Pada Juli 2014 kali ini, bertempat di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, diselenggarakan pertunjukan wayang listrik yang dipentaskan oleh Sanggar Paripurna. Galeri Indonesia Kaya yang mempunyai komitmen untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia ke khalayak umum, khususnya generasi muda Indonesia, dengan mendukung salah satunya pertunjukan seni budaya berupa pertunjukan wayang listrik tersebut.
Kali ini saya berkesempatan menyaksikan Sanggar Paripurna dikelola oleh I Made Sidia yang dikenal sebagai seniman wayang dan kareografer asal Gianyar Bali, menampilkan lakon dari penggalan epos Ramayana yaitu kisah penculikan Dewi Sita.


Pementasan penculikan Dewi Sita ini diawali dengan kisah Sri Rama meninggalkan negeri Ayodya untuk mengasingkan diri ke hutan bersama istrinya Sita ditemani oleh para pembantu setianya, untuk mencari kedamaian serta menghindari adanya perpecahan dan perang di negerinya.
Lalu selanjutnya bersama pembantu setianya Rama tinggal di hutan, serta dalam kesehariannya Rama menyusuri pelosok hutan tersebut dan menyaksikan begitu indahnya hutan, yaitu adanya berbagai macam pepohonan nan asri dan menyejukkan jiwa, yang ditinggali berbagai jenis hewan di hutan tersebut, sehingga Rama merasakan kedamaian dan menjadi betah tinggal di hutan tersebut.


Keberadaan Rama dan Sita di hutan tersebut diketahui oleh para pembesar negeri Alengka, sehingga mengundang keinginan Raja Rahmana penguasa negeri Alengka untuk merebut dan menculik Sita. Rahmana yang terbuai dengan kecantikan Sita, mencari cara untuk merebut Sita dari tangan Rama. Untuk merebut Sita tersebut, Rahmana memerintahkan Maha Patihnya berubah menjadi seekor kijang emas yang mempesona untuk menarik Sita.
Adanya seekor kijang emas di hutan diketahui oleh Sita, sehingga memunculkan keinginan Sita untuk memiliki dan merawatnya. Mengetahui keinginan Sita tersbeut, Rama akan menangkap kijang emas tersebut untuk membahagiakan Sita. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Rahmana untuk menculik Sita, dengan merubah dirinya menjadi kakek tua untuk menimbulkan rasa iba Sita, dan Sita mau menolong kakek tersebut. Dan pada akhirnya Sita yang menolong kakek tua tersebut tertipu akal muslihat Rahmana, sehingga Sita diboyong ke Alengka oleh Rahmana.

Ketika pencarian kijang emas sedang dilakukan oleh Rama, Rama mengetahui Sita diculik oleh Rahmana, maka Rama memerintah para pembantunya untuk mencari Sita ke negeri Alengka. Dan menariknya dalam pementasan tersebut dibumbui oleh kisah perjalanan para pembantunya melewati negeri lainnya, yang digambarkan melewati negeri yang berbeda dan adanya sebuah kota metropolis yang modern serta sudah dipenuhi hutan beton, macet, kotor, dan orang-orangnya tidak baik, serta memberikan pesan bahwa hutan yang ditinggali Rama lebih baik, karena tetap menjaga kelestarian alam dan kebaikan sikap penghuninya.
Disisi lain, dikisahkan pula, yang diketahui oleh Rama dan para pembantunya mengenai keinginan Rahmana akan membersihkan hutan di negerinya dengan memotong sebagian besar pepohonan untuk merubahnya menjadi toliet paper melalui industriliasasi untuk dijual dan dipasarkan, agar bisa mendapat keuntungan besar dari industri tersebut. Akibat ulah Rahmana tersebut, kelestarian alam menjadi terganggu akibat keinginan penguasa yang hanya mencari keuntungan besar sesaat, namun melupakan kepentingan jangka panjang.
Akhirnya para pembantu Rama bisa menemukan Sita kemudian mengabari Rama perihal tersebut. Lalu Rama pun menuju Alengka untuk menyelamatkan Sita, serta memberi pelajaran pada Rahmana atas berbagai sikap buruknya tersebut. Kisah pun mencapai puncaknya, saat terjadinya pertarungan antara Rama melawan Rahmana yang monumental, hingga Rahmana pun mengalami kekalahan akibat kesaktian Rama yang mandraguna. Kisah pun ditutup dengan kembli bersatunya Rama dan Sita untuk hidup kembali di hutan nan asri tersebut.

Pementasan wayang listrik ini tidak hanya disertai dengan cerita yang penuh pesan moral yang mendalam khas cerita pewayangan tradisional, yaitu kekuatan orang baik pada akhirnya tetap menang atas kekuatan orang jahat, namun juga disusupi oleh cuplikan sepotong kisah lainya, yaitu pada bagian penceritaan perjalanan pembantu Rama dan ulah Rahmana melakukan industrilisasi dengan memberangus hutan, terdapat pesan untuk tetap dapat menjaga kelestarian alam dan jangan terbawa nafsu untuk keuntungan sesaat dengan melupakan kepentingan jangka panjang.
Seperti yang disampaikan oleh I Made Sidia dari Sanggar Paripurna setelah pementasan, bahwa pementasan wayang listrik tetap berkomitmen menyampaikan cerita pewayangan tradisional yang sarat pesan moral, serta membedakan dengan pementasan wayang lainnya, sesuai namanya yaitu wayang listrik, maka Sanggar Paripurna menampilkan pementasan didukung oleh peralatan listrik, yaitu penggunaan efek digital dan variasi pencahayaan yang unik dalam pementasan tersebut, sehingga khalayak umum menjadi tertarik menonton dan mengikuti kisah pewayangan, sekaligus memiliki pengalaman menonton wayang yang berbeda.


Pementasan wayang listrik yang unik dan berbeda tersebut disaksikan baik penonton dalam maupun luar negeri, serta banyak diantaranya merupakan generasi muda Indonesia yang tertarik menonton pementasan wayang, serta mendapat apresiasi positif berupa respon tertawa atas celetukan dialog yang lucu dari dalang dan tepukan tangan yang membahana pada penutupan pementasan di Galeri Indonesia Kaya tersebut. Hal yang dilakukan tersebut merupakan angin segar dalam pementasan wayang, sehingga kedepannya secara umum dapat mendukung industri ekonomi kreatif Indonesia, dan khususnya sektor seni pertunjukan menjadi tumbuh berkembang dan lebih baik lagi, serta semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Tautan Luar :
- http://sanggarparipurna.wordpress.com/
- http://www.indonesiakaya.com/
- Artikel ini juga hadir di Portal Indonesia Kreatif (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) = http://news.indonesiakreatif.net/wayang-listrik/
Eh, kok pementasan wayangnya beda bange dengan biasanya? Ini adanya cuma pas event tertentu atau ada rutin ya? pengen nonton 🙂
iya yang bikin beda ya ada perpaduan wayang kulit tradisional dan dengan penyampaian model kekinian deh 🙂
pas nonton ini acaranya memang lagi semacam pekan budaya, jadi hanya ketika event tersebut ya bro Fahmi
yaaah, sayang sekali 😐 padahal keren banget itu pertunjukannya~
iya saya beruntung bro bisa lihat wayang listriknya