Dalam pengembangan sebuah product, dalam hal ini terkait product management, maka diperlukan sebuah acuan, metode, pola dan kerangka kerja. Selama ini saya dan kolega menggunakan product management framework yang saya susun berdasarkan pengalaman, feedback, dan pembelajaran dari berbagai sumber, sehingga menghasilkan apa yang saya sebut RGB Framework dalam pengembangan sebuah product.
Kenapa disebut RGB Framework?
Istilah RGB terinspirasi dari standar sRGB yang dikembangkan di tahun 1996 oleh HP dan Microsoft di berbagai perangkat elektronik sebagai sebuah standar visual yang ditampilkan pada berbagai macam layar monitor, komputer, perangkat printer, kamera, scanner, dsb. RGB itu sendiri merupakan singkatan dari red, green, dan blue yang menjadi standar visual yang merupakan kombinasi dari warna merah, hijau, dan biru sebagai susunan warna yang digunakan. Dengan adanya sRGB, maka semua perangkat ketika itu menggunakan standar yang sama dan memudahkan semua pihak terkait.
Dari inspirasi tersebut, saya pun dalam bekerja sekaligus mempelajari berbagai standar dalam pengembangan sistem, aplikasi, hingga ke tahap era product development banyak menemukan berbagai acuan dan panduan yang berbeda-beda, dan memiliki kelebihan masing-masing.
Orde Lama SDLC (Waterfall)
Alhamdulillah saya diberikan kesempatan merasakan implementasi metodologi yang termahsyur di jamannya, kala itu SDLC (System Development Life Cycle) yang umum digunakan yaitu metodologi waterfall yang digunakan sekitar 6-7 tahun lalu diberbagai proyek pengembangan sistem.
Metodologi waterfall menurut Project Management Institue dijelaskan secara singkat bahwa sebuah aktivitas pengembangan dan pembangunan (baik di ranah software development, maupun pengembangan bisnis secara keseluruhan) yang dilakukan secara sequential, yaitu bertahap dari 1 fase ke fase yang lain secara berurutan. Kenapa disebut waterfall, karena alur dari metodologi ini mengalir layaknya air terjun yang jatuh dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah. Meski banyak metodologi proyek (pengembangan sistem) yang telah ada, namun kepopuleran si air terjun ini masif digunakan diberbagai proyek IT di berbagai perusahaan, dan waterfall dianggap sebagai nenek moyang (bagi saya pribadi) untuk metodologi pengembangan sistem.
Pengalaman Berair Terjun
Awal karier saya berkesempatan ikut dan berpartisipasi di berbagai proyek pengembangan baik dari sisi proses bisnis (business process analysis & improvement), pengembangan prosedur (SOP dan juklak serta turunannya), hingga pengembangan sistem berbasis teknologi informasi bisa berupa aplikasi, portal, hingga level ERP yang masif.
Ketika itu, tahap awal biasanya dilakukan pertemuan besar yang mengumpulkan semua pihak yang terlibat, dan yang biasa disebut kick off meeting, di meeting tersebut merupakan tahap inisiasi awal memulai sebuah proyek, yaitu dijelaskan mengenai siapa saja yang bertanggung jawab, apa saja yang dikerjakan dan harus di-deliver, berapa lama estimasi waktu proyek dijalankan, gambaran besar teknis pengerjaan, do & donts dalam aktivitas tersebut, hingga soal standar pengerjaan, dokumentasi dan resources lain yang digunakan.