih hemat, karena hanya butuh 1 buku binder saja, daripada beli buku notes baru lagi serta bisa memuat banyak kertas.

Ketika kertas-kertas file tersebut semakin banyak dan materi kuliah tidak semua tertampung dalam buku binder tersebut serta materi kuliah berupa diktat tersebut terkadang sudah berupa file digital seperti pdf, slide ppt, terkadang dalam bentuk doc.

Selain itu kadang file-file tersebut tidak semuanya saya bawa, tapi saya simpan di rumah/kos karena sudah menumpuk dari beberapa matakuliah dan semester lalu.

Nah.. jaman sekarang yang semua berbasis digital dan internet serta didukung aplikasi mobile (Android) yang canggih, maka kebutuhan saya seperti jaman kuliah dulu untuk mencatat segala hal, bisa diakses dimana saja baik dari situs versi desktop hingga versi mobile di Android maupun Blackberry

Jadi catatan yang saya buat atau temukan ketika browsing di laptop dapat saya posting ke Evernote (dengan add ons dan plugin tambahan yang diinstal browser seperti Chrome maupun Mozilla), atau saya buat catatan ketika ber-BB ria dapat saya simpan melalui aplikasi Evernote for Blackberry, kemudian mau update cataatn tadi yang saya buat sebelumnya, dapat saya revisi di Android saya.

Catatan yang saya buat, revisi, ubah, dan saya simpan dapat diakses disemua perangkat saya, jadi tersimpan rapi dalam 1 atap serta bisa diakses kapan saja dan dimana saja asal terkoneksi dengan intenet, semuanya jadi serba praktis dan mudah.

Mobile Blogging

Setelah waktu berlalu & banyak momentum yang terlewat, kerinduan menulis kembali pun hadir. Sama dengan mayoritas netter yang tergolong blogger “amatiran”, yang cuma ngblog dikala santai & (sayangnya) membuat tulisan terkadang tidak rutin, entah karena sibuk maupun malas, tidak ada mood, atau bahkan sudah kekeringan ide tulisan, maka aktivitas ngblog menjadi suatu yang “mahal” disertai ada & semakin meluasnya penggunaan layanan microblogging & jejaring sosial, maka ngeblog menjadi terlupakan.

Setelah saya bermigrasi ke ponsel  maka fasilitas berupa koneksi yang stabil & cukup kencang tersedia, sehingga saya dapat terkoneksi dengan dunia maya internet.

 

Dari utak atik  untuk email, chating, browsing, & sopasti BBM maka setelah puas, minat & kerinduan itu pun muncul kembali, yaitu menulis di ranah blog, dan kali ini saya akan ngeblog namun bisa hampir dimana saja & kapan saja, selama masih dalam jangkauan jaringan, yaitu ngeblog dengan mobile aka mobile blogging!

Dengan app WordPress for Blackberry  ini maka saya bisa ngeblog dengan mudah. Fiturnya memang lebih sederhana dibandingkan versi full sitenya, tapi cukup powerfull.

Facebook : Networking, Bisnis, dan Produktivitas Kerja

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya dalam perjalanan ke daerah bilangan Sudirman dengan bos saya untuk meeting dengan bapak-ibu klien terhormat, saya mendapati pengalaman cukup unik, dimana terjadi percakapan singkat yang menyoal bagaimana Facebook (selanjutnya disebut FB), dapat mendukung produktivitas kerja dan karir kita.

Si bos kita satu ini, (terkadang) cukup sinis yang terkait dengan media sosial seperti instant messeger yang digunakan untuk chatting, lalu social networking seperti Friendster dan FB, forum diskusi, dan terkadang juga ketika kita mengakses situs-situs yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, dan hingga di suatu meeting internal, beliau mengingatkan untuk fokus pada pekerjaan, serta mengurangi hal tersebut, dan kemudian bermunculan ocehan, omongan, serta komentar dari rekan-rekan karyawan, dari yang sinis, sedikit kompromistis, hingga menganggap suatu lelucon saja.

Saya juga punya pemikiran sendiri mengenai isu tersebut, yaitu bersosialisasi di dunia maya saya pikir perlu dengan memanfaatkan fasilitas koneksi internet, lagipula saya pribadi punya keterbatasan untuk fokus terus-menerus dalam suatu periode waktu (7-8 jam kerja), dan perlu berelaksasi sejenak, entah itu chatting sebentar, untuk menyapa kawan-kawan, atau posting something, entah berkomentar di wall FB beberapa teman, entah berkomentar foto di FB (lihat postingan saya mengenai aktivitas berkomentar soal foto-foto di FB), entah cuma melihat sejenak foto-foto “lucu” di album foto teman-teman, ataupun berkomentar soal “update status message” mereka, yang intinya penyegaran sesaat, lagipula jika pikiran santai, maka terkadang kita juga akan lebih baik dalam bekerja, dan produktivitas pun meningkat!! Lagipula akses di kantor memang full access, tanpa batasan, dengan kecepatan yang lumayan cepat juga, dan kebetulan kantor saya termasuk perusahaan di industri TI, yang notabene harus terkait dengan dunia maya, yaaa (terkadang) untuk unduh-unduhan lagu, video, ataupun update aplikasi terbaru biasa juga dilakukan oleh rekan-rekan saya.

Tiba-tiba si bos saya ini pun bertanya seperti ini :

“cha, punya account fesbuk ga??”

yaa.. saya cukup kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba seperti itu, padahal topik obrolan sebelumnya mengenai progress project maupun mengenai soal makanan (maklum saat itu sudah jam makan siang dan saya masih berada di jalanan tol ibukota bersama si bos ini, intinya yaaa laper bos!!).

“ada pak.. saya punya.. kenapa yaa pak??” jawab saya.

“oohhhhh… cuman nanya aja cha.. bagus itu fesbuk yaa” balas si bos.

weekksss… kenape ni bos, pikir saya, kesamber gledek apa yaa?? n_n

padahal isu penggunaan media sosial seperti yang saya jelaskan diatas, tergolong cukup “rawan”!!

“tau nda.. projek yang kita ikutin itu, saya dapat dari fesbuk cha..”

“dari fesbuk?? maksud bapak bagaimana yaa??”

dan kemudian beliau langsung melihat saya dengan tersenyum.

“awalnya saya disuruh bikin fesbuk ama teman-teman saya, banyak email-email yang ngundang gitu..”

“oww.. di invite yaa pak, memang fesbuk dan kebanyakan social networking lain kayak frenster juga proses invite dan joinnya via email.. tapi bisa juga register dulu, lalu kita bisa add yang istilahnya terkoneksi  atau terhubung sebagai teman pak, jadi nanti kita bisa ketemu teman-teman yang lain, dan semua bisa saling terhubung dalam fesbuk itu” jawab saya kilat.

“waaa.. percha tau banyak yaa?? tau juga soal social networking juga yaa?? saya sering baca di majalah dan internet, apa itu yaa?? networking gitu cha??  sering fesbukan cha ??”

wekksss.. mati gue!!  Ini pertanyaan “rawan bin jebakan” pikir saya.

“yaa.. kadang-kadang pak, kalau lagi ada waktu senggang, saya akses situs fesbuk, yaa silaturahim dengan teman-teman pak” jawab saya diplomatis, “..Social networking memang hampir sama dengan aktivitas networking gitu, seperti dunia kerja dan bisnis pak, saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang saling menguntungkan.. dan konsepnya diterapkan di internet pak..” jawab saya kemudian.

“nah itu dia cha.. saya tadinya males bikin beginian, saya pikir buang-buang waktu.. kayak mainan abg aja, ternyata ada manfaatnya juga..” balas si bos.

“tergantung manfaatnya bagaimana pak.., lalu apa hubungannya dengan projek kita pak”  jawaban diplomatis lagi dari saya.

“saya juga punya fesbuk cha” waa si bos punya fesbuk, cukup mengejutkan pikir saya.

“saya nulis-nulis di fesbuk teman-teman lama saya, bales tulisan mereka di fesbuk saya,  say hello gitu cha.. lama-lama kita telpon-telponan, lalu meeting dan ada prospek untuk kerjaan baru untuk kita.. dan salah satunya projek ini cha.. gitu cha..” jawab si bos.

“ooowww.. gitu pak.. bagus dong pak” respon saya atas omongan si bos ini.

“fesbuk juga punya sisi positif jugaa yaa.. makanya obama bisa menang pake fesbuk ini salah satunya yaa..”

“oowww.. iya pak, fesbuk memang tujuannya seperti yang saya bilang tadi, untuk social networking pak”

Seperti yang telah dijelaskan diatas, FB memang bertujuan untuk saling berinteraksi sosial dalam ranah dunia maya. Dan dari hasil pembicaraan dengan si bos, FB memang merupakan salah satu alat untuk netwoking kita dalam bekerja dan berbisnis, dan bukti nyatanya dari pengalaman bos saya.

Lalu si bos di penghujung perjalanan menuju tempat klien, berkata : “yaudah cha.. nanti saya jadi teman juga di fesbuk yaa.. di add kan??”

“oww… iya pak, nanti kalo saya ada waktu untuk akses fesbuk” jawab saya menutup topik obrolan soal FB ini.

Hhhmmm… sampai saat ini, saya belum “add” si bos untuk jadi teman di FB saya. Dan beberapa rekan kerja di kantor saya beritahukan mengenai  keberadaan akun FB si bos  juga cukup terkejut akan hal tersebut, dan merasa entah kenapa “emoh” menjadi teman si bos di FB.

Dan saat ini sedang berpikir apa untung ruginya jadi teman beliau di FB, bisa-bisa dia tahu “privasi” dalam keseharian saya ber-FB ria, meskipun ada aturan kontrol privasi dari FB, dan teman-teman kantor mungkin berpikiran sama dengan saya juga yaa..  hehehe…  n_n

Facebook Photo Comment : so addictive!!

Di tulisan saya mengenai Facebook dan foto telah dibahas mengenai fungsional dan fitur-fitur yang berhubungan dengan foto di Facebook tersebut. Dan fitur satu ini merupakan salah satu favorit saya, serta sekaligus sebuah pelampiasan yang saya sebut efek narsisme dijital.

Setelah larut dalam dunia FB dan berkutat dengan aktivitas add, invite serta approve friends/groups, menganduh foto-foto narsis, dan akhirnya terjebak dengan aktivitas photo comment… fitur yang mengadiksi ketika ber-FB ria!!

Ancur!! enggak sopan!! dasar!! ihhh!!

Hahaha.. saya tertawa puas ketika membaca komentar-komentar di album foto online di akun Facebook (FB) saya. Tanpa merasa bersalah dan tanpa memandang tatakrama, teman-teman saya menganduh foto-foto “lucu”, aneh, dan gaib. Dan dalam sekejab komentar-komentar yang “mencerahkan” dan sedikit nakal pun meluncur dari postingan mereka semua. Dari kata-kata sopan yang mendayu-dayu, hingga cercaan berbau kebun binatang pun meluncur.. bahkan kalimat yang membutuhkan intelejensia lebih, yang secara implisit memiliki arti dan tafsir yang berbeda pula.

Saya beranggapan orang sudah bosan dengan pose foto yang “itu-itu” saja, maka ide kreatif dan semangat inovasi pun muncul dari sudut pengambilan, lokasi foto, subjek foto, hingga foto-foto yang sebenarnya biasa saja, menjadi unik, karena caption/judul fotonya disertai komentar-komentar yang “unik” juga.

Fitur FB satu ini, yaitu album foto, serta (hampir) semua situs jejaring sosial (social networking) memiliki fitur yang ide awalnya sederhana ini, yaitu sebagai album foto online, yang terintegrasi dengan jejaring sosial kita, tetapi album foto ini memiliki efek yang luar biasa. Sesuai dengan tujuan dari jejaring sosial tersebut, yaitu berhubungan dan berinteraksi dengan orang lainnya, dan salah satunya melalui bentuk media yang disebut album foto tersebut.

Ketika masih berjejaring sosial dengan Friendster (FS), kita selaku pengguna FS, sering memanfaatkan fitur foto juga, yang merupakan fitur unggulan yang digemari para penggunanya, dan berujung pada virus narsisme dijital. (baca postingan saya juga mengenai efek narsisme dijital di Friendster, yang saya sebut virus fotogenik friendster di pembahasan mengenai jejaring sosial di Friendster).

So… saya sendiri sudah terkena dengan virus narsisme dijital tersebut, padahal dulu paling emoh ikutan “sesi foto”… eh sekarang jadi kecanduan foto-foto, menganduh, dan berkomentar tentang foto-foto tersebut.