Tag Archives: event

Seri Foto : Festival Seperlima 2014

Beda Itu Biasa merupakan tema dari Festival Seperlima 2014 yang menyediakan ruang bagi muda-mudi untuk berkumpul, merayakan perbedaan dan keberagaman, untuk menghargai kesetaraan serta memaknai lebih jauh terhadap hak untuk berekspresi dan memperoleh informasi komprehensif terkait isu gender, seksualitas, dan kesehatan reproduksi. Festival tersebut digalang oleh Seperlima, yaitu sebuah jaringan kerja dari Hivos, Pamflet, Pusat Kajian Gender & Seksualitas Universitas Indonesia, Pusat Keluarga Berencana Indonesia dan Rahima.

Acara bertema khusus, segmented, dan mengangkat isu yang cukup sensitif (di budaya Indonesia) seperti ini, memberikan wawasan baru untuk pengunjung acara, seperti yang saya rasakan pada atmoser acara tersebut. Mari nikmati keriuhan acara melalui seri foto Festival Seperlima 2014 dan ingat.. Beda itu menghibur, Beda itu memperkaya, BEDA ITU BIASA.


 

Gerbang Acara  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Gerbang Acara Asri (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Registration Scene (1)  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Registration Scene (1) (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Registration Scene (2)  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Registration Scene (2) (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Untaian Pesan & Harapan (1)  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Untaian Pesan & Harapan (1) (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

The Messages  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
The Messages (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Untaian Pesan & Harapan (2)  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Untaian Pesan & Harapan (2) (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Pengunjung & Lapak  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Pengunjung & Lapak (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Panitia & Pengunjung  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Panitia & Pengunjung (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Kamerad numpang lewat  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Kamerad numpang lewat (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Antri  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Antri (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Beda Itu Biasa Tote Bag  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Beda Itu Biasa Tote Bag (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Panggung  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Panggung (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Giraffe Boy  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Giraffe Boy (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Lawless Jakarta  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Lawless Jakarta (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Enjoy The Show  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Enjoy The Show (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Gadis bertopi  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Gadis bertopi (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Menjelang Malam  (Foto: Ardika Percha - Jakarta, 2014)
Menjelang Malam (Foto: Ardika Percha – Jakarta, 2014)

 

Arisan Street Photography #ArisanSP2

Pada kesempatan kali ini, saya datang  ke acara bertajuk #ArisanSP (Arisan Street Photography). Acara arisan ini diadakan dengan konsep acara berupa ajang silaturahim antar komunitas dan penggiat street photography serta sekaligus ajang  diskusi mengenai perkembangan street photography di daerah Jakarta dan sekitarnya. Khusus untuk acara bertema street photography, acara ini merupakan kali kedua saya bisa datang. Acara yang pertama yaitu Jambore Street Photography yang pernah saya ulas di artikel blog saya. Acara jambore tersebut merupakan acara perdana di Indonesia yang mengumpulkan komunitas dan penggiat street photography di level nasional.

#ArisanSP yang diselenggarakan pada 23 Agustus 2014 yang lalu, bertempat di bilangan Tebet Jakarta merupakan arisan kedua (dikenal dengan hashtag #ArisanSP2) yang diselenggarakan oleh komunitas penggiat dan penikmat  fotografi dengan pendekatan street photography. Kali ini yang berkontribusi dan berkesempatan berbagi adalah komunitas Street Banditos. Arisan kali ini mengangkat topik mengenai bagaiman kita membaca sebuah foto dengan pendekatan visual literacy yang disampaikan oleh mas Halbet Cahyadi Putra yang setahu saya juga aktif di Komunitas street photography bi-Ru (bingkai ruang publik).

#ArisanSP2 - Street Banditos (Ardika Percha)
#ArisanSP2 – Street Banditos (Ardika Percha)

 

#ArisanSP2 - Silaturahim (Ardika Percha)
#ArisanSP2 – Silaturahim (Ardika Percha)

 

Di awal  acaran #ArisanSP dimulai dengan sesi perkenalan peserta yang telah hadir, yaitu salah satunya perwakilan dari komunitas bi-Ru (bingkai ruang publik), komunitas ISTRIE, komunitas Sidewalker Asia (SWA), serta hadir pula beberapa penggiat fotografi dari berbagai tempat. Kemudian dipaparkan mengenai latar belakang dari pelaksanaan acara #ArisanSP tersebut, dan selanjutnya dijelaskan mengenai profil dari komunitas Street Banditos sebagai host di #ArisanSP kali ini, yang disampaikan oleh mas Fahmi. Sesi perkenalan komunitas Street Banditos tersebut menceritakan proyek-proyek kreatif yang telah dibuat oleh Street Banditos, yang hingga saat ini telah menghasilkan 4 proyek, dari proyek “Dear Jakarta” yang perdana, hingga proyek “Geo Metro” terakhir yang menggambarkan bentuk-bentuk geometris Jakarta dalam bentuk fotografi.

Saya pribadi mengenal komunitas Street Banditos melalui penelusuran di dunia maya mengenai perkembangan fotografi beserta komunitas fotografi yang tumbuh di Indonesia. Ketika itu saya tertarik atas proyek fotografi yang mereka lakukan, yaitu proyek “Railways Runaway” di tahun 2012, yang mendokumentasikan serta menceritakan tentang realitas Jakarta  dan sekitarnya termasuk kehidupan urban perkotaan, lingkungan, dan kondisi  sosial masyarakat yang hidup disekitar rel kereta dari Manggarai hingga Bogor.

Street Banditos Project : Railways Runaway (http://streetbanditos.com/)
Street Banditos Project : Railways Runaway (http://streetbanditos.com/)

 

#ArisanSP2 - Visual Literacy (Ardika Percha)
#ArisanSP2 – Visual Literacy (Ardika Percha)

 

Kemudian acara pun dilanjutkan dengan sesi workshop, yaitu pemaparan dan diskusi mengenai visual literacy. Mas Halbet menyampaikan tujuan mengapa kita mempelajari dan membahas visual literacy untuk pendekatan membaca sebuah foto yaitu :

  1. dengan visual literacy kita dapat menceritakan melalui kata-kata apa yang kita lihat untuk diri sendiri
  2. dengan visual literacy kita dapat mengkomunikasikan apa yang kita lihat kepada orang lain dengan baik
  3. dengan visual literacy kita dapat membuat kritik dan inteprestasi terhadap sebuah gambar/foto dengan lebih akurat

Dan mas Halbet pun menyampaikan beberapa tahapan yang direkomendasikan dalam ber-visual literacy ria, yaitu dari tahap melihat foto tersebut (Look), selanjutnya memperhatikan secara keseluruhan foto tersebut dengan mendalam (See), lalu mencoba menjelaskan elemen apa saja yang ada di foto tersebut (Describe) seperti elemen garis, warna, kontras, bentuk, emosi, dsb.

Kemudian dari tahap selanjutnya masuk ke tahap menganalisis terkait elemen foto teresebut dengan konteks yang diketahui oleh kita selaku pembaca (Analyze), dan akhirnya mengintepretasikan pesan apa yang ingin disampaikan oleh foto tersebut, yang dibuat oleh fotografer bersangkutan  (Interpretation).

#ArisanSP2 - Pembahasan Visual Literacy (Ardika Percha)
#ArisanSP2 – Pembahasan Visual Literacy (Ardika Percha)

 

Dalam pemaparan tersebut juga disertai diskusi interaktif bersama teman-teman peserta #ArisanSP, serta sekaligus mencoba membaca beberapa contoh foto bersama-sama. Menariknya dari diskusi bersama tersebut, antara satu orang dengan orang lainnya ternyata beberapa memiliki pendapat berbeda dalam membaca satu foto, sehingga memperkaya jalannya diskusi sekaligus sebagai ajang saling bertukar pikiran serta memperluas ilmu dan wawasan sesama penikmat dan penggiat street photography dalam acara #ArisanSP tersebut.

Terkait sesi workshop tersebut, mas Halbet juga menyampaikan bahwa bahasan visual literacy tidak cukup hanya dengan diskusi tersebut, namun apa yang disampaikan dan didiskusikan bersama bisa menjadi tahapan dan pijakan awal untuk mempelajari lebih dalam lagi bagaimana kita membaca sebuah foto dengan baik dan benar. Beliau juga menambahkan dan merekomendasikan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai konsep Gestalt untuk alternatif membaca suatu karya foto terkait visual literacy.

Saya pribadi sangat mengapresisasi positif adanya acara diskusi fotografi seperti ini, terutama fotografi yang menggunakan pendekatan  street photography. Dengan adanya acara tersebut, dapat memperkaya dunia fotografi Indonesia apapun genre serta jenisnya, sehingga memiliki variasi kegiatan selain “hunting bareng” dan berkaitan dengan acara “turun ke jalan”, dan tidak selalu berkutat dengan diskusi teknik fotografi saja, namun kedepannya bagaimana kita bisa membaca dan mengkritisi sebuah foto dengan pendekatan serta metode yang baik dan tepat guna, sehingga secara tidak langsung kita sendiri bisa terus berlatih menghasilkan sebuah foto yang lebih baik, tidak hanya dari sisi keindahan foto saja, namun menjadi lebih khusus kearah pesan apa yang ingin disampaikan dari foto tersebut.

Semoga kedepannya fotografi indonesia semakin ramai, riuh, dan gaduh oleh acara-acara fotografi yang positif seperti ini. Maju terus fotografi Indonesia 🙂


Tautan Luar :

  1. Situs Komunitas Street Banditos : http://streetbanditos.com/
  2. Grup Facebook Komunitas bi-Ru (bingkai ruang publik)
  3. Situs Komunitas Sidewalker Asia (SWA)
  4. Grup Facebook Komunitas ISTRIE
  5. Konsep Gestalt: http://en.wikipedia.org/wiki/Gestalt_psychology

 

KitaBisa : Platform Crowdfunding Asli Indonesia

Ketika saya mendengar dan diskusi  mengenai crowdfunding, apa lagi ada kaitannya dengan sebuah game, maka saya pun teringat dengan game karya anak negeri yang berjudul Dreadout.  Game horror tersebut sukses mengumpulkan dana melalui situs crowdfunding Indiegogo pada pertengahan tahun 2013 lalu, maka sontak berita kesuksesan tersebut membuka mata insan kreatif Indonesia, bahwa karya kreatif Indonesia telah mendapat tempat, perhatian, dukungan dan diapresiasi melalui situs (luar negeri) tersebut, serta uniknya, ternyata ada alternatif serta pola baru dalam pengumpulan dukungan dan pendanaan sebuah proyek kreatif, yaitu melalui metode crowdfunding

Dreadout (Indiegogo)
Dreadout (Indiegogo)

 

Crowdsourcing Dan Crowdfunding

Merujuk dari kisah Dreadout tersebut, crowdfunding pun seakan menjadi the new wave of funding dan menjadi kontribusi nyata bagi para pendukung suatu proyek tersebut, serta yang menjadi fokus perhatian, bahwa adanya alternatif pendanaan lain bagi pemilik proyek, selain pendanaan yang umumnya didapatkan melalui investor maupun melalui lembaga finansial.  Salah satu faktor yang menjadi poin penting crowdfunding yang dimaksudkan yaitu pada pola pengumpulannya yang dilakukan oleh banyak orang dan didukung oleh teknologi internet. Konsep kontribusi yang dilakukan secara kolektif tersebut memiliki kaitan dengan crowdsourcing yaitu kontribusi banyak orang dalam suatu kegiatan ataupun organisasi, bisa berupa pengumpulan ide,  diskusi konstruktif, memberikan rekomendasi, sumbang saran dan pemikiran, maupun suatu aksi  atau aktivitas yang dilakukan bersama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.  

Secara definisi crowdfunding  merujuk pada kegiatan pengumpulan dukungan dan pendanaan untuk suatu inisiatif proyek maupun organisasi, yang berasal dari banyak orang,  berupa kontribusi finansial yang biasanya dilakukan melalui internet (Wikipedia, 2014).  Sehingga crowdsourcing dan crowdfunding seperti memiliki ikatan persaudaraan yang erat dalam suatu kegiatan atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan secara kolektif.

Perkembangan crowdfunding yang pesat disebabkan banyaknya pekerja kreatif dan pemilik proyek sosial yang memiliki ide dan program yang menarik, bahkan beberapa program crowdfunding  yang saya ketahui menjadi sebuah terobosan di bidangnya, namun hal tersebut terhalang pada akses pendanaan yang sulit didapatkan oleh pemilik proyek, yang sebagian besar merupakan perusahaan rintisan (startup) yang memiliki sumber daya yang terbatas, sehingga metode crowdfunding  pun menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi mereka.

Salah satunya contoh proyek crowdfunding  yang terkenal dan fenomenal, yaitu ide pengembangan smartwatch Pebble di situs crowdfunding Kickstarter, yang ketika itu mendahului ide pengembangan smartwatch yang dilakoni brand besar seperti Samsung maupun Apple. Lalu adapula crowdfunding terkait pengembangan film Lazer Team yang memecahkan rekor crowdfunding  untuk film indie fiksi ilmiah di situs crowdfunding Indiegogo, serta crowdfunding terkait proyek sosial seperti Food Justice Truck di situs crowdfunding  Start Some Good.

Pebble Smartwatch (Kickstarter)
Pebble Smartwatch (Kickstarter)

 

Film Lazer Team (Indiegogo)
Film Lazer Team (Indiegogo)

 

Food Justice Truck (Start Some Good)
Food Justice Truck (Start Some Good)

 

Crowdfunding di Indonesia

Di Indonesia sebenarnya sudah tak asing dengan konsep crowdsourcing dan crowdfunding tersebut, dimana nilai-nilai yang bersifat patungan dan urunan untuk membantu orang lain, seperti penggalangan dana secara individu, contohnya semacam kasus “koin untuk Prita” maupun program “Tali Kasih”, atau untuk kepentingan bersama yang sifatnya massal, seperti bantuan untuk bencana alam di berbagai tempat di Indonesia, dari tsunami Aceh hingga bencana gempa bumi di Jawa. Sehingga crowdfunding  memiliki konsep serta nilai-nilai yang sama dengan budaya kita, yaitu nilai saling bergotong royong membantu orang lain, dan nilai tersebut yang telah mengakar pada kehidupan  bangsa Indonesia.

Konsep crowdfunding  dan nilai-nilai kegotong royongan tersebut melahirkan situs yang berperan sebagai platform crowdfunding di Indonesia, yaitu KitaBisa.co.id. Berbeda dengan situs crowdfunding yang sebelumnya telah hadir di ranah digital Indonesia, KitaBisa sebagai platform crowdfunding  berfokus pada gerakan dan kegiatan sosial. KitaBisa memiliki pandangan dan percaya bahwa Indonesia memiliki banyak potensi dan memiliki banyak orang baik, namun sayang potensi yang ada tersebut terhalang himpitan rutinitas, sumber daya, dan akses yang terbatas, maka KitaBisa tercipta untuk menghubungkan pihak yang memiliki akses dan sumberdaya lebih baik dengan pihak yang memiliki ide, wawasan, dan program yang bisa membantu memecahkan masalah sosial yang ada, sehingga KitaBisa memberikan tempat untuk saling bergotong royong bersama untuk menghubungkan kebaikan dan memajukan Indonesia.

Peluncuran Situs Crowdfunding KitaBisa 2.0

Saya berkesempatan hadir pada acara peluncuran situs KitaBisa versi 2.0 pada 17 September 2014 bertempat di @america Pasific Palace Jakarta. Beberapa narasumber yang hadir salah satunya yaitu Stephanie Arrowsmith dari Start Some Good,  lalu Zack Petersen dan Scott Hanna dari Bad Idea Production – Count Me In, serta Pak Rhenald Kasali dari Rumah Perubahan dan selaku Pembina KitaBisa dan sang founder KitaBisa Alfatih Timur ditemani oleh co-founder Vikra Ijas.

Dalam acara tersebut, Stephanie memaparkan bagaimana Start Some Good mengelola proyek crowdfunding yang dilakukan lintas negara, budaya, dan bahasa, sehingga dapat berdampak baik secara global. Selain itu, Stephanie menyampaikan bahwa crowdfunding khususnya Start Some Good merupakan sebuah gerakan kolektif yang dilakukan untuk membantu sesama, dan dia pun menambahkan, bahwa adanya kepuasan pribadi jika yang telah dilakukan, seperti mendukung Start Some Good, maupun kegiatan crowdfunding lainya bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi banyak orang .

Situs Crowdfunding KitaBisa (KitaBisa)
Situs Crowdfunding KitaBisa (KitaBisa)

 

KitaBisa sebuah cara baru menggalang dana (KitaBisa)
KitaBisa sebuah cara baru menggalang dana (KitaBisa)

 

Kemudian Pak Rhenal Kasali mengisahkan latar belakang dan sejarah awal berdirinya KitaBisa yang dimulai semenjak pertengahan tahun 2013 digawangi oleh Al Fatih Timur dkk. Hal yang menarik disampaikannya bahwa adanya pihak di sisi lain yang memiliki sumberdaya berlebih dan ingin memajukan pihak lainnya, lalu di sisi satunya ada pihak yang memiliki ide dan program brilian yang ingin membantu bersama, maka KitaBisa berada ditengah-tengah sebagai tempat menyatukan kedua belah pihak disisi yang berbeda tersebut. Salah satu contoh kasus yang disampaikan Pak Rhenald dan diketahui oleh Al Fatih Timur, yaitu adanya inisiatif crowdfunding di suatu desa di Kabupaten Bogor yang membangun secara patungan sebuah rumah nenek tua yang sudah rusak, lalu digawangi oleh Kepala Desa setempat, maka penduduk di desa pun urunan membantu renovasi pembangunan rumah nenek tua, dan akhirnya bisa memperbaiki rumah tersebut secara mandiri dari hasil crowdfunding di desa itu saja.

Nilai Gotong Royong oleh Founder KitaBisa (Ardika Percha)
Nilai Gotong Royong oleh Founder KitaBisa (Ardika Percha)

 

Alur Cara Kerja KitaBisa (KitaBisa)
Alur Cara Kerja KitaBisa (KitaBisa)

 

Kemudian di penghujung acara, Al Fatih Timur dan Vikra Ijas, memaparkan mengenai situs KitaBisa yang diluncurkan versi 2.0 yang merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya serta melakukan demo penggunaan dan penjelasan alur kerja situs KitaBisa, mulai dari proses pendaftaran, membuat dan melakukan pengajuan proyek, hingga memberikan dukungan, baik dukungan berupa sebagai relawan maupun dukungan finansial.

Menariknya dari uraian yang disampaikan oleh Al Fatih Timur terkait crowdfunding,  seperti yang  telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa nilai crowdfunding sudah mengakar kuat dalam nilai dan budaya bangsa kita. Al Fatih menuturkan mengenai crowdfunding melekat dengan nilai-nilai budaya adat Baralek Datuak Minang Kabau yang dilakukan di kampung halamannya di tanah Minang, yang kebetulan dialami sendiri oleh keluarganya, yaitu acara adat yang  dikhususkan untuk suatu keluarga, maka keluarga-keluarga lain dalam daerah tersebut secara sukarela memberikan bantuan dan kontribusi untuk menyukseskan acara keluarga tersebut. Kontribusi bisa berupa makanan, peralatan upcara adat, bahan bangunan, kontribusi tarian prosesi adat, hingga bantuan berupa uang tunai yang diberikan ke keluarga tersebut.

Proyek #SaveMaster KitaBisa (KitaBisa)
Proyek #SaveMaster KitaBisa (KitaBisa)

 

Proyek Bangun Panti Bina Balita Ceria (KitaBisa)
Proyek Bangun Panti Bina Balita Ceria (KitaBisa)

 

Saya pribadi sebelumnya pernah mendengar konsep crowdfunding tersebut, dan mengetahui mengenai situs-situs seperti Indiegogo, Kickstrater, dll. Namun keingintahuan saya semakin besar, semenjak games Dreadout sukses besar melalui metode crowdfunding  tersebut, serta dapat terus melanjutkan  pengembangan game dan memberikan update kepada para pendukungnya, yang awal pendanaannya didapatkan melalui Kickstarter tersebut. Dan bagi saya sendiri, bisa menjadi catatan tersendiri kedepannya, bahwa siapapun termasuk saya serta anda pengunjung  dan pembaca blog ini, bisa melakukan hal tersebut didukung oleh proyek yang memiliki ide, konsep, rencana, dan implementasi yang baik serta kreatif, dan tentunya didukung oleh pihak terkait.

Saat ini telah ada beberapa situs crowdfunding yang telah hadir di Indonesia, namun KitaBisa mencoba masuk dengan keunikan tersendiri, meski proyek yang bisa diajukan ke KitaBisa bermacam-macam jenisnya, namun semenjak awal KitaBisa berfokus pada proyek dan kegiatan sosial, serta disisi lain didukung oleh berbagai pihak yang memiliki reputasi baik, serta telah memiliki jaringan tidak hanya di Indonesia, namun sudah memasuki jaringan crowdfunding global, sehingga kedepannya bisa berkolaborasi disisi lokal dan global. Semoga dengan kehadiran KitaBisa sebagai platfrom crowdfunding aseli buatan Indonesia, dengan wajah barunya di peluncuran situs versi 2.0 ini, kedepannya semakin banyak proyek-proyek  berbasis sosial kemasyarakatan yang mampu membantu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada, serta membawa angin perubahan yang positif untuk kemajuan Indonesia.

Event KitaBisa versi 2.0 (Ardika Percha)
Event KitaBisa versi 2.0 (Ardika Percha)

 

Tautan Luar :

  1. Definisi Crowdfunding di Wikipedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Crowdfunding
  2. Definisi Crowdsourcing di Wikipedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Crowdsourcing
  3. Situs Crowdfunding KitaBisa : http://kitabisa.co.id/
  4. Situs Crowdfunding Indiegogo :  https://www.indiegogo.com/
  5. Situs Crowdfunding Kickstarter : https://www.kickstarter.com
  6. Situs Crowdfunding Start Some Good : http://startsomegood.com/Venture/the_asrc_food_justice_truck/Campaigns/Show/the_asrc_food_justice_truck
  7. Situs Rumah Perubahan : http://www.rumahperubahan.co.id/
  8. Situs Game Dreadout : http://dreadout.com/

 

Indonesia Dalam Infografik

 

Event Indonesia Dalam Infografik
Event Indonesia Dalam Infografik

 

Pada bulan 19 Agustus 2014 yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi event  pembukaan pameran dan peluncurkan buku bertajuk “Indonesia Dalam Infografik”  yang diselengarakan oleh Harian Kompas. Bertempat di Bentara Budaya Jakarta,  Harian Kompas menyelenggarakan event tersebut dalam rangka menyambut perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke 69 tahun. Di dalam buku tersebut, termuat 45 karya infografik pilihan dan 8 artikel tentang infografik dari 17 desainer infografik yang pernah diterbitkan di Harian Kompas.

Dalam pembukaan acara tersebut, diselenggarakan diskusi yang menghadirkan beberapa narasumber yaitu Lim Bun Chai selaku desainer infogafik senior Kompas, lalu menampilkan Iwan Meulia Pirous yaitu dosen dan antropolog dari Universitas Indonesia, serta juga tidak ketinggalan hadir pula Dik Doank, sebagai pelaku industri dan desainer grafis.

Lim Bun Chai memaparkan periode awal Harian Kompas dalam penggunaan infografik yang masih dibatasi oleh teknologi dan metodologi dalam desain grafis, termasuk isu di bagian pencetakan. Namun Lim menambahkan bahwa ketika teknologi dan metode yang digunakan semakin  maju dan mudah digunakan, tidak serta merta permasalahan sudah usai, karena tantangannya pun semakin bertambah, yaitu bagaimana data yang tersedia tersebut, bisa disampaikan semakin mudah dimengerti oleh pembaca melalui sebuah infografik yang menarik. Terkait hal tersebut, Iwan Meulia memaparkan semakin berkembangnya teknologi disertai kemudahan dalam akses, serta didukung oleh kebutuhan kita yang menginginkan informasi lengkap yang mudah dan cepat dikonsumsi,  maka perkembangan infografik menjadi tidak terelakkan sebagai sebuah media yang menampilkan informasi secara visual.

Lim Bun Chai pun melanjutkan pemaparan serta memberikan penekanan penting, bahwa dalam pembuatan infografik yang merupakan bagian dari jurnalisme, maka keakuratan data dan fakta menjadi poin penting yang diperhatikan, sehingga kerapkali tim Infografik Harian Kompas berhubungan dengan tim Litbang Kompas maupun sumber terpercaya lainnya terkait akurasi data. Kreativitas dalam memadatkan data dan fakta yang tersedia tersebut pun dibutuhkan, karena infografik adalah salah satu bentuk jurnalisme modern yang memberikan sudut pandang pemberitaan yang berbeda dan ditampilkan dalam bentuk visual yang menarik untuk dinikmati pembacanya.

Dik Doank menuturkan bahwa semenjak kecil kita sebagai manusia lebih dulu kita dikenalkan dan diajarkan untuk menggambar terlebih dahulu, untuk mengekspresikan imajinasi kita, bukan diminta untuk membaca ataupun berhitung. Dalam pembuatan desain rancangan suatu karya, kita diminta untuk membuat gambar rancangan terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan pembangunan dari hasil gambar tersebut. Terkait buku “Indonesia Dalam Infografik”, Dik Doank memaparkan pembaca diajak untuk melihat lebih mendalam dengan menyelami langsung informasi yang tersedia dalam bentuk visual, sehingga infografik tersebut sebagai media baru untuk visualisasi suatu fakta dan persitiwa yang terjadi.

Buku Indonesia Dalam Infografik
Buku Indonesia Dalam Infografik

 

Diskusi Indonesia Dalam Infografik
Diskusi Indonesia Dalam Infografik

 

Dalam diskusi buku “Indonesia Dalam Infografik” mendapat beberapa masukan dan tanggapan dari peserta yang menghadiri diskusi tersebut, salah satunya agar menyarankan perilisan edisi berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris, dikarenakan kesemua infografik pilihan tersebut menampilkan informasi mengenai Indonesia secara gamblang disertai dengan desain infografik yang menarik, sehingga pembaca asing juga bisa ikut menikmati dan mengapresiasi buku tersebut. Terkait hal tersebut, Lim Bun Chai memaparkan bahwa tim infografik Kompas memang sudah merencanakan hal tersebut dan sedang dalam tahap pengembangan untuk dialihbahasakan ke bahasa Inggris, sehingga dapat menjangkau pembaca berbahasa Inggris.

Lalu tanggapan lainnya, yaitu infografik yang ditampilkan Kompas telah menjadi acuan dalam hal mempresentasikan sebuah informasi visual berdasarkan data dan fakta, serta memiliki gaya yang tersendiri dan khas dalam lingkup infografik Indonesia, khususnya terkait penggunaan infografik pada ranah jurnalisme. Iwan Meulia pun menambahkan bahwa pembuatan infografik selanjutnya bisa semakin mendalam untuk mengangkat informasi mengenai keindonesiaan, contohnya mengenai informasi museum dan budaya Indonesia, yang bisa ditampilkan dalam desain infografik yang menarik.

Lim Bun Chai berulangkali memberikan apresiasi tinggi ke tim Infografik Harian Kompas yang secara disiplin dan konsisten, tanpa melupakan standar acuan yang dimiliki Kompas, termasuk standar dalam hal hasil akhir di  pencetakan, dan tetap bisa menghasilkan karya infografik yang menarik. Lim menambahkan bahwa infografik yang dihasilkan Harian Kompas tidak hanya secara teknis memiliki standar hasil akhir yang baik, namun kreativitas grafis yang dituangkan dalam infografik tersebut patut diapresiasi tinggi.

Saya pribadi cukup puas atas event tersebut, baik dari sisi penyelenggaraan acara, pameran dengan menampilkan infografik terpilih, serta acara diskusi yang memberikan saya wawasan & insight baru mengenai perkembangan dunia jurnalistik terkait  infografik, lalu bagaimana pandangan sebuah harian besar tradisional menanggapi perkembangan jaman dengan gelombang baru penyampaian informasi berupa medium infografik yang disampaikan tetap sesuai dengan kaidah jurnalistik, hingga pandangan dari berbagai narasumber dari desainer, antropolog, jurnalis, hingga tim infografik Kompas sendiri.

Tim Infografik Kompas
Tim Infografik Kompas

 

Sebuah persembahan Harian Kompas Untuk Indonesia
Sebuah persembahan Harian Kompas Untuk Indonesia

 


Tautan Luar :

  1. Situs Harian Kompas : http://print.kompas.com/
  2. Situs Indonesia dalam Infografik : http://idinfografik.com/
  3. Akun Twitter Indonesia Dalam Infografik : https://twitter.com/idinfografik
  4. Situs Bentara Budaya : http://www.bentarabudaya.com/

– Artikel ini juga hadir di Portal Indonesia Kreatif (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) = http://news.indonesiakreatif.net/infografik-kompas/

 

Pertunjukan Wayang Listrik “Penculikan Sita”

Pada Juli 2014 kali ini, bertempat di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, diselenggarakan pertunjukan wayang listrik yang dipentaskan oleh Sanggar Paripurna. Galeri Indonesia Kaya yang mempunyai komitmen untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia ke khalayak umum, khususnya generasi muda Indonesia, dengan mendukung salah satunya pertunjukan seni budaya berupa pertunjukan wayang listrik tersebut.

Kali ini saya berkesempatan  menyaksikan Sanggar Paripurna dikelola oleh I Made  Sidia yang dikenal sebagai seniman wayang dan kareografer asal Gianyar Bali, menampilkan lakon dari penggalan epos Ramayana yaitu kisah penculikan Dewi Sita.

Pementasan Wayang Listrik
Pementasan Wayang Listrik

 

Rama dan Sita
Rama dan Sita

 

Pementasan penculikan Dewi Sita ini diawali dengan kisah Sri Rama meninggalkan negeri Ayodya untuk mengasingkan diri ke hutan bersama istrinya Sita ditemani oleh para pembantu setianya, untuk mencari kedamaian serta menghindari adanya perpecahan dan perang  di negerinya.

Lalu selanjutnya bersama pembantu setianya Rama tinggal di hutan, serta dalam kesehariannya Rama menyusuri pelosok hutan tersebut  dan menyaksikan begitu indahnya hutan, yaitu adanya berbagai macam pepohonan nan asri dan menyejukkan jiwa, yang ditinggali berbagai jenis hewan di hutan tersebut, sehingga Rama merasakan kedamaian dan menjadi betah tinggal di hutan tersebut.

Rama beserta para pembantunya
Rama beserta para pembantunya

 

Penghuni hutan
Penghuni hutan

 

Keberadaan Rama dan Sita di hutan tersebut diketahui oleh para pembesar negeri Alengka, sehingga mengundang keinginan Raja Rahmana  penguasa negeri Alengka untuk merebut dan menculik Sita. Rahmana yang terbuai dengan kecantikan Sita, mencari cara untuk merebut Sita dari tangan Rama. Untuk merebut Sita tersebut, Rahmana memerintahkan Maha Patihnya berubah menjadi seekor kijang emas yang mempesona untuk menarik Sita.

Adanya seekor kijang emas di hutan diketahui oleh Sita, sehingga memunculkan keinginan Sita untuk memiliki dan merawatnya. Mengetahui keinginan Sita tersbeut, Rama akan menangkap kijang emas tersebut untuk membahagiakan Sita. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Rahmana untuk menculik Sita, dengan merubah dirinya menjadi kakek tua untuk menimbulkan rasa iba Sita, dan Sita mau menolong kakek tersebut. Dan pada akhirnya Sita yang menolong kakek tua tersebut tertipu akal muslihat Rahmana, sehingga Sita diboyong ke Alengka oleh Rahmana.

Wayang Listrik
Wayang Listrik

 

Ketika pencarian kijang emas sedang dilakukan oleh Rama, Rama mengetahui Sita diculik oleh Rahmana, maka Rama memerintah para pembantunya untuk mencari Sita ke negeri Alengka. Dan menariknya dalam pementasan tersebut dibumbui oleh kisah perjalanan para pembantunya melewati negeri lainnya, yang digambarkan melewati negeri yang berbeda dan adanya sebuah kota metropolis yang modern serta sudah dipenuhi hutan beton, macet, kotor, dan orang-orangnya tidak baik, serta memberikan pesan bahwa hutan yang ditinggali Rama lebih baik, karena tetap menjaga kelestarian alam dan kebaikan sikap penghuninya.

Disisi lain, dikisahkan pula, yang diketahui oleh Rama dan para pembantunya mengenai keinginan Rahmana akan membersihkan hutan di negerinya dengan memotong sebagian besar pepohonan untuk merubahnya menjadi toliet paper melalui industriliasasi untuk dijual dan dipasarkan, agar bisa mendapat keuntungan besar dari industri tersebut. Akibat ulah Rahmana tersebut, kelestarian alam menjadi terganggu akibat keinginan penguasa yang hanya mencari keuntungan besar sesaat, namun melupakan kepentingan jangka panjang.

Akhirnya para pembantu Rama bisa menemukan Sita kemudian mengabari Rama perihal tersebut. Lalu Rama pun menuju Alengka untuk menyelamatkan Sita, serta memberi pelajaran pada Rahmana atas berbagai sikap buruknya tersebut. Kisah pun mencapai puncaknya, saat terjadinya pertarungan antara Rama melawan Rahmana yang monumental, hingga Rahmana pun mengalami kekalahan akibat kesaktian Rama yang mandraguna. Kisah pun ditutup dengan kembli bersatunya Rama dan Sita untuk hidup kembali di hutan nan asri tersebut.

Rama dan Sita bertemu kembali
Rama dan Sita bertemu kembali

 

Pementasan wayang listrik ini tidak hanya disertai dengan cerita yang penuh pesan moral yang mendalam khas cerita pewayangan tradisional, yaitu kekuatan orang baik pada akhirnya tetap menang atas kekuatan orang jahat, namun juga disusupi oleh cuplikan sepotong kisah lainya, yaitu pada bagian penceritaan perjalanan pembantu Rama dan ulah Rahmana melakukan industrilisasi dengan memberangus hutan, terdapat pesan untuk tetap dapat menjaga kelestarian alam dan jangan terbawa nafsu untuk keuntungan sesaat dengan melupakan kepentingan jangka panjang.

Seperti yang disampaikan oleh I Made Sidia dari Sanggar Paripurna setelah pementasan, bahwa pementasan wayang listrik tetap berkomitmen menyampaikan cerita pewayangan tradisional yang sarat pesan moral, serta membedakan dengan pementasan wayang lainnya, sesuai namanya yaitu wayang listrik, maka Sanggar Paripurna menampilkan pementasan didukung oleh peralatan listrik, yaitu penggunaan efek digital dan variasi pencahayaan yang unik dalam pementasan tersebut, sehingga khalayak umum menjadi tertarik menonton dan mengikuti kisah pewayangan, sekaligus memiliki pengalaman menonton wayang yang berbeda.

Sanggar Paripurna
Sanggar Paripurna

 

Penonton wayang listrik
Penonton wayang listrik

 

Pementasan wayang listrik yang unik dan berbeda tersebut disaksikan baik penonton dalam maupun luar negeri, serta banyak diantaranya merupakan generasi muda Indonesia yang tertarik menonton pementasan wayang, serta mendapat apresiasi positif berupa respon tertawa atas celetukan dialog yang lucu dari dalang dan tepukan tangan yang membahana pada penutupan pementasan di Galeri Indonesia Kaya tersebut. Hal yang dilakukan tersebut merupakan angin segar dalam pementasan wayang, sehingga kedepannya secara umum dapat mendukung industri ekonomi kreatif Indonesia, dan khususnya sektor seni pertunjukan menjadi tumbuh berkembang dan lebih baik lagi, serta semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

 


Tautan Luar :

  1. http://sanggarparipurna.wordpress.com/
  2. http://www.indonesiakaya.com/

 

Jambore Street Photography Indonesia 2014

 

Pada bulan Juni 2014 ini, penggiat fotografi Indonesia khususnya penggemar street photography, diramaikan oleh acara tingkat nasional, yaitu Jambore Street Photography Indonesia yang pertama kali diadakan, melibatkan 7 komunitas street photography, 12 kelompok fotografi regional dari dalam negeri, dan 9 kelompok fotografi regional dari luar negeri yang berkolaborasi dalam acara ini. Komunitas street photography yang terlibat di antaranya adalah Side Walkers Asia (sidewalkers.asia), Bingkai Ruang Publik (Biru), Photobook Club, Indonesia Street [Mobile] Photograpie (ISTRIE), Streetbanditos, Street Photography Purwokerto (SEPUR), dan Tuban Street Photography.

 

 

Jambore Street Photography Indonesia berlangsung dari 7 Juni sampai 25 Juni 2014, bertempat di daerah bilangan Kemang, yaitu di Pannafoto Institute Jakarta, yang menggelar pameran, seminar, dan lokakarya yang membahas mulai dari perkembangan street photography di Indonesia hingga pembahasan teknis mengenai penyuntingan foto terkait street photography.
Jambore Street Photography Indonesia dibuka oleh sambutan dari Halbet Cahyadi Putra, selaku ketua panitia dari Jambore Street
Photography Indonesia 2014.

“Acara Jambore Street Photography Indonesia ini bertujuan untuk mempresentasikan seluruh karya Street Photography dari Indonesia dalam sebuah kegiatan dan wadah”, ungkap Halbet Cahyadi Putra, ketua dari JSPI 2014 pada pembukaan acara tersebut . Halbet menambahkan bahwa kegiatan ini juga bertujuan sebagai wadah silahturahmi sesama pegiat street photography di seluruh Indonesia dan mengenalkan street photography kepada masyarakat umum.

Lalu selanjutnya acara diisi dengan pembukaan pameran foto serta pemaparan rekam jejak street photography di Indonesia oleh Nina Masjhur terkait Klik Fotografi – Kelompok Fotografi Jalanan, sebagai salah satu pelopor street photography di Indonesia. Kemudian acara dilanjutkan ramah tamah dari berbagai komunitas yang terlibat dalam Jambore Street Photography Indonesia.

 

 

Lalu pada 14 Juni 2014, Jambore Street Photography Indonesia diisi Lokakarya dengan materi mengenai bagaimana membaca foto, yang disampaikan oleh Suryo Gumilar, seorang fotografer dan salah satu penggiat street photography di Indonesia yang tergabung dalam komunitas Side Walkers Asia. Suryo Gumilar menyatakan konteks dalam suatu proses fotografi merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena mempunyai pengaruh dalam pembacaan suatu hasil karya fotografi tersebut.

Kemudian pada Lokakarya sesi selanjutnya disampaikan oleh Ridzki Noviansyah, salah satu Co-Founder dari Jakarta Photobook Club, berupa materi bagaimana menyunting foto yang bercerita. Kegiatan menyunting foto kali ini bukan kegiatan menyunting dengan perangkat lunak untuk olah digital, namun kegiatan untuk memilih, menyeleksi dan menyusun foto-foto berdasarkan sebuah tema, gagasan atau cerita, sehingga menjadi sebuah karya fotografi. Ridzki Noviansyah menyampaikan gagasan alternatif yang menarik, yaitu sebaiknya pelaku fotografi khususnya penggiat street photography di Indonesia, membuat konsep cerita terlebih dahulu, baru kemudian melakukan blusukan untuk melakukan proses pembuatan foto tersebut, dan selanjutnya menyeleksi serta menyusun foto-foto berdasarkan konsep cerita yang telah disusun sebelumnya.

 

 

Selama Lokarya tersebut, terlihat peserta antusias berperan serta dalam proses diskusi dan praktek, sehingga lokakarya berjalan santai, penuh gelak tawa, dan berjalan lancar. Seperti yang disampaikan oleh Ridzki Noviansyah, bahwa penyusunan foto yang bercerita tersebut perlu dilakukan, tidak hanya berfokus pada sebuah foto tunggal, sehingga memberikan alternatif dalam proses kreatif penggiat street photography.

Dengan suksesnya Jambore Street Photography Indonesia yang pertama kali ini, yaitu berkumpul semua penggiat street photography yang terlibat, kemudian adanya pameran foto yang menghasilkan street photography berkualitas tinggi, serta antusiasme peserta dalam lokakarya yang diselenggarakan, diharapkan kedepannya penggiat street photography dapat menghasilkan karya fotografi yang lebih baik dan menjadi salah satu pilar pendukung penting dalam pengembangan industri kreatif Indonesia di bidang fotografi.

Tautan Luar :

– http://jamborespi.com/tentang-jspi/

– Foto : Halbet Cahyadi Tim JSPI, Ardika Percha

– Artikel ini juga hadir di Portal Indonesia Kreatif (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) =  http://news.indonesiakreatif.net/jambore-street-photography-indonesia-2014-diadakan

 

Social Media Festival 2013

Panggung & Pembicara 1

Pada bulan Oktober 2013 yang lalu, para penggiat komunitas hingga pengguna social media seperti Twitter, Facebook hingga Instagram berkesempatan datang ke event fenomenal untuk pecinta social media Indonesia, yaitu Social Media Festival. Seperti yang disampaikan di rilis resminya di situs resmi Social Media Festival 2013 Social Media Festival adalah event tahunan yang sudah diadakan sejak tahun 2011 dan Social Media Festival telah menjadi panggung bagi komunitas, usaha rintisan (startup) di bidang teknologi, dan gerakan social media untuk berkegiatan secara offline dengan diisi  berbagai kegiatan dari gathering, meet up, workshoptalkshow, pertunjukan musik, hingga bazaar.

behind the scene

Social Media Festival tahun ini dilaksanakan pada 12-13 Oktober 2013 di fX Sudirman Jakarta, digawangi oleh Provetic, Hello Motion, dan Trenologi, hadir dengan tema yang provokatif, “We Dare to Share”, yang akan menguji keberanian dan ketahanan dari segenap entitas Social Media Indonesia dengan konsep acara 24 jam non stop, serta menjadi kegiatan offline Social Media pertama di Indonesia yang menggunakan konsep 24 jam event, sesuai salah satu  keunggulan media satu ini, yaitu media sosial yang bisa diakses dan digunakan kapan saja selama 24 jam.

socmedfest 1
jepret-jepret di Social Media Festival
Acara ini diramaikan oleh paling tidak 106 komunitas dan 9 perusahaan rintisan digital (startup), yaitu di antaranya adalah komunitas Change.Org Indonesia, ID_AyahASI, Indonesia Berkebun, the Museum Project, MindTalk, dan banyak komunitas lainnya.
socmedfest 2

Di event ini pengunjung dapat bertemu selebtwit seperti mas Shafiq Pontoh sang penggiat komunitas sekaligus panitia Social Media Festival serta bang Wahyu Aditya yang dikenal dengan Hellomotion-nya, kali ini selaku ketua panitia Social Media Festival tahun 2013, serta banyak juga selebriti dunia maya lainnya, yang ikut meramaikan festival kali ini, yang bisa digunakan untuk saling berdialog dan berdiskusi secara tatap muka langsung.

Salah satunya yang menarik perhatian, ada beberapa komunitas yang menyediakan properti unik seperti dari komunitas Change Indonesia yang menyediakannya, agar pengunjung berkesempatan untuk berfoto memakai properti tersebut dan sebagai ajang promosi komunitas dengan menyampaikan message positif melalui properti tersebut. Sebagai informasi, komunitas change.org merupakan sebuah wadah gerakan perubahan berdasarkan petisi online dengan menarik simpati dan memberikan dukungan via dunia maya di situs tersebut.

change, peace, victory
minum untuk perubahan lebih baik

Lalu yang menarik perhatian selain booth & stand dari komunitas tersebut, yang menjadi ajang kopi darat, diskusi, berkenalan, bersosialisasi tatap muka, juga ditemui beberapa pengunjung & peserta “ber-cosplay ria” seperti zombie-zombie (dari komunitas Zombie Indonesia) berkeliaran mencari korban di area Social Media Festival atau ada aksi “teatrikal” seorang yang sedang melakukan yoga ditengah ramainya kerumunan festival ini!!

zombie 1
zombie 2
zombie duduk manis
semedi or yoga or…

Selain keriuhan tadi, juga diramaikan dengan berbagai games dan quiz dadakan di arena Social Media Festival, sehingga pelaku quiz hunter or gratisan hunter bakalan ‘terhibur’  dengan hadiah bertebaran pernak-pernik & merchandise dari berbagai komunitas maupun sponsor tersebut

Serta tentunya juga di event ini dipenuhi oleh berbagai ajang diskusi dengan narasumber kompeten yang berbagi informasi dari isu pengembangan komunitas hingga topik-topik teknis yang tersedia di workshop. Untuk tema dan jadwal acara lebih detailnya, dapat mengunjungi halaman Facebook Social Media Festival

siapa yang mau jawab??
panggung & pembicara 2

Dari gaung dunia maya dan pengunjung ke festival ini, yang mampu mengumpulkan puluhan hingga 100 lebih komunitas, serta antusias penggiat social media serta pengunjung yang tumplek blek di fX Sudirman, bisa dilihat festival telah berlangsung sukses.

Dengan adanya festival ini tidak hanya bertemu, bersosialisasi, & bertatap muka, namun juga sebagai media pembelajaran dengan adanya berbagai talkshow dan workshop terkait media sosial tersebut, untuk mendukung dan bahkan meningkatkan kualitas hidup, serta memajukan komunitas dan pengguna social media di Indonesia.

Dan Social Media Festival 2013 terkahir ini ditutup pidato dari panitia penggiat Social Media Festival dan disertai hiburan dari Project Pop, yang menambah keriuhan serta menjadi puncak acara seremonial dari penutupan festival ini.

Semoga Social Media Festival yang terakhir ini bisa diserap serta dipelajari energi positifnya, dan dapat bermutasi menjadi bentuk lainnya, menjadi lebih baik lagi, serta lebih memajukan Indonesia secara progresif, dan menjadi salah satu pilar pendukung penting dalam pengembangan industri kreatif Indonesia di bidang teknologi informasi.

Project Pop 1
Project Pop 2
Tika meluk Shafiq!!
saatnya foto-foto Project Pop
closing ceremony

Sumber :

  1. http://socmedfest.org/about/
  2. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/digelar-24-jam-non-stop-social-media-festival-resmi-dibuka

Compfest UI 2013

 

Pada bulan lalu saya berkunjung ke salah satu event IT tahunan di Kampus UI Depok untuk mengetahui perkembangan teknologi IT dari sudut pandang mahasiswa UI serta apa yang akan jadi topik atau tema IT yang menarik saat ini. Sebelumnya saya juga pernah datang pada event ini di tahun 2009, dan pernah saya bahas pada artikel saya di  Computer Festival UI 2009.

Seperti yang disampaikan pada rilis resmi di situs CompFest, Computer Festival merupakan one-stop IT event tahunan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang terdiri atas rangkaian kompetisi, roadshow, seminar, playground, dan entertainment.

 

CompFest UI tahun 2013 memiliki tema “Facing National Development Towards Innovation and Collaboration – FANTASTIC” yang bertujuan untuk memacu dan meningkatkan kolaborasi antar akademisi, lembaga pemerintahan, perusahaan, start-updeveloper, dan komunitas agar mendapatkan hasil inovasi terbaik untuk kemajuan IT di Indonesia.

Berikut beberapa aktivitas di event CompFest UI 2013 yang saya dokumentasikan :

 

1. riuh ramai – startups

2. riuh ramai – startups part 2

3. riuh ramai – academics & communities

4. finalis kompetisi 

 

5. i`m @ Compfest

 

6.  katakan cinta versi compfest ?!?!

7.  sudut penukaran poin : gosip girls

8.  sudut penukaran poin : tebar merchandise

9.  narsis compfest

10. area luar compfest

11.  sang maskot compfest

12.  spot nyaman

13.  sang biduan 

14. the show

15. menunggu momen

16. penunggu tribun 

17.  tim hore-hura

18. sang ketua panitia yang berkacamata

Sumber :

http://compfest.web.id/

 

Seri Foto Panitia & Fasilitator Festival Gerakan Indonesia Mengajar

  Selain berpartisipasi dengan bekerja bakti di Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang saya tulis di artikel blog  yaitu Ulasan Festival Gerakan Indonesia Mengajar, saya juga gatal untuk mendokumentasikan beberapa aksi dari kawan-kawan panitia-fasilitator yang telah bekerja keras membantu dan memfasilitasi #KerjaBakti tersebut.

So enjoy Seri Foto Panitia & Fasilitator Festival Gerakan Indonesia Mengajar  yaa… maaf-maaf jika jepretannya ada yang tidak berkenan, maklum (sok) paparazzi dan candid bro sis  🙂

1. penunggu meja registrasi

 

2. tim biru siap 🙂

 

3. ibu-ibu lagi sibuk

 

4.  seksih dokumentasih

 

5. muncul tiba-tiba o_o

 

6.  3 serangkai penjaga pintu

 

7. Sang Pembuka Acara (di Kelas Orientasi)

 

8.  Cewek Paser Kaltim 🙂

 

9. bonito

 

10.  tim bincang biru

 

11.  fairy tale

 

12. ibu-ibu kalau lagi kumpul, biasanya…… (isi titik-titik)

 

13. ibu-ibu kalau lagi kumpul, biasanya…… (isi titik-titik) part 2

 

14. katanya sih bidadari turun dari pohon ijo dibelakang tuh 😀

 

15. riri riza 😀

 

 

16. eeehhh ijo ijo 🙂

 

 

17.  walkie talkie girl

 

 

18. narsis bareng pak Anies

19. cerah

20. always connected

 

 

 

–The End–

 

 

Festival Gerakan Indonesia Mengajar

 

Pada Sabtu 5 Oktober yang lalu, bertempat di Ecovention Hall Ancol, saya berkesempatan mengikuti dan berpartisipasi dalam acara sosial bertajuk Festival Gerakan Indonesia Mengajar  dengan tujuan mendukung gerakan pemberdayaan dan memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. Festival ini merupakan salah satu inisiatif yang diprakarsai oleh gerakan Indonesia Mengajar, yaitu sebuah gerakan pemberdayan pendidikan dari, oleh, dan untuk anak muda Indonesia. Seperti yang dituturkan oleh Indonesia Mengajar dalam rilis resminya, yaitu disarikan sebagai berikut :

 “Indonesia Mengajar meyakini bahwa kehadiran putra-putri terbaik Indonesia sebagai guru akan ikut mendorong peningkatan kualitas pendidikan kita. Melalui Indonesia Mengajar, para calon pemimpin memiliki kesempatan mengembangkan pemahaman akan akar rumput Indonesia, yang beraneka ragam dan memiliki persoalan-persoalan yang juga kompleks. Indonesia Mengajar memfasilitasi para guru tersebut (disebut Pengajar Muda ) untuk tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama  satu tahun. Mereka bekerja di sekolah dasar dan tinggal di rumah penduduk bersama keluarga baru mereka. Tantangan, hambatan dan segala pengalaman akan membentuk karakter kepemimpinan sekaligus merajut tenun kebangsaan yang lebih kokoh”

jika ingin tahu lebih lanjut mengenai Indonesia Mengajar, cekidot link situs ini  siapa tahu berminat dan ingin berpartisipasi lebih lanjut menjadi Pengajar Muda..     Oke masbro & mbaksis.. kita kembali ke Festival Gerakan Indonesia Mengajar  🙂  Ayo #KerjaBakti

 

Untuk saya pribadi, yang dahulu suka beraktivitas di berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan sosial  (dan menjadi (sok) aktivis 🙂 haha)  konsep dari festival ini menurut saya cukup orisinal dan fresh, yaitu membuat suatu konsep  acara yang sesuai dengan filosofi kehidupan kita sebagai orang Timur, khususnya orang Indonesia yang (sebenarnya) suka kerja bakti serta gotong royong dalam membantu sesama.

Daaann hasilnyaaa di festival ini, tuumpaah ruuaah.. tumplek blek!! terlihat ketika saya mulai dari pagi hari, yaitu semenjak dari pintu masuk Ancol, dalam perjalanan, hingga memasuki pintu masuk festival ini, serta ketika sudah didalam gedung tersebut, terlihat sudah ribuan orang telah datang dan meramaikan festival ini dari berbagai kelompok, institusi, individu, keluarga, kampus… semua orang berpartisipasi dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar ini!!  haha #lebay 😀

Filosofi #KerjaBakti dan gotong royong yang Indonesia banget, dipadu dengan konsep permainan #KerjaBakti yang menurut saya seperti #KerjaBakti dalam suatu wahana-wahana permainan tersendiri, yang dimainkan baik secara individu dan sebagian besar diarahkan bermain dilakukan secara berkelompok, sehingga setiap wahana kita berkesempatan bermain dengan orang yang berbeda serta dibuat acak. Dengan bermain secara kelompok tersebut, kita bisa saling mengenal relawan-relawan lain, sehingga terjalin jejaring relawan, lalu bisa berdiskusi, mendengar kisah dan cerita lucu seru mereka, sekaligus saling bekerja sama dalam wahana-wahana permainan tersebut. Berikut wahana permainan yang ada di Festival Gerakan Indonesia Mengajar :

Saya pribadi suka bermain dalam permainan dan berkompetisi, sehingga #KerjaBakti tersebut saya anggap seperti wahana permainan, dan ada beberapa wahana permainan yang mengharuskan kita saling berlomba paling cepat, paling lengkap, paling baik, dan paling kreatif dibandingkan dengan kelompok lainnya, dibantu serta difasilitasi oleh pihak panitia melalui fasilitator wahana tersebut.

Jika kita bisa menyelesaikan suatu permainan tersebut, maka akan mendapatkan semacam badge berupa stiker-stiker yang ditempelkan di name tag kita masing-masing sebagai recognition atas kerja bakti ini.. lucu juga yaa konsep badge ini sebagai suatu reward and recognition-nya menurut saya  🙂

 

Dari acara festival ini, saya pribadi mendapat semacam insight, bahwa diluar sana masih banyak individu, kelompok, institusi, dan banyak orang yang (masih) peduli serta mau berbuat dan berbagi untuk sesama (diluar pemahaman dan pengetahuan saya untuk motif serta agenda masing-masing peserta relawan tersebut, yang berkontribusi di festival ini), serta masih banyak orang diluar sana yang (masih) berpikir optimis dan positif untuk (pendidikan) Indonesia.

Untuk saya, festival ini bisa menjadi semacam wadah, tempat berkumpul, rumah untuk melakukan sebuah aksi nyata, sebuah aktualisasi diri untuk membantu sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.. langkah dan aksi kecil  yang saya lakukan ini, (mungkin) kurang berdampak, namun jika dilakukan serentak dan dilakukan secara masif-massal seperti yang dilakukan di Festival Gerakan Indonesia Mengajar untuk Indonesia yang lebih baik, maka menurut saya dapat memberikan efek domino dan dampak yang luar biasa, serta membuat saya pribadi menjadi lebih optimis dan berpikir positif, tidak hanya untuk Indonesia, namun kehidupan saya sendiri.

Festival Gerakan Indonesia Mengajar menurut saya bisa menjadi pintu gerbang baik setiap individu maupun institusi yang terlibat untuk berbuat lebih banyak lagi di masa depan, yang berawal dari ajang kerja bakti dan gotong royong di festival ini, untuk dapat berjejaring serta bekerja sama dan berdiskusi lebih lanjut, serta membuat inisiatif berupa kegiatan maupun program lain di masa depan, untuk mendukung pemberdayaan masyarakat Indonesia di bidang, minat dan kemampuan masing-masing, sehingga festival ini dapat menjadi pendorong serta katalisator untuk kegiatan yang bersifat kolaboratif selanjutnya di masa depan.

Selain itu, untuk saya pribadi.. event, acara, kegiatan seperti ini, bisa membuka mata saya kembali dan dengan mengkutip quotes terinspirasi dari Festival Gerakan Indonesia Mengajar yaitu sbb :

“Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Lakukan aksi nyata.

SEKARANG!!”

 

TERIMAKASIH untuk fasilitator, panitia, dan relawan, serta semua pihak yang terlibat dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar.

Sumber :

1. http://festival.indonesiamengajar.org/

2. https://indonesiamengajar.org/