Vivian Maier adalah salah satu fotografer referensi saya dalam mempelajari fotografi, khususnya genre human interest, bahkan merujuk ke jenis street photography dari beberapa materi yang pernah saya baca, dengan kata lain Vivian adalah salah satu idola dalam dunia fotografi. Karena hal itu, saya pun mengangkat kisah Vivian khusus dalam artikel profil fotografer yang saya tuliskan di blog ini dan bisa dinikmati di artikel blog saya berikut : Percha Photog Profile Vivian Maier.
Setelah melihat, membaca, dan menikmati karya foto Vivian yang disampaikan oleh Maloof, seorang penulis buku dan seorang fotografer yang menemukan dan merestorasi karya-karya Vivian tersebut. Ada empat hal yang bisa saya dapatkan dan pelajari dari perjalanan “karier” fotografi yang dilakukan Vivian sbb :
1. Fotografi bisa dilakukan oleh siapa saja
Dari karya Vivian dan intepretasi yang dijelaskan oleh Maloof, maka Vivian membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi seorang fotografer. Dengan profesinya sebagai seorang nanny (pengasuh anak), ternyata Vivian memiliki hobi fotografi dan surprisingly karya yang dihasilkan untuk saya pribadi bisa disejajarkan dengan fotografer ternama lainnya. Seperti yang saya tulis di artikel blog artikel blog Fotografi, Ponsel, & Instagram mengenai konsep demokratisasi fotografi, maka fotografi bisa diakses oleh siapa saja, dengan adanya media digital beserta perangkatnya yang semakin murah dan mudah digunakan.
Bahkan tiga sampai empat tahun terakhir, fotografi menjadi semakin inklusif dan bukan milik kelompok elit tertentu, karena kemudahan aksesnya tersebut, meski secara profesi, dasar-dasar forografi, dan karya yang dihasilkan bisa dibedakan, bahkan beberapa teman tanpa latar belakang media, seni, kreatif, atau jurnalisitk berani membuka bisnis fotografi, dan menapaki karier sebaga fotografer seperti bisnis wedding dan event yang membutuhkan dokumentasi foto, bahkan teman saya tersebut hanya bermodal kamera standar dan peralatan seadanya!
2. Fotografi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja
Di masa Vivian, meski perangkat fotografi sudah mulai bisa diakses masyarakat umum, meski belum populer, dengan Rolleiflex-nya Vivian membawa kamera tersebut hampir setiap saat menangkap berbagai momen di kehidupan sehari-harinya. Dari yang saya baca dan lihat, maka foto karya Vivian sangat erat dengan pendekatan street photography yang saya tulis di artikel blog street photography. Vivian dengan profesinya sebagai pengasuh anak, ketika di waktu luangnya digunakan untuk membuat foto dimana saja, dan jika dibandingkan masa kini dengan kemudahan dalam membawa kamera yang ukurannya lebih mudah dibawa dan beratnya jauh lebih ringan, bahkan dengan hadirnya smartphone berkamera, maka fotografi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, dibandingkan kamera di era Vivian masih hidup.
3. Fotografi adalah salah satu cara menikmati hidup
Vivian sepanjang saya baca dan telusuri informasinya, hanya menjalani hidup yang sederhana dan terkesan santai. Dengan hanya bekerja sebagai seorang pengasuh anak yang berpenghasilan tidak besar, dan tinggal seatap dengan majikannya, maka fotografi bagi Vivian sebagai cara menikmati kehidupan, bahkan sepanjang hayatnya, baik ketika bekerja maupun plesiran selalu bersama kameranya untuk membuat foto sesuai selera dia. Vivian berkarya karena memang dia suka dan menurut beliau, cukup dia sendiri yang menikmatinya. Sampai saat ini setahu saya, bahkan beliau tidak membuat foto untuk tujuan mencari keuntungan materi, diluar kepuasan beliau pribadi.
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya di artikel blog yang membahas profil Vivian disini, mayoritas rol filmnya belum di-develop, dicetak atau dipublikasikan hingga beliau meninggal dunia, dan dijadikan sebagai koleksi untuk kepuasan pribadi. Untuk poin ini, tidak lain dan tidak bukan, bagi Vivian fotografi adalah sebuah cara menikmati hidup dengan melakukannya tidak hanya ketika liburan, bahkan ketika menjalani hidup sehari-harinya
4. Fotografi adalah “karier” sepanjang hayat
Saya pernah membaca sebuah posting di salah satu forum fotografer tersohor di Republik ini, yang membahas apa perbedaan seorang fotografer profesional atau bukan, dan sebagian menyatakan bahwa seorang fotografer profesional adalah fotografer yang menghasilkan karya fotografi yang mumpuni dan sekaligus mendapatkan nafkah dari kegiatan fotografinya tersebut. Sebagian lain, berkata bahwa fotografer profesional bisa dinilai dari karyanya yang monumental, dan sebagian lain menyatakan fotografer profesional tidak secara langsung terkait dengan uang atau karyanya, namun fotografer profesional adalah orang yang berprofesi dan mencari rejeki dari fotografi.
Perbedaan definisi dan pemahaman yang ada itu berubah, ketika saya mengetahui sosok Vivian yang jelas-jelas bukan seorang fotografer profesional, tetapi seorang pengasuh anak, namun karyanya sekelas dengan fotografer profesional di jamannya, bahkan memiliki kekhasan tersendiri.
Apa yang dilakukan Vivian Maier terkait fotografi sepanjangan hayatnya, bisa saya sebut sebenar-benarnya passionate photographer, yang konsisten terus berkarya, dan apa yang dibuatnya, sepemahaman saya, memang dia menyukai hal tersebut. Di poin ini, kita sama-sama mengerti, kalau ada hal yang kita sukai, maka kita rela terus melakukan hal yang disukai tanpa lelah dan tanpa rasa bosan, bahkan hingga akhir hayat nanti.
Empat hal yang telah saya sampaikan tersebut telah menambah wawasan saya, dan menambah semangat saya ketika membaca dan melihat karya Vivian dalam menjalani hobi fotografi selaku fotografer amatir, yang terus berkarya sekaligus belajar dari berbagai sumber, sehingga “karier” fotografi saya terus berproses dengan (mencoba) konsisten berkarya kapan saja dan dimana saja, sekaligus menikmati hidup dari balik lensa!
Jadi bagaimana fotografi menurut kamu? Apa 4 hal yang saya pelajari dari Vivian relevan dengan pekerjaan atau hobi fotografimu? Yuk, share di kolom komentar disini ya..
Referensi:
Situs resmi Vivian Maier – Maloof Collection : http://www.vivianmaier.com/
Baca juga artikel mengulas perkenalan perdana saya dengan street photography : Berkenalan dengan Street Photography
Wah photography B&W yang belum pernah bisa saya lakukan, nggak pandai-pandai soalnya. Sebetulnya bukan masalah bosan buat saya belajar photography, tapi lebih ke frustasi karena bener-bener susah menguasainya hiksss jadi curcol….
Wah mba kalau menurut pendapat saya, buat, lakukan, dan jalani fotografi yang menurut mba Junita suka dan nikmati. Bukan soal bisa atau tidak, enjoy aja yang mba bisa lakukan, jangan dibikin pusing mba hehehe..
Lagipula fotografi itu bagian dari cabang ilmu seni, so menurut saya tidak ada salah atau benar, jadi lakukan aja yang mba Junita bisa, toh menurut pemahaman saya dari fotografi yang Vivian lakukan, fotografi adalah salah satu cara menikmati hidup ?
Anyway terima kasih telah berkunjung ke Blog saya ya.
Fotografi di zaman sekarang ini adalah menurut aku adalah foto pemandangan indah dengan disertai obyek manusia tunggal yang membelakangi kamera, kemudian di-share di media sosial dengan caption yang tidak ada hubungannya dengan konten foto untuk mendulang apresiasi berupa nominal “like”… 😀
hahaha bro Mawi memang seperti adanya di era sekarang ini, tapi itu sah-sah aja kok,
toh itu salah satu cara menikmati hidup versi mereka 😀
contoh yang bro Mawi bilang itu contoh nyata demokratisasi fotografi, jadi setiap orang bisa melakukan itu kan ya..
wah vivia mayer.
fotografer yang ketika udah wafat baru terkenal, semacam Vincent Van Gogh nya fotografi.
wah mantap bro Ardika foto-fotonya.
wah saya udah lumayan lama enggak motret, karena jjadwal menjelimet dengan menulis hahaha.
eh kalau boleh, pas saya bikin artikel, boleh enggak saya pinjem fotonya hehe.
blog saya di gariswarnafoto[fot]com
halo bro, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya yah,
saya juga bikin foto selagi bisa aja, tapi pas bisa diusahakan yang bagus 🙂
nanti boleh kontak saya by email ya untuk urusan fotonya = saya@ardikapercha.com
hatur nuhun