Tag Archives: budaya

Mudik Gratis bareng Sido Muncul

Kebetulan beberapa waktu lagi, kita bakal pulang kampung ketika libur Lebaran nanti, dan di momen tersebut,  selain  acara kumpul-kumpul bersama orang terkasih, lalu wisata kuliner mencicipi berbagai versi rasa makanan a la Lebaran, semacam ketupat, opor,  semur, sayur, maupun berbagai cita ras nastar, putir salju, dan kue jajanan khas Lebaran lainnya, maka proses perjalanan itu sendiri menjadi keasyikan tersendiri, dan tahu sendiri bagaimana effort yang harus dikeluarkan untuk pulang kampung, dari persiapannya termasuk anggaran dan akomodasi, transportasi yang digunakan, sampai nanti pulang untuk arus balik.

Nah.. berhubungan dengan soal mudik-mudikan, kali ini saya berkesempatan menghadiri acara jumpa pers yang diselenggarakan oleh Sido Muncul. Yang unik dari acara ini yaitu tema kegiatannya berupa inisiatif penyelenggaraan MUDIK GRATIS yang diadakan oleh Sido Muncul… wow gratis loh!  Siapa yang tidak mau dapat gratisan dan sekalian pulang kampung bertemu sanak keluarga, so pasti yang mau ikutan jadi membludak, jadi yuk simak ulasan kegiatan mudik gratis Sido Muncul ini.

 

Kiprah Mudik Gratis Sido Muncul

http://sidomuncul.id/
http://sidomuncul.id/

 

Kegiatan mudik bareng guyub rukun ini sudah dilakukan sejak tahun 1991 dan ide mudik gratis ini adalah ide  dari Jonatha Sofjan Hidajat yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama. Selama tiga tahun dari tahun 1991-1993, kegiatan mudik ini tidak ada seremonial khusus nan megah dihadiri oleh tokoh masyarakat maupun pejabat pemerintah yang melepas para pemudik, sehingga dilakukan dengan secara sederhana saja,

Ketika itu, ide brilian Sido Muncul tersebut  bisa dibilang cukup inovatif, dan memang merupakan salah satu pelopor dan perintis kegiatan seperti ini, namun seperti yang disampaikan oleh pihak Sido Muncul sendiri,  ketika tahun-tahun pertama kegiatan mudik gratis ini belum terkonsep dan terkelola rapi dalam pelaksanaanya, dan bahkan masih minimnya publikasi, sehingga baik gaung dan peserta yang ikut belum seriuh dan ramai dibandingkan penyelenggaraan di tahun-tahun selanjutnya.

Mudik Gratis Sido Muncul pertama kali dilaksanakan pada tahun 1991 di Lapangan Parkir Timur Senayan Jakarta dengan menggunakan 17 bus diikuti oleh 1.200 pedagang jamu. Lalu beberapa tahun terakhir peserta mudik bukan hanya para pedagang jamu ataupun mbok jamu gendong, tetapi juga para pedagang asongan, dan pembantu rumah tangga, jadi kegiatan ini juga termasuk kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan oleh Sido Muncul, yaitu membantu masyarakat lapisan bawah yang mau pulang kampung dengan aman dan teratur. Selain itu, kegiatan mudik gratis ini pun membantu pemerintah dan pihak terkait dalam penyelenggaraan mudik yang lebih teratur dan tentunya lebih baik dan aman, karena mendapat bantuan dan dukungan pemerintah.

Jumpa Pers Sido Muncul (Ardika Percha)
Jumpa Pers Sido Muncul (Ardika Percha)

 

Dari penyelengaran semenjak tahun 1991, kegiatan Mudik Gratis  Sido Muncul ini telah memberangkatkan sebanyak kurang lebih 332.400 orang ke berbagai tempat di Indonesia. Dengan sejumlah pemudik tersebut, maka Sido Muncul pun mendapat pengakuan sekaligus dukungan dari berbagai pihak termasuk pemerintah, dan secara langsung dan tidak langsung menginspirasi pihak lain baik pihak aparatur negara maupun pihak swasta lainnya untuk menyelenggarakan kegiatan positif sejenis.

 

Mudik Bareng Guyub Rukun 2017

Mudik Gratis Sido Muncul (Ardika Percha)
Mudik Gratis Sido Muncul (Ardika Percha)

 

Penyelenggaraan Mudik Bareng Guyub Rukun ini merupakan pelaksanaan ke 28 kalinya, dan dengan pengalaman sepanjang itu, Sido Muncul menyampaikan bahwa pelaksanaannya semakin baik, sehingga pihak perusahaan sendiri, pemudik, dan pihak terkait semakin bersemanggat setiap tahunnya menyelenggarakan kegiatan positif ini, yang telah menjadi  semacam tradisi tahunan.

Pada penyelenggaraan mudik ke-28 kalinya ini, Sido Muncul akan memberangkatkan 15.000 pemudik menggunakan dengan 260 bus ke tujuh kota tujuan, yaitu Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, dan Jogjakarta. Sebanyak 160 bus akan diberangkatkan dari area Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur dan bus lainnya akan diberangkatkan dari Sukabumi, Bandung, Tangerang, Cilegon, Serang, Cikampek, Bogor, dan Cibinong.

 


Referensi :

  1. https://www.facebook.com/sidomunculcorp
  2. http://sidomuncul.id/
  3. #MudikGratisSidoMuncul2017
  4. #MudikBarengGuyubRukun

 

Pertunjukan Wayang Listrik “Penculikan Sita”

Pada Juli 2014 kali ini, bertempat di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, diselenggarakan pertunjukan wayang listrik yang dipentaskan oleh Sanggar Paripurna. Galeri Indonesia Kaya yang mempunyai komitmen untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia ke khalayak umum, khususnya generasi muda Indonesia, dengan mendukung salah satunya pertunjukan seni budaya berupa pertunjukan wayang listrik tersebut.

Kali ini saya berkesempatan  menyaksikan Sanggar Paripurna dikelola oleh I Made  Sidia yang dikenal sebagai seniman wayang dan kareografer asal Gianyar Bali, menampilkan lakon dari penggalan epos Ramayana yaitu kisah penculikan Dewi Sita.

Pementasan Wayang Listrik
Pementasan Wayang Listrik

 

Rama dan Sita
Rama dan Sita

 

Pementasan penculikan Dewi Sita ini diawali dengan kisah Sri Rama meninggalkan negeri Ayodya untuk mengasingkan diri ke hutan bersama istrinya Sita ditemani oleh para pembantu setianya, untuk mencari kedamaian serta menghindari adanya perpecahan dan perang  di negerinya.

Lalu selanjutnya bersama pembantu setianya Rama tinggal di hutan, serta dalam kesehariannya Rama menyusuri pelosok hutan tersebut  dan menyaksikan begitu indahnya hutan, yaitu adanya berbagai macam pepohonan nan asri dan menyejukkan jiwa, yang ditinggali berbagai jenis hewan di hutan tersebut, sehingga Rama merasakan kedamaian dan menjadi betah tinggal di hutan tersebut.

Rama beserta para pembantunya
Rama beserta para pembantunya

 

Penghuni hutan
Penghuni hutan

 

Keberadaan Rama dan Sita di hutan tersebut diketahui oleh para pembesar negeri Alengka, sehingga mengundang keinginan Raja Rahmana  penguasa negeri Alengka untuk merebut dan menculik Sita. Rahmana yang terbuai dengan kecantikan Sita, mencari cara untuk merebut Sita dari tangan Rama. Untuk merebut Sita tersebut, Rahmana memerintahkan Maha Patihnya berubah menjadi seekor kijang emas yang mempesona untuk menarik Sita.

Adanya seekor kijang emas di hutan diketahui oleh Sita, sehingga memunculkan keinginan Sita untuk memiliki dan merawatnya. Mengetahui keinginan Sita tersbeut, Rama akan menangkap kijang emas tersebut untuk membahagiakan Sita. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Rahmana untuk menculik Sita, dengan merubah dirinya menjadi kakek tua untuk menimbulkan rasa iba Sita, dan Sita mau menolong kakek tersebut. Dan pada akhirnya Sita yang menolong kakek tua tersebut tertipu akal muslihat Rahmana, sehingga Sita diboyong ke Alengka oleh Rahmana.

Wayang Listrik
Wayang Listrik

 

Ketika pencarian kijang emas sedang dilakukan oleh Rama, Rama mengetahui Sita diculik oleh Rahmana, maka Rama memerintah para pembantunya untuk mencari Sita ke negeri Alengka. Dan menariknya dalam pementasan tersebut dibumbui oleh kisah perjalanan para pembantunya melewati negeri lainnya, yang digambarkan melewati negeri yang berbeda dan adanya sebuah kota metropolis yang modern serta sudah dipenuhi hutan beton, macet, kotor, dan orang-orangnya tidak baik, serta memberikan pesan bahwa hutan yang ditinggali Rama lebih baik, karena tetap menjaga kelestarian alam dan kebaikan sikap penghuninya.

Disisi lain, dikisahkan pula, yang diketahui oleh Rama dan para pembantunya mengenai keinginan Rahmana akan membersihkan hutan di negerinya dengan memotong sebagian besar pepohonan untuk merubahnya menjadi toliet paper melalui industriliasasi untuk dijual dan dipasarkan, agar bisa mendapat keuntungan besar dari industri tersebut. Akibat ulah Rahmana tersebut, kelestarian alam menjadi terganggu akibat keinginan penguasa yang hanya mencari keuntungan besar sesaat, namun melupakan kepentingan jangka panjang.

Akhirnya para pembantu Rama bisa menemukan Sita kemudian mengabari Rama perihal tersebut. Lalu Rama pun menuju Alengka untuk menyelamatkan Sita, serta memberi pelajaran pada Rahmana atas berbagai sikap buruknya tersebut. Kisah pun mencapai puncaknya, saat terjadinya pertarungan antara Rama melawan Rahmana yang monumental, hingga Rahmana pun mengalami kekalahan akibat kesaktian Rama yang mandraguna. Kisah pun ditutup dengan kembli bersatunya Rama dan Sita untuk hidup kembali di hutan nan asri tersebut.

Rama dan Sita bertemu kembali
Rama dan Sita bertemu kembali

 

Pementasan wayang listrik ini tidak hanya disertai dengan cerita yang penuh pesan moral yang mendalam khas cerita pewayangan tradisional, yaitu kekuatan orang baik pada akhirnya tetap menang atas kekuatan orang jahat, namun juga disusupi oleh cuplikan sepotong kisah lainya, yaitu pada bagian penceritaan perjalanan pembantu Rama dan ulah Rahmana melakukan industrilisasi dengan memberangus hutan, terdapat pesan untuk tetap dapat menjaga kelestarian alam dan jangan terbawa nafsu untuk keuntungan sesaat dengan melupakan kepentingan jangka panjang.

Seperti yang disampaikan oleh I Made Sidia dari Sanggar Paripurna setelah pementasan, bahwa pementasan wayang listrik tetap berkomitmen menyampaikan cerita pewayangan tradisional yang sarat pesan moral, serta membedakan dengan pementasan wayang lainnya, sesuai namanya yaitu wayang listrik, maka Sanggar Paripurna menampilkan pementasan didukung oleh peralatan listrik, yaitu penggunaan efek digital dan variasi pencahayaan yang unik dalam pementasan tersebut, sehingga khalayak umum menjadi tertarik menonton dan mengikuti kisah pewayangan, sekaligus memiliki pengalaman menonton wayang yang berbeda.

Sanggar Paripurna
Sanggar Paripurna

 

Penonton wayang listrik
Penonton wayang listrik

 

Pementasan wayang listrik yang unik dan berbeda tersebut disaksikan baik penonton dalam maupun luar negeri, serta banyak diantaranya merupakan generasi muda Indonesia yang tertarik menonton pementasan wayang, serta mendapat apresiasi positif berupa respon tertawa atas celetukan dialog yang lucu dari dalang dan tepukan tangan yang membahana pada penutupan pementasan di Galeri Indonesia Kaya tersebut. Hal yang dilakukan tersebut merupakan angin segar dalam pementasan wayang, sehingga kedepannya secara umum dapat mendukung industri ekonomi kreatif Indonesia, dan khususnya sektor seni pertunjukan menjadi tumbuh berkembang dan lebih baik lagi, serta semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

 


Tautan Luar :

  1. http://sanggarparipurna.wordpress.com/
  2. http://www.indonesiakaya.com/

 

Jelajah Bumi Ruwa Jurai (Bagian 2)

 

Setelah mengarungi perjalanan mencapai Lampung dari Branti, Rajabasa, hingga ke Unit 2 Tulang Bawang Barat di artikel blog saya sebelumnya di Jelajah Bumi Ruwa Jurai (Bagian 1) bersama masbro Isal, maka hari-hari selanjutnya kita melalui dan menyatu dengan keseharian warga TBB (Tulang Bawang Barat). Bagi saya pribadi, mengamati keseharian dan aktivitas warga TBB menjadi hiburan sendiri, bertemu orang-orang baru di lingkungan yang baru nan berbeda, dan salah satunya yang menjadi perhatian saya pada tingkah polah anak-anak yang polos dan lucu.

kumpul bocah TBB

 

Di sore hari itu, sama seperti anak-anak Indonesia lainnya, pada kisaran usia anak-anak balita dan SD, anak-anak di TBB tersebut riang gembira bermain, berlarian kesana kemari, dan bercanda, namun terdapat momen unik yaitu ketika mereka bermain dengan alat permainan tradisional. Permainan dengan menggunakan alat tradisional membuat saya jadi membandingkan dengan permainan adik-adik keponakan beserta teman-temannya di ibukota yang sudah dirambahi permainan digital dengan berbagai macam peralatan gadgetnya.

Salah satu yang mengundang minat dan ketertarikan saya yang saya utarakan sebelumnya yaitu ketika mereka bermain dengan permainan tradisional menggunakan alat permainan terbuat dari bambu, yaitu permainan egrang. Saya terakhir kali melihat langsung permainan egrang hanya pada acara atau momen tertentu, biasanya pada acara tujuh belasan merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.

mulai bermain egrang

 

mulai bermain egrang (2)

 

latihan ber-egrang

 

ready for egrang games!

 

bermain egrang

 

mutar-muter ber-egrang

 

bermain egrang (2)

 

bermain egrang (3)

 

Ngomong-ngomong soal egrang, egrang merupakan permainan yang menarik untuk ditonton, yang biasa dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa, untuk berlomba seperti adu lomba lari menggunakan alas tapak kaki semacam ruas bambu yang dibuat sedemikian rupa. Sarana yang diperlukan yaitu tanah lapang dan dua bilah bambu yang biasanya sepanjang + 2 – 2,5 meter yang diberi pijakan pada ketinggian + 60 –75 Cm ruas bambu bagian bawah, sehingga pemain egrang akan terlihat lebih tinggi ketika bermain dari rata-rata orang pada umumnya. Para pemain berdiri di atas pijakan itu dan berlari dengan menggunakan egrang tersebut. Selain itu egrang disebut juga dengan permainan jangkungan, sebab orang-orang yang memainkannya menjadi lebih tinggi/jangkung.

Permainan seperti egrang membuat anak-anak bermain keluar, bermain di alam bebas, serta saling berinteraksi, bersosialisasi dan kontak-tatap muka secara fisik yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan, sehingga dapat meningkatkan antusiasme anak dalam perkembangan kognitif, bahasa, fisik, dan kehidupan sosial si anak tersebut, seperti yang dipaparkan beberapa kajian mengenai pendidikan anak yang pernah saya baca dan temui di internet (lebih detailnya, silahkan merujuk pada bagian  ‘Sumber’ pada akhir artikel tulisan blog saya ini).

Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom, memberikan manfaat untuk perkembangan anak, merupakan kekayaan budaya bangsa, dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak. Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti bahwa permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak (Widyo Nugroho, 2012).

Momen ketika sore hari itu pun melengkapi pengalaman dan perjalanan saya menjelajahi Bumi Ruwa Jurai tersebut menjadi bermakna, serta memberikan tidak hanya hiburan semata, namun memberikan sudut pandang pemikiran mengenai Indonesia, anak-anak, permainan tradisional, serta mengenai Lampung sendiri, bahwa pembangunan awal dan menjadi pondasi penting yaitu pada anak-anak dan pendidikan dini, dari hal yang kecil, misalnya permainan, akan mempunyai dampak yang besar di masa datang tidak hanya Lampung, namun Indonesia secara keseluruhan.

 

egrang player

 

egrang player (2)

 

lets forward!

 

tengok

 

game over

 

==

Sumber :

  1. http://disporbudpar.cirebonkota.go.id/index.php/Artikel/egrang.html
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Egrang
  3. http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/07/16/3/168674/Mahasiswa-UGM-Kembangkan-Permainan-Edukatif-Tap-The-Teeth
  4. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/IK/article/view/9520
  5. http://m.koran-sindo.com/node/305598
  6. http://yamaro-dikdas.blogspot.com/2012/11/nilai-nilai-karakter-dalam-permainan.html

 

Jelajah Bumi Ruwa Jurai (Bagian 1)

 

Ketika sebagian besar manusia-manusia di Jakarta (dan belahan waktu Indonesia bagian barat lainnya ya..) menikmati suasana perayaan tahun baru, saya justru sedang bersiap di markas besar tercinta, dalam persiapan untuk perjalanan panjang ke seberang pulau bersama kawan kuliah, kawanduta ketika kos dahulu, serta partner in goodness yaitu masbro Faisal Effendi.

Perjalanan kali ini ke Bumi Ruwa Jurai yaitu yaitu provinsi Lampung, tepatnya ke Kabupaten Tulang Bawang Barat yang biasanya disingkat menjadi TBB oleh warga sekitar tersebut, yaitu dalam rangka silaturahim keluarga, tugas, dan sekaligus melakukan perjalanan napak tilas sang Pengajar Muda ketika ditugaskan di sana bersama dengan 9 Pengajar Muda Indonesia Mengajar lainnya di kabupaten tersebut.

Naahh.. dalam perjalanan kali ini yang menjadi tokoh utama sekaligus pemandu, yaitu kawan saya yang biasa dipanggil Isal, seorang (mantan) guru SDN Mercubuana Tulang Bawang Barat dan alumni Pengajar Muda Angkatan I dari Indonesia Mengajar. Untuk yang mau tahu kegiatan terkait dengan Indonesia Mengajar, bisa cekidot artikel blog saya mengenai Ulasan Festival Gerakan Indonesia Mengajar dan foto-foto yang saya ambil ketika event tersebut di Seri Foto Festival Gerakan Indonesia Mengajar.

Terkait perjalanan ke Lampung, dengan perencanaan jauh hari sebelumnya, kita bisa mendapatkan tiket pesawat PP dengan harga cukup terjangkau dari salah satu maskapai yang mantap punya di Republik ini, pas saat musim liburan panjang ketika pergantian tahun 😀   memang dengan naik pesawat, perjalanan lebih cepat & nyaman, namun disisi lain ingin merasakan perjalanan darat, lalu diselingi perjalanan laut melalui Pelabuhan Merak-Bakauheni dengan melintas Selat Sunda, yang pasti memberikan pengalaman berbeda, namun dengan mengingat keterbatasan waktu, akhirnya kita putuskan melakukan perjalanan via jalur udara. Perjalanan darat dari markas besar ke Bandara Soekarno-Hatta mencapai sekitar 1 jam di pagi hari, lalu dilanjutkan dengan perjalanana udara yang tidak sampai 30 menit tersebut tergolong berjalan cepat dan lancar.

Selamat Datang di Bumi Ruwa Jurai

Alhamdulillah akhirnya bisa menjejakkan kaki di Bandara Raden Inten II yangmerupakan pintu gerbang udara Bumi Ruwa Jurai. Bandara Raden Inten II jika merujuk pada sejarahnya yang dikenal juga dengan lapangan udara Branti, karena berada di jalanan desa Branti, dan Raden Inten II merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang turut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia di daerah Lampung, yang ternyata memiliki hubungan darah dengan Fatahillah, dimana di tanah Jawa dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Lalu arti dari Bumi Ruwa Jurai  yaitu merujuk pada dua golongan masyarakat yaitu masyarakat asli dan pendatang yang tinggal rukun berdampingan di Lampung. Yaa demikian info selayang pandang yang saya dapat dari googling dan obrolan setempat, yang  menarik  jika disimak lebih lanjut.

Setahu saya Lampung dikenal dengan cuacanya yang cukup panas, namun kali ini terasa sejuk, mungkin karena telah memasuki musim hujan. Sesampai di Bandara tersebut, saya segera beranjak menuju terminal bis Rajabasa dengan menggunakan taksi yang memakan waktu sekitar 30 menit menyusuri jalan lintas Sumatra.

Terminal Rajabasa
Naik bis di Terminal Rajabasa

 

Dari cerita yang disampaikan Isal, banyak perubahan sepeninggalnya dari sisi bangunan, situasi Bandara, jalanan, hingga terminal yang menjadi checkpoint kita selanjutnya di Rajabasa, lalu dari penuturan Isal juga, kita harus sesegera mungkin dan bergerak cepat sebelum malam hari sampai di Tulang Bawang karena isu pada ketersediaan angkutan dan waktu tempuh dalam perjalanan nanti. Sesampai di Rajabasa, maka selanjutnya naik bis dengan rute menuju Unit 2 Tulang Bawang dengan perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam.

Setelah beberapa kali tidur-bangun-tidur-bangun lagi 🙂   akhirnya bis Puspa Jaya yang saya tumpangi sampai juga di Pasar Unit 2. Unit 2 dikenal sebagai pusat perdagangan di sekitar daerah Tulang Bawang dan dikenal sebagai daerah transmigran pada era orde baru dahulu, yang gembar-gembor dalam program transmigrasi penduduk pulau Jawa ke pulau-pulau lainnya, yang menurut saya cukup berhasil dalam pembangunan di Lampung secara keseluruhan.

Oia.. karena isu transmigrasi di Lampung tersebut, maka  iseng-iseng saya googling dan menemukan bahwa program tersebut masih berlangsung, silahkan cek di link Kementrian berikut ya,, jika yang berminat 🙂    Menurut hemat saya perlu digalakkan kembali program tersebut, dalam hal pemerataan pembangunan nasional dan sekaligus menumbuhkan lapangan kerja baru.

 

Gapura Tulang Bawang

 

Sesampai di Unit 2, maka Isal menghubungi keluarga yang menjadi tempat bernaung selama mengajar di TBB, yaitu Keluarga Pak Tumar untuk konfirmasi mengenai kedatangan kita. Setelah istirahat sejenak dan meluruskan kaki setelah puas duduk selama 4-5 jam di perjalananan bis tadi, maka perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan motor menyusuri jalan pedesaan yang membelah hutan karet di TBB tersebut, perjalanan kali ini untuk mencapai checkpoint terakhir memakan waktu sekitar 20-30 menit hingga ke perumahan keluarga Pak Tumar.

Menyusuri hutan karet TBB

 

Menyusuri hutan karet TBB (2)

 

Udara segar ditambah suasana pedesaaan yang ditemani pepohonan hijau disertai bau karet alam yang pekat, membuat perjalanan kali ini menjadi obat penawar atas racun kemacetan dan suasana sesak-bising-polusi metropolis Jakarta. Alhamdulillah setelah perjalanan panjang dari ibukota, akhirnya sampai juga di rumah keluarga Pak Tumar di TBB dan saatnya untuk beristirahat untuk melanjutkan aktivitas hari-hari kedepannya… dan pas kunjungan di rumah Pak Tumar tersebut, kebetulan ada acara pengajian yasinan, yang ditutup dengan acara makan-makan disertai hidangan kuliner rumahan Lampung. Alhamdulillah, sesuatu banget ya, ada aja ya rejeki  😀

Kumpul warga TBB

 

==

Sumber :

Sekilas sejarah sepeda

 

Sepeda merupakan salah satu alat transportasi tertua, sesuai Ensiklopedia Columbia, ditemukan dan dikembangkan di daratan Eropa sekitar abad 19, dan tidak diketahui pasti siapa yang menemukannya pertama kali (seperti yang diulas di Wikipedia dan masih menjadi perdebatan soal desain konsep awal yang dikembangkan  Gian Giacomo Caprotti terkait Leonardo da Vinci menjadi titik awal penemuan sepeda), namun desain sepeda pertama yang didokumentasikan secara resmi serta sudah diverifikasi pada tahun 1817. Salah satu pengembang sepeda yang dikenal yaitu Karl von Drais, seorang pegawai pemerintahan yang berasal dari Jerman, sepeda tersebut dikenal sebagai ” velocipede” yang dikembangkan dari tahun 1817 hingga 1819 sebagai nenek moyang sepeda.

Setelah pengembangan velocipede, sepeda dikembangkan oleh pengembang lain dari tanah Britania, tepatnya di Skotlandia oleh Kirkpatrick MacMillan seorang pandai besi, lalu dikembangakan oleh Ernest Michaux dan Pierre Lallement asal Perancis sampai ke Amerika, akibat revolusi industri juga mulai bergejolak, selain penemuan kereta api yang fenomenal sebagai alat transportasi massal.

 

Saat ini berbagai jenis sepeda tersedia di pasaran sesuai model & fungsinya masing-masing, dari sepeda gunung, BMX, sepeda balap, hingga sepeda motor  yang merupakan buah hasil dari era modern setelah era revolusi industri tersebut 😀

Saat ini sepeda bukan menjadi alat transportasi utama yang massal digunakanseperti di daratan Eropa pada abad 18 hingga 19, namun lebih umum kearah penggunaan untuk kebutuhan rekreasi dan olahraga.

Dan khusus di Indonesia, ada di beberapa tempat bahkan tersedia jalur khusus sepeda, salah satunya di Kampus UI Depok, yang tersedia tidak hanya pedestrian untuk pejalan kaki, namun tersedia jalur khusus sepeda juga. So tersedia alternatif olahraga pilihan yaitu bersepeda, sambil berolahraga sambil gowes, kita juga bisa menikmati suasana alam seperti di Kampus UI Depok ini.

Sumber = http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_bicycle

Pop Con Asia 2013 : pameran untuk industri kreatif Indonesia

 

Pada bulan Juli lalu di Senayan Jakarta, setelah mendapat info dari teman & kabar dari media sosial, saya berkesempatan untuk mengunjungi yang katanya event pop culture yang bakalan gede-gedean berisi berbagai both &  showcase dari industri kreatif Asia khususnya Indonesia, dari komik, games, anime, film, hingga musik & mainan.

 

Dengan segala keriuhannya, saya sudah terhibur daengan aura kreatif yang muncul, baik dari desain both yang unik, barang yang dipajang, orang & komunitas yang ramah, & lucu pada beberapa pengunjung yang datang ber-cosplay, hingga alunan musik khas kartun.. khas anime 😀

beberapa yang “ber-cosplay” dari yang “standar” hingga yang sifatnya “ekstrem” namun semua keramaian tersebut, menambah riuh ramainya acara, seperti cosplay mahluk bersarung batik, cosplay dengan seragam militer dengan senapan otomatisnya, hingga ber-zombie seperti serial Walking Dead hahaha 😀

 

yang membuat saya cukup terkejut bin surprise, banyak pengembang games & kartunis dengan berbagai merchandisenya, saya juga sempat ngobrol & mencoba beberapa games buatan developer dari studio games lokal maupun dari beberapa distributor games yang memasarkan games asing ke pasar lokal.

 

 

Event seperti ini menurut hemat saya terus digalakkan, agar perkembangan industri Indonesia kreatif dapat diketahui oleh masyarakat umum, sehingga lambat laun dapat menjadi raja di negeri sendiri ditengah serbuan global.

 

 

KeretaKu.. CommuterlineKu..

 

Sudah sekitar 10 tahunan saya menggunakan jasa transportasi kereta api, lebih tepatnya KRL yaitu Kereta Rel Listrik karena menggunakan tenaga listrik sebagai sumber utama penggerak kereta tersebut. KRL yang dimaksud yaitu kereta yang dioperasikan untuk jalur Jabotabek oleh PT KAI dan pada akhirnya menjadi PT KCI dipisahkan dari PT KAI yang khusus pengelolaan kereta daerah operasi Jabotabek.

Saya sudah merasakan KRL dari masa pemisahan “kasta” Ekspress-Ekonomi lalu pada periode adanya kelas kereta  Ekspress-Ekonomi-Ekonomi AC hingga masa kini dengan kelas Commuterline. Dari pengalaman semenjak saya pertama kali memasuki stasiun, membeli tiket, naik ke KRL, lalu mencapai stasiun tujuan, menurut saya perkembangannya cukup progresif, dari sekitar tahun 2002 hingga pada beberapa tahun belakangan ini, namun bagi sebagian orang, perkembangan kereta tidak memuaskan, namun saya anggap perkembangannya cukup baik, yaitu bisa dilihat dari sisi infrastruktur cukup baik, jadwal & rute yang semakin banyak, serta harga yang semakin kompetitif.

Yang menjadi isu & berita nasional pada perubahan infrastruktur, dengan melakukan penutupan & penggusuran toko serta kios disekitar area stasiun sampai terjadi gesekan konflik bahkan terjadi demo yang menjurus anarkis, namun dampak dari proses “perapihan” tersebut membuat stasiun sekarang benar-benar bersih menjadi area penumpang, tidak ada lagi pengamen pengemis, penjual makanan-minuman maupun penjual koran yang biasa hilir mudik di stasiun atau disekitar stasiun

Perubahan tidak hanya dari sisi rute & kelas kereta seperti yang saya sampaikan diatas tadi, tapi dari sisi layanan, infrastruktur, dan tentu saja dari sisi harga tiket yang berubah, serta dari metode ticketingnya. Metode yang lagi booming yaitu pembelian dengan e-money via media smartcard, yang bisa diisi ulang dan bisa dilakukan pembelian dengan metode tapping pada terminal yang sesuai, yang dilakukan pada gate keberangkatan & tapping di gate tujuan.


Namun yang sangat berbeda dari sisi penjadwalan & rute yang lebih terintegrasi untuk jaringan kereta KRL se-Jabotabek, dari sisi utara Ancol-Kota Jakarta hingga Bogor lalu dari Serpong sampai Jatinegara-Bekasi, bisa dilihat pada gambar rute Commuter Line.

 

Dan soal jadwal juga waktu tunggu semakin lebih pendek, dari dulu sekitar 30-45 menit menjadi sekitar 10-20 menit waktu tunggu, meskipun soal keterlambatan & AC serta soal penuh sesak masih “biasa” dirasakan. Meskipun tiap hari saya sering membaca kicauan keluhan & kemarahan dari para penumpang beberapa akun Twitter komunitas pengguna & penumpang KRL Commuterline. Secara keseluruhan saya cukup puas dengan moda transportasi kereta ini, karena harganya tergolong murah-terjangkau & cukup cepat jika kita beruntung ketika kereta tepat waktu & tidak bermasalah, selain itu mendukung gerakan penggunaan transportasi publik yang lebih baik & bermutu.

Sumber: http://kereta-api.co.id/ ; http://www.krl.co.id/peta-rute-loopline.html ; http://instagram.com/sayapercha