Category Archives: Kuliah

kumpulan pengalaman belajar dan kuliah online

BacaBuku : Start With Why – Simon Sinek

ISBN = 9786020628837
Penulis = Simon Sinek | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan = Juni 2019 | 376 Halaman
ardika percha - bacabuku - 25005 wm

Ketika membaca judul buku ini, seperti ada “AHA Moment” yang muncul! Di sudut pikiran lain saya juga berusaha mencari fondasi dan konsep mendasar dalam melakukan apa pun di sisi kehidupan pekerjaan profesional.

Start with why oleh Simon Sinek ini (dengan segala kerendahan hati & ceteknya keilmuan saya pribadi) menurut saya tidak menawarkan sesuatu yang baru dan original, namun justru disitu yang membuat saya merasa seperti mendapat pencerahan dan merasa ikut kelas perkuliahan kembali, terutama ketika menjelajahi apa yang disampaikan beliau di bab-bab akhir di buku ini.

Konsep Lingkaran Emas dijodohkan dengan kisah-kisah klasik kesuksesan seperti kisah Apple dengan duo Steve, kisah Wright bersaudara, kisah Microsoft, hingga kisah bisnis Walmart dsb.
dengan gaya narasi dan uraian yang disampaikan Om Simon, mirip seperti pemikiran dan buku lain yang saya pelajari selama ini terkait topik di dunia digital, product, marketing, dan brand.

Menariknya Om Simon menyampaikan hal yang personal di penghujung tulisannya, yaitu ketika beliau berbagi kisahnya dalam menemukan MENGAPAnya, dan untuk saya ini hal yang jarang saya baca dan temui di buku lain dari sudut pandang langsung penulis.

Setelah membaca buku ini membuat saya berpikir kembali dan menjadi validasi, bahwa MENGAPA adalah fondasi paripurna dalam melakukan apapun, sama dengan pemikiran sebagai seorang Muslim, bahwa apapun yang akan dilakukan, yang penting niat awalnya, dan hal ini bisa menjadi bahan bakar utama ketika mengarungi segala hambatan dan tantangan kedepannya, dan Insya Allah hingga di puncak kesuksesan kelak.

BacaBuku : 10 Tahun Kesunyian – Imam Al-Ghazali

ISBN = 9786238661015 (ISBN10: 6238661011)
Penulis = Imam Al-Ghazali | Penerbit = Turos Pustaka
Cetakan = Agustus 2024 | 140 Halaman
ardika percha - bacabuku - 25002 wm

Buku ini membuka wawasan saya pertama kali tentang pemikiran dari seorang tokoh besar dalam Islam. Buku ini ditulis seperti catatan harian atau mini autobiografi dari Imam Al-Ghazali dengan penyampaian seperti jurnal monolog.

Tulisan dibuku ini disusun ketika beliau di puncak ketokohan & kariernya, di masa itu beliau justru mengasingkan diri selama 10 tahun, lalu kembali ke kota kelahiran hingga akhir hayatnya dan memberikan perspektif berbeda dari sudut pandang pribadi.

Buku ini memberikan saya banyak pengetahuan baru mengenai soal konsep mahzab & aliran filsafat dalam dunia Islam, menangani bagaimana menghadapi sebuah perbedaan pendapat dan mensolusikannya dengan berpatokan pada Quran & Hadis.

Saya menyukai atas pemikiran dan ilmu agama yang baru saya dapatkan di buku tersebut, namun banyak istilah teknis (dalam bahasa Arab) yang belum saya pahami secara penuh, yang membuat saya harus “mengatur ulang” pemahaman saya ketika membaca buku ini, yang membuat saya kurang menikmati buku ini, meski banyak kandungan ilmu baru untuk saya, di sisi lain membuka perspektif berbeda dengan jenis buku lain yang saya baca sebelumnya.

Di sisi lain, beliau memberikan insight ketika ada perbedaan pendapat disetiap mahzab tersebut, beliau mempelajari dahulu dengan seksama setiap mahzab tersebut, lalu memberikan semacam kritik.

Dari poin diatas kalau kita aplikasikan sehari-hari, bahwa kita harus mau menerima perbedaan, tetap berpikir terbuka dengan mempelajari seksama, lalu baru berpendapat dan memberikan kritik berbasis logika dengan patokan Quran dan Hadis.

Kritikan tajam cukup banyak disampaikan beliau yang ditujukan ke ulama & cendikiawan dunia Islam di masa itu, terkait rongrongan filsafat barat serta pertikaian intelektual di internal dunia Islam yang membutakan ulama hingga berdampak ke para pengikutnya, oleh karenanya kita diharapkan tetap berpikir logis dan berpatokan pada Quran dan Hadis.

BacaBuku : Sang Alkemis – Paulo Coelho

ISBN = 9786020656069 (ISBN10: 6020656063)
Penulis = Paul Coelho | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Agustus 2021 | 224 Halaman
ardika percha - bacabuku - 25001 wm

Buku ini menurut saya merupakan sebuah karya masterpiece, karena banyak memberikan insight dan suplemen otak bagi saya pribadi. Sama seperti banyak ulasan diluar sana yang menyatakan luar biasa kualitas buku ini, maka ini benar adanya dan tervalidasi ketika saya membaca buku ini. Sang Alkemis menjadi salah satu yang memiliki dampak pada pemikiran saya dan membekas pada pribadi saya.

Gaya bahasanya yang sangat luwes, menggugah, dan imajinatif, selain itu, buku ini saya baca dalam waktu yang singkat, karena alur ceritanya membuat kita terus ingin melaju mengikuti kisah karakter Santiago.

Di buku ini kita diajak untuk berani mengambil tindakan, siap untuk kalah, di sisi lain membuat kita agar tidak pantang menyerah, tetap bermimpi, berpikir out the box, untuk menemukan harta berharga di masing-masing kita pribadi.

Seperti layaknya perjalanan hidup yang digambarkan sosok Santiago, dimana dia harus rela meninggalkan hewan gembalaannya untuk merantau ke negeri seberang, tertipu dan gagal ketika perjalanan, dan bertemu banyak hal-hal ajaib selama di perjalanan, hingga menemukan harta terkaya di hidupnya.

Yang saya suka yaitu di gaya bahasa penulisan dan alurnya, serta ada semacam chemistry insipiratif dan aura sprititualitas ketika membaca kata per kata hingga menjadi sebuah untaian kalimat, terus tersusun menjadi paragraf hingga tidak terasa mengarungi bab per bab di buku Sang Alkemis ini.

Terima kasih Pak Coelho telah menulis buku yang indah dan inspiratif ini!

Membahas Bekal Anak di Abad 21

Tahun ini anak saya memasuki usia untuk mulai bersekolah formal dan ini pun jadi pembahasan mahapenting bersama Istri mengenai apa yang kita harapkan ketika nanti anak bersekolah. Lalu tentunya membahas sekolah model mana yang akan dipilih beserta kriterianya, lalu tentunya membahas soal lokasi, kondisi sekolah, dan UUD yang ujung-ujungnya soal alokasi anggaran dana yang kita akan gunakan, semua pun dibahas termasuk bagaimana pola interaksi belajar mengajar di kelas sampai soal kondisi & kebersihan toilet/WC!

Selain mengenai sekolah formal, saya juga mulai browsing membaca sana-sini soal kemampuan dan kompetensi apa sih yang dibutuhkan sehingga menjadi bekal anak di abad 21 yang serba dinamis dan mulai mengarah ke technology dan digital minded tanpa melupan fondasi penting lain seperti soal agama, moral, dan kepribadian menurut saya dalam hal menyongsong kesiapan dan kemampuan anak di masa depan. Oia poin lainnya, ketika menelusuri soal bekal anak abad 21 ini pun saya selaku orang tua jadi ikut belajar & berproses soal parenting yang buat saya masih perlu banyak belajar dan baca lagi 🙂

Dari penelusuran tersebut, saya menemukan beberapa hal menarik yang saya coba susun dan tuliskan kembali, termasuk share mengenai skill apa saja yang dibutuhkan seorang anak di abad 21 beserta beberapa contohnya yang saya coba rangkum dalam artikel ini.

Skill Anak di Abad 21

Di abad 21 ini, kemampuan seperti membaca, menulis, dan berhitung (biasa disebut calistung) sudah menjadi hal paling mendasar bagi seorang anak, namun kedepannya anak perlu dibekali skill tambahan dan bisa diajarkan semenjak dini. Skill yang menjadi bekal anak di abad 21 tersebut yaitu skill yang berbasis konsep 4C yaitu :

  • critical thinking
  • creativity
  • communucation
  • collaboration

Dari hasil penelusuran tersebut keempat skill tersebut menurut saya memang bisa menjadi fondasi dasar seorang anak, bahkan untuk kita (khususnya saya sebagai pekerja/karyawan profesional) memang dibutuhkkan dan bermanfaat di dunia kerja profesional atau jika menjadi seorang entrepreneur bermanfaat dalam mengembangkan bisnisnya. Lalu perihal konsep 4C ini pun sudah diangkat menjadi pilar dalam program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diterapkan Kemendikbud dalam proses belajar mengajar.

So poinnya, dari sisi dunia profesional dengan konsep 4C dari sudut pandang akademik CMIIW terdapat link & match serta valid menjadi fondasi untuk bekal anak di abad 21 untuk beradaptasi dan berkembang di new era nanti.

4C skills di abad 21 (curioustimes.in)

Kurikulum & Mas Nadiem Makarim

Ketika mas Nadiem Makarim diangkat menjadi Menteri Pendidikan & Kebudayaan saya berharap banyak kepada beliau untuk membawa angin perubahan dan pastinya secara langsung serta tidak langsung membawa pengaruh pemberdayaan teknologi ke dunia pendidikan. Harapan itu muncul ketika membaca salah satu artikel di media online ini, bahwa adanya penyesuaian dan penambahan pada kurikulum nasional, yaitu adanya kompetensi Computional Thinking dalam proses belajar mengajar. Dari artikel tersebut saya mencoba cari tahu terkait bekal anak abad 21 dan kaitannya dengan computional thinking tersebut. Dari konsep 4C yang dijelaskan diatas, maka Computional Thinking berelasi dengan critical thinking dan creativity terkait khususnya perihal problem solving, system thinking, hingga innovation, & design.

Definisi Computional Thinking

Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai computional thinking, maka kita bisa kembali ke dasar mengenai definisinya. Untuk definisi banyak ditemukan di internet, namun salah satunya yang saya kutip dari website Dicoding yaitu sebagai berikut :

Computational thinking atau pemikiran komputasional adalah cara berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Caranya adalah dengan menguraikan setiap masalah menjadi beberapa bagian atau tahapan yang efektif dan efisien. Ia juga dapat diartikan menjadi sebuah metode untuk menyelesaikan suatu masalah yang dirancang untuk bisa diselesaikan oleh manusia atau sistem atau keduanya.

Dari definisi tersebut menurut saya secara singkat yaitu suatu cara memecahkan masalah dengan efektif dan efisien secara bertahap dengan menggunakan pendekatan yang bisa diselesaikan dengan mesin/komputer atau dengan manusia atau keduanya.

Aspek dari computional thinking (tinythinkers.org)

Untuk mempelajari computional thinking ini, terdapat 4 aspek utama yang dapat menjadi pegangannya yang saya kutip dari Tinythingkers.org yaitu :

  • decomposition : merujuk kepada pemecahan masalah atau tugas/task menjadi bagian-bagian terkecil yang bisa ditangani solusinya
  • pattern recognition : mengenali pola dan kesamaan, sehingga memudahkan dalam pemecahan suatu masalah
  • Abstraction : mengidentifikasi suatu bagian terpenting dari suatu masalah
  • Algorithm : dikenal erat dengan pemrograman, kalau ditelaah lebih lanjut mengacu kepada langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut

Computional Thinking & Mas Ainun Najib

Dalam rangkaian twit mas Ainun Najib yang saya temukan di Twitter, beliau share mengenai berbagai konsep dan contoh permainan/tool yang bisa digunakan yaitu sebagai berikut :

#1 Cubetto : Video sharing orang tua menggunakan mainan primotoys untuk menunjang pendidikan anak dan penerapan konsep debug sequence di mainan Cubetto (Montessori coding)

Continue reading Membahas Bekal Anak di Abad 21

Beradaptasi dan Berkembang di Era New Marketing

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan menghadiri TikTok The Stage sebuah online event yang tentunya diselenggarakan oleh TikTok untuk menambah pengetahuan terkait dunia digital, mengetahui tren terbaru, dan mendengar kisah sukses yang sudah dilakukan oleh para pelaku industri.

tiktok-stage-percha-homepage

TikTok The Stage

Dalam event ini beragam topik dengan narasumber atau pembicara berbeda-beda, umumnya topiknya terkait dengan pemanfaatan media digital di era “new normal”, lalu tren terkait digital marketing, hingga ada topik yang membahas spesifik hasil riset terbaru.

Dari beragam topik tersebut saya memilih topik “Winning Your Audience On A New Marketing Canvas” yang menghadirkan beberapa narasumber yaitu Om Weng Wai Koh (TikTok), mbak Bim Gutierrez (Bayer), pak Sadhan Mishra (OMD SG), mrs. Nicole Chan (L’Oréal Luxe SAPMENA).

Dari narasumber yang hadir menurut saya cukup mewakili apa yang saya cari yaitu bagaimana pelaku industri bereaksi terhadap perubahan yang dinamis di era new normal ini, yaitu ada mbak Bim dari industri consumer terkait wellness/kesehatan Bayer, kemudaina ada mrs. Nicole dari industri kosmetik kecantikan, lalu ada pak Sadhan dari sisi agency, dan tentunya ada perwakilan dari TikTok yaitu Om Weng.

Dalam diskusi tersebut, saya menangkap beberapa poin diskusi yang cukup memberikan update & insight atas apa yang terjadi saat ini.

tiktok-stage-percha-discuss

Digital Transformation is NOW!

Mbak Bim menyampaikan mengenai bahwa terminologi “digital transformation” sebelum era pandemi mungkin menjadi salah satu tool perusahaan/brand dalam beradaptasi secara bertahap untuk memperluas basis pasar perusahaan dan menjadi pendorong perusahaan tersebut.

Namun ketika di era pandemi, dengan berubahnya landscape pasar dan tentu berubahnya customer behaviour yang menjadikan digital dan internet menjadi satu-satunya yang bisa dijangkau, maka digital transformation menjadi prioritas utama dan harus dilakukan NOW, bahkan menjadi katalis seluruh sumber daya perusahaan. Digital transformation tidak hanya mengubah fokus perusahaan, namun menjadi mengubah mindset kita dalam bekerja, berinovasi, dan berkolaborasi.

Lean In & Co-Creation

Selain itu, Bim juga menyampaikan bahwa lifestyle dan mindset tentunya berubah, yang sekarang menjadi apa yang disebut create value more than product or market saja, bahkan mengajak customer dalam proses pembuatan produk dan layanan yang disesuaikan dalam kanal-kanal digital yang disebut pola co-creation dan lean-in customer tersebut.

tiktok-stage-percha-data11
Continue reading Beradaptasi dan Berkembang di Era New Marketing

Sharing Product Management di Event DiLo Bekasi

 

Pada akhir bulan Mei 2020 yang lalu, saya berkesempatan berbagi ilmu mengenai topik Product Management di event Digital Innovation Lounge Bekasi (DiLo Bekasi) dalam naungan Telkom Indonesia, yang membahas perihal sebagai berikut :

  • posisi dan fungsi seorang yang bekerja selaku Product Management
  • skill apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Product
  • bagaimana keseharian seorang Product dalam proses product development

 

Fungsi Product Management

 

Product Management Diagram - Ardika Percha
Product Management Diagram – Martin Eriksson

 

Seorang yang bekerja di posisi dengan role Product Management (Product Manager, Product Analyst, Product Marketing, Product UX, Product Development, dsb.) berperan dan menjembatani  fungsi lain dalam product development, yaitu mencapai objektif perusahaan dan/atau product vision serta men-deliver value terhadap pengguna product tersebut.

Seorang Product person berada di tengah-tengah antara fungsi Tech, User eXperience, dan Bisnis, sehingga dapat menjadi HUB dan DRIVER dalam pengembangan product tersebut. Mengenai apa dan bagaimana seorang Product Manager bekerja telah dibahas cukup detail di artikel blog ini, yang sempat saya singgung dan share di event tersebut.

Skill Product Person

 

Product person skill
Product person skill

Untuk menjadi seorang Product Person yang baik, maka dibutuhkan beberapa skill agar dapat menunjang pekerjaan sehari-hari dan mencapai objektif yang telah ditentukan. Beberapa skill yang dibutuhkan yaitu seperti berikut :

Continue reading Sharing Product Management di Event DiLo Bekasi

Proses Kreatif dalam Blogging

Pada awal belajar ngeblog saya “terinspirasi” dengan berbagai penulis, jurnalis, atau blogger, dan tentunya saya pun “mereplikasi” gaya mereka, lalu dengan mencoba sana-sini saya, dan belajar sana-sini pula, saya pun berkembang menjadi sekarang, meski sampai sekarang saya masih sebagai pembelajar dan terkagum-kagum menemukan blogger-blogger muda atau senior yang bikin gebrakan dalam “karier” blogging-nya, baik dalam hal penulisan dan penyajian blog masing-masing.

Penulis-penulis tersebut punya gaya menulis yang khas maupun adapula penulis yang sebenarnya memiliki gaya bahasa yang umum, namun “penyajiannya” berbeda, jadi saya pun masih menikmati tulisan mereka dan mencoba satu-dua kelebihan yang mereka tampilkan, sekaligus mencari “adonan” yang tepat bagi tulisan saya sendiri.

Setelah sekian lama berlatih dalam menulis dan belajar blogging, salah satu yang menjadi pemikiran saya yaitu bagaimana cara atau “prosedur” yang efektif dalam membuat sebuah artikel blog tersebut. Di luar sana mungkin jutaan artikel membahas hal semacam ini, dari so serious sampai dengan gaya yang dagelan dan (sok) santai! Tetapi berbagai artikel yang ditemukan (mungkin) bermanfaat dan bisa jadi acuan, namun yang paling tahu bagaimana nyamannya dan kenapa motif kita menulis dan blogging yow  kita sendiri toh?? Jadi saya pun berusaha membuat suatu proses kreatif yang standar dalam kegiatan ngeblog tersebut.

Pencarian Ide & Riset

https://www.gapingvoid.com/blog/
https://www.gapingvoid.com/blog/

 

Dalam menulis dan menghasilkan sebuah artikel blog, tentunya berawal dari mencari dan mengembangkan ide tulisan, terkadang  saya dirasa perlu untuk melakukan riset dan pencarian referensi, lalu membuat semacam kerangka dasar apa yang akan dibahas, lalu berlanjut ke proses menulis itu sendiri, kemudian dilakukan juga proses editing sana-sini secukupnya, sampai proses publikasi sebuah tulisan blog, dan mendistribusikan ke kanal lain, contohnya melalui media sosial.

Jika dilihat dalam menghasilkan sebuah blog merupakan sebuah rangkaian proses yang cukup panjang, sekaligus mengasyikan untuk saya, dan tanpa mengecilkan setiap tahapan tersebut, maka proses untuk membuat ide tulisan dan melakukan riset, menurut saya merupakan salah satu tahapan yang bikin otak berputar, bekerja, produktif, dan mendidih dalam arti positif. Sebagian proses kreatif mencari ide dan mengumpulkan data dan memverifikasi data jika diperlukan, menurut saya menjadi keasyikan sendiri, karena di tahap ini saya mendapat informasi baru sekaligus pengetahuan yang mencerahkan. Dan puncaknya ketika proses kreatif di tahap development artikel blog tersebut, yaitu berusaha merangkum dari hasil riset tersebut dan menuliskannya, lalu ditampilkan menjadi artikel blog yang utuh, dan berharap (semoga) bisa dinikmati oleh pembaca blog.

Lalu catatan tambahan di tahapan riset tersebut, malah saya menghasilkan ide-ide tulisan berikutnya, yaa.. terkadang ide tulisan tersebut akhirnya sebagian besar menjadi korban yang bernama artikel  blog yang berstatus draft  saja 😀

 

Informasi Versus Pengetahuan

https://www.gapingvoid.com/blog/
https://www.gapingvoid.com/blog/

 

Dari yang dipaparkan secara visual dari Gapingvoid, suatu topik bahasan yang didapatkan yang bersumber dari data dan fakta lapangan, kemudian menjadi berguna sebagai suatu informasi bagi yang membutuhkan. Kemudian beberapa informasi yang tersebar dan sepertinya tidak memilii relasi akan menjadi lebih bermanfaat jika dikumpulkan menjadi lebih terstruktur dan sistematis, sehingga menjadi suatu pengetahuan.

Beberapa blog yang saya temukan dan (mungkin) tulisan saya pribadi masih digolongkan dalam taraf pemberian informasi, malah berusaha Insha Allah dan syukur-syukur bisa bermanfaat bagi orang lain, meski belum mencapai taraf menjadi tulisan yang sifatnya berupa pengetahuan seperti yang disampaikan Gapingvoid tersebut.

Di tahap pemberian informasi ini saja, saya sudah cukup puas dan bersyukur, serta saya pribadi lebih berfokus dan perhatian pada isu konsistensi serta tetap menjaga semanggat pribadi untuk ngeblog secara baik dan rutin. Hal ini menjadi salah satu tantangan saya untuk “naik kelas”, sekaligus saya pun (masih) berkutat pada isu kuantitas tulisan atau artikel blog yang dihasilkan, dibandingkan isu kualitas.

 

 

Salah satu usaha terbesar saya dalam blogging untuk berusaha bertahap mencapai sebuah artikel blog yang bisa dikatakan artikel yang memiliki unsur pengetahuan seperti konsep yang dipaparkan Gapingvoid  tersebut, yaitu ketika menulis dan menyusun artikel blog bertema profil fotografer yang menjadi salah satu inspirasi dan referensi saya dalam belajar fotografi, yaitu di penulisan artikel Percha Photog Profile yang membahas Eric Kim yang seorang blogger sekaligus fotografer [Baca artikel blog: Eric Kim] maupun profil Vivian Maier seorang nanny yang memiliki hasrat di dunia fotografi [Baca artikel blog  Vivian Maier]. Di artikel blog tersebut, saya melakukan riset yang cukup panjang dan mendalam, dari membaca kisah hidupnya, lalu melakukan semacam studi literatur, dan tentunya melihat dan berusaha memahami karya fotografinya, bahkan saya pun menonton film pendek atau videonya di Youtube!

Jadi menurut Kamu, baik yang memang yang sudah rutin menulis dan/atau ngeblog,  maupun yang masih bertahap belajar ngeblog, bagaimana kamu melakukan proses kreatif untuk blogging?

Lalu bagaimana menurut Kamu soal konsep informasi versus pengetahuan yang saya saya bahas tadi? Yuk, share di kolom komentar ya!

 


Referensi :

  1. https://www.gapingvoid.com/blog/

 

Kuliah Online Coursera : Marketing In a Digital World

Coursera.com
Coursera.com

 

Mulai bulan September saya mengikuti program kuliah online atau biasa disebut elearning melalui Coursera untuk menambah wawasan keilmuan, mengasah otak dan tentunya mengisi waktu yang positif.

Pengalaman saya belajar di Coursera pernah diulas di artikel blog saya dahulu [Baca artikel blog : Kuliah lagi di Coursera], dan ketika itu pertama kalinya saya belajar mandiri melalui media internet tersebut.

Dengan mengikuti kuliah ini, harapan saya sebagai berikut :

  1. mengetahui model pembelajaran online teranyar yang disajikan oleh Coursera
  2. melakukan refresh atas konsep pemasaran yang telah saya ketahui selama ini
  3.  mengetahui konsep dan contoh kasus implementasi pemasaran dengan pemanfaatan media digital
  4. mengasah kemampuan bahasa Inggris saya secara praktek nyata di lapangan

 

Dalam mengikuti perkuliahan di Coursera, mayoritas saya akses melalui aplikasi mobile-nya yang  terinstal di smartphone saya, sehingga saya bisa kuliah dengan membaca materi perkuliahan,  menonton video perkuliahan, mengikuti kuis, berinteraksi di forum diskusi, sampai mengerjakan beberapa tugas kuliah yang diberikan dimana pun dan kapan pun.

 

Aplikasi Coursera (versi Apple iOS)
Aplikasi Coursera (versi Apple iOS)

 

Menariknya  materi kuliah sebagian besar bisa diunduh, agar bisa diakses secara offline. Sebagai informasi tambahan, saya menggunakan iPhone 5 dengan iOS versi 9.3 serta saran saya menyediakan ruang minimal sekitar 200 MB, dan untuk pengaksesan aplikasi secara mobile saya mengandalkan layanan data Telkomsel.

 

Kuliahnya membahas apa?

Untuk course ini saya ambil sesuai minat saya dalam bidang pemasaran khususnya di media digital dan setelah mencari dengan bantuan fitur pencarian di Coursera, akhirnya saya menemukan satu topik kuliah yang sesuai minat saya.

Kuliah ini merupakan salah satu dalam rangkaian silabus khusus terkait Digital Marketing, yang terdiri enam course yang memiliki topik yang berbeda-beda, namun memiliki benang merah dalam bidang keilmuan Digital Marketing tersebut.

 

Deskripsi Kuliah (Coursera)
Deskripsi Kuliah (Coursera)

 

Definisi Marketing (Coursera)
Definisi Marketing (Coursera)

 

4P Legendaris (Coursera)
4P Legendaris (Coursera)

 

Course ini membagi menjadi empat topik utama berdasarkan konsep pemasaran 4 P legendaris, yaitu merujuk ke Product, Price, Promotion, dan Place, serta penerapan dengan menggunakan media digital.

Dalam deskripsi yang diuraikan, maka kuliah ini menitikberatkan pada penggunaan media intenet dan perangkat mobile, serta pemanfaatan teknologi terkini yaitu penggunaan 3D printer.

 

Siapa yang memberi kuliah?

 

Prof Aric (Coursera)
Prof Aric (Coursera)

 

Mata kuliah ini dikembangkan dan dikelola oleh University of Illinois di Urbana-Champaign melalui Coursera, dan untuk course ini difasilitasi oleh  Aric Rindfleisch, John M. Jones Professor of Marketing. 

Setelah mempelajari informasi umum dari course ini dan membaca silabusnya, ternyata course ini menyandang salah satu dari “The 10 Hottest Online Classes for Professionals in 2015” menurut publikasi majalah Inc. dan Class Central, sehingga menjadi salah satu mata kuliah yang direkomendasikan ke pembelajar online di seluruh dunia.

 

Bagaimana perkuliahannya?

 

Kuliah Awal (Coursera)
Kuliah Awal (Coursera)

 

Test (Coursera)
Test (Coursera)

 

Setelah memulai dan mengikuti awal perkuliahan, saya merasa bahwa model perkuliahan seperti ini memang memberikan fleksibilitas, yaitu bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, meski ada beberapa penugasan dibatasi oleh waktu.  Di sisi lain, maka model perkuliahan seperti ini justru memberikan saya tanggung jawab lebih kepada diri sendiri dan mengatur waktu lebih baik, sehingga saya sendiri yang mengatur kecepatan dan kemauan untuk belajar dalam perkuliahan tersebut, dibandingkan perkuliahan jaman dulu yang konvensional yang saya ikuti,

Sesuai silabus, maka perkuliahan akan berjalan dalam empat minggu dengan durasi perkuliahan sekitar 4-8 jam perminggu, dengan beragam materi yang disampaikan melalui bahan bacaan (reading material), video, diskusi, dan penugasan, serta diakhiri dengan semacam tugas akhir dan kuis.

So,  apa kamu pernah belajar dengan metode online seperti ini? kalau pernah, yuk coba sharing di kolom komentar yah. Lalu untuk kamu yang belum pernah, bagaimana menurut kamu model perkuliahan seperti ini? Ditunggu komentarnya.

 


 

Referensi :

  1. Coursera : https://www.coursera.org/
  2. Course Digital Marketing di Coursera : https://www.coursera.org/courses?languages=en&query=marketing+in+a+digital+world