Penulis = Fellexandrao Ruby | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan = Desember 2020 | 252 Halaman
Buku ini selayaknya menjadi the one of the best self help book from Indonesian writer. Gaya penulisan yang akrab dan straightforward menjadi keunggulan buku ini, terutama tulisan dan rekomendasi yang diberikan tergolong practical dan bisa langsung diimplemetasikan.
Semua yang dibagikan oleh Bos Ruby selalu berkaitan dengan pengalaman pribadi dengan secara cermat mengambil sumber lain. Ilmu dan pengalaman yang dibagikan semuanya daging padat berisi, yang bisa menjadi rujukan siapa pun.
Menurut saya, buku ini buku semacam SOP dalam menapaki karier dan menjalani hidup, jadi bisa menjadi panduan untuk dibaca kembali di masa depan, karena layaknya SOP bisa menjadi acuan dalam tindakan kita mencapai impian masing-masing.
Penulis = Fellexandrao Ruby | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan = Desember 2020 | 252 Halaman
1984 adalah buku yang provokatif meledak-ledak dan sekaligus membuat berpikir tertegun terdiam berpikir mendalam, karena apa yang tertulis seperti penggambaran yang pernah terjadi, dan di masa depan (atau masa kini) mengenai bagaimana tatanan hidup bermasyarakat.
Sebagai konteks, buku ini ditulis di tahun 1948 setelah era perang dunia dan ditulis oleh seorang antek kerajaan Inggris, namun banyak contoh dan penerapannya bisa kita lihat di era modern saat ini.
Yang membuat saya terpukau soal beberapa konsep doublethink, newspeak, sistem partai tunggal, konsep bigbrother dan tool telescreen dan thoughpolice sebagai kerangka kerja dalam melakukan pengawasan dan kontrol ketat serta cetak biru untuk menjalankan kekuasaan rezim otoriter.
Di 1984 konsep newspeak dan bagaimana menangani dan mengontrol sejarah beserta progranda menjadi sebuah poin pemikiran menarik, bahwa bahasa dan komunikasi menjadi hal penting kita sebagai manusia.
Di sisi lain penggunaan alat prograganda seperti telescreen, radio, buku, tulisan, dan metode kampanye massal menjadi obat mujarab mengontrol kehidupan sosial politik, dan di 1984 digambarkan dengan detail, sampai saya merasa menjadi seorang Winston sesungguhnya.
1984 menjadi wake up call bagi kita semua untuk waspada terhadap bentuk tindak tanduk rezim otoriter, kontradiksinya di sisi lain 1984 bisa menjadi acuan bagaimana melakukan dan menerapkan metode prograganda dan menerapkan pemerintahan otoriter kedepannya.
Menurut saya 1984 sebuah mahakarya klasik yang harus dibaca minimal sekali seumur hidup terutama orang yang tertarik dengan topik politik, aktivitisme, civil society dan segala pergerakan untuk perubahan kehidupan manusia lebih baik kedepannya.
Penulis = Simon Sinek | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan = Juni 2019 | 376 Halaman
Ketika membaca judul buku ini, seperti ada “AHA Moment” yang muncul! Di sudut pikiran lain saya juga berusaha mencari fondasi dan konsep mendasar dalam melakukan apa pun di sisi kehidupan pekerjaan profesional.
Start with why oleh Simon Sinek ini (dengan segala kerendahan hati & ceteknya keilmuan saya pribadi) menurut saya tidak menawarkan sesuatu yang baru dan original, namun justru disitu yang membuat saya merasa seperti mendapat pencerahan dan merasa ikut kelas perkuliahan kembali, terutama ketika menjelajahi apa yang disampaikan beliau di bab-bab akhir di buku ini.
Konsep Lingkaran Emas dijodohkan dengan kisah-kisah klasik kesuksesan seperti kisah Apple dengan duo Steve, kisah Wright bersaudara, kisah Microsoft, hingga kisah bisnis Walmart dsb. dengan gaya narasi dan uraian yang disampaikan Om Simon, mirip seperti pemikiran dan buku lain yang saya pelajari selama ini terkait topik di dunia digital, product, marketing, dan brand.
Menariknya Om Simon menyampaikan hal yang personal di penghujung tulisannya, yaitu ketika beliau berbagi kisahnya dalam menemukan MENGAPAnya, dan untuk saya ini hal yang jarang saya baca dan temui di buku lain dari sudut pandang langsung penulis.
Setelah membaca buku ini membuat saya berpikir kembali dan menjadi validasi, bahwa MENGAPA adalah fondasi paripurna dalam melakukan apapun, sama dengan pemikiran sebagai seorang Muslim, bahwa apapun yang akan dilakukan, yang penting niat awalnya, dan hal ini bisa menjadi bahan bakar utama ketika mengarungi segala hambatan dan tantangan kedepannya, dan Insya Allah hingga di puncak kesuksesan kelak.
Penulis = Imam Al-Ghazali | Penerbit = Turos Pustaka
Cetakan = Agustus 2024 | 140 Halaman
Buku ini membuka wawasan saya pertama kali tentang pemikiran dari seorang tokoh besar dalam Islam. Buku ini ditulis seperti catatan harian atau mini autobiografi dari Imam Al-Ghazali dengan penyampaian seperti jurnal monolog.
Tulisan dibuku ini disusun ketika beliau di puncak ketokohan & kariernya, di masa itu beliau justru mengasingkan diri selama 10 tahun, lalu kembali ke kota kelahiran hingga akhir hayatnya dan memberikan perspektif berbeda dari sudut pandang pribadi.
Buku ini memberikan saya banyak pengetahuan baru mengenai soal konsep mahzab & aliran filsafat dalam dunia Islam, menangani bagaimana menghadapi sebuah perbedaan pendapat dan mensolusikannya dengan berpatokan pada Quran & Hadis.
Saya menyukai atas pemikiran dan ilmu agama yang baru saya dapatkan di buku tersebut, namun banyak istilah teknis (dalam bahasa Arab) yang belum saya pahami secara penuh, yang membuat saya harus “mengatur ulang” pemahaman saya ketika membaca buku ini, yang membuat saya kurang menikmati buku ini, meski banyak kandungan ilmu baru untuk saya, di sisi lain membuka perspektif berbeda dengan jenis buku lain yang saya baca sebelumnya.
Di sisi lain, beliau memberikan insight ketika ada perbedaan pendapat disetiap mahzab tersebut, beliau mempelajari dahulu dengan seksama setiap mahzab tersebut, lalu memberikan semacam kritik.
Dari poin diatas kalau kita aplikasikan sehari-hari, bahwa kita harus mau menerima perbedaan, tetap berpikir terbuka dengan mempelajari seksama, lalu baru berpendapat dan memberikan kritik berbasis logika dengan patokan Quran dan Hadis.
Kritikan tajam cukup banyak disampaikan beliau yang ditujukan ke ulama & cendikiawan dunia Islam di masa itu, terkait rongrongan filsafat barat serta pertikaian intelektual di internal dunia Islam yang membutakan ulama hingga berdampak ke para pengikutnya, oleh karenanya kita diharapkan tetap berpikir logis dan berpatokan pada Quran dan Hadis.
Penulis = Paul Coelho | Penerbit = Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Agustus 2021 | 224 Halaman
Buku ini menurut saya merupakan sebuah karya masterpiece, karena banyak memberikan insight dan suplemen otak bagi saya pribadi. Sama seperti banyak ulasan diluar sana yang menyatakan luar biasa kualitas buku ini, maka ini benar adanya dan tervalidasi ketika saya membaca buku ini. Sang Alkemis menjadi salah satu yang memiliki dampak pada pemikiran saya dan membekas pada pribadi saya.
Gaya bahasanya yang sangat luwes, menggugah, dan imajinatif, selain itu, buku ini saya baca dalam waktu yang singkat, karena alur ceritanya membuat kita terus ingin melaju mengikuti kisah karakter Santiago.
Di buku ini kita diajak untuk berani mengambil tindakan, siap untuk kalah, di sisi lain membuat kita agar tidak pantang menyerah, tetap bermimpi, berpikir out the box, untuk menemukan harta berharga di masing-masing kita pribadi.
Seperti layaknya perjalanan hidup yang digambarkan sosok Santiago, dimana dia harus rela meninggalkan hewan gembalaannya untuk merantau ke negeri seberang, tertipu dan gagal ketika perjalanan, dan bertemu banyak hal-hal ajaib selama di perjalanan, hingga menemukan harta terkaya di hidupnya.
Yang saya suka yaitu di gaya bahasa penulisan dan alurnya, serta ada semacam chemistry insipiratif dan aura sprititualitas ketika membaca kata per kata hingga menjadi sebuah untaian kalimat, terus tersusun menjadi paragraf hingga tidak terasa mengarungi bab per bab di buku Sang Alkemis ini.
Terima kasih Pak Coelho telah menulis buku yang indah dan inspiratif ini!