Setelah huru-hara tempo hari ketika “hostile takeover” si bos Elon terhadap Twitter, sontak banyak netizen yang meradang dan bersikap negatif, terutama sikap si bos setelah aksi korporasi tersebut, mengubah aturan (berkomunitas di Twitter) seenaknya dan ketika melakukan PHK massal (tidak beretika) di Twitter.
Menurut saya memang seperti itulah “gaya seorang bos” terhadap perusahaan miliknya, namun saya malas saat ini membahas sikap Elon tersebut secara detail, malah lebih tertarik membaca reaksi publik dan mempelajari perilaku netizen di jagat maya.
#TwitterMigration
Seperti yang sudah diperkirakan, maka netizen seantero dunia pun pasti mencari ‘rumah baru’ atau fokus ke media sosial lain, atau ada yang menjadi lebih pasif dan menjadi silent reader.
salah satu twit yang bisa menggambarkan situasi ketika #twittermigration mulai viral dan hal ini disampaikan oleh media besar mainstream sekelas The Economist pun ngetwit soal ini. Nah.. kalau saya sih hingga saat ini masih bertwitter ria, meski kurang suka dengan sikap personal si Elon yang kurang etis, namun tingkah polah ybs memvalidasi hipotesis saya, bahwa orang (katanya) hebat yang diagung-agungkan pasti ada bug-nya 😀 yaaa meski ybs memang punya achievement luar biasa di mata sebagian besar warga dunia dengan solusi paypal, tesla, isu dogecoin, spacex dan sekarang dengan twitter!
Di sisi lain, penasaran dengan berbagai cuitan dan salah satunya ada yang sampai boikot twitter, aksi ini digemborkan di twitter bersama dengan aksi #twittermigration yaitu teriak anti twitter untuk pindah/tidak menggunakan media tersebut, tapi hebohnya ya di Twitter juga! 😀
Twitter Alternative
Dari hashtag #twittermigration itu banyak yang mencuitkan beberapa alternatif media sosial, khususnya media sosial dengan konsep microblogging. Yang menjadi hit salah satunya yaitu bangkitnya Tumblr menjadi salah satu tempat baru bagi netizen dari Twitter, lalu ada pula Hive Social atau pun lari ke media existing seperti TikTok & Instagram, meski dengan format berbeda. Lalu tiba-tiba ada satu media sosial bernama Mastodon dengan konsep yang unik berbeda dengan microblogging lainnya, karena visi dan konsep desentralisasi yang unik dibandingkan oleh media sosial lain.
Kalau cek-ricek di data Google Trend ada perubahan dari sisi pencarian untuk twitter alternative dan media sosial lain yang cukup melonjak naik di bulan Oktober hingga di pertengahan November 2022. Sebagai catatan data ini berdasarkan data pencarian di Google, mungkin tidak sepenuhnya akurat, namun mencoba membaca perilaku pencarian (dalam periode waktu singkat) dengan keyword generik saja.
Why Mastodon?
Dengan melihat kembali alternatif Twitter seperti Hive Social, Tumblr, dan yang terakhir Mastodon, maka saya putuskan untuk mencoba dan mengulik lebih dalam Mastodon ini. Selain itu, kenapa kenapa saya join Mastodon karena konsep federasi yang unik dan sifatnya open source.
Menurut saya Mastodon mungkin mirip dengan konsep engine blog website WordPress (tolong koreksi jika saya kurang tepat soal ini) yaitu semua orang bisa dan berhak menggunakan engine Mastodon tersebut dengan melakukan instalasi di server mereka masing-masing dengan menggunakan protokol yang sama.
Server-server yang ber-Mastodon disebut sebagai ‘instance’ yang memiliki konfigurasi server berbeda dan aturan komunitas masing-masing, namun tetap menggunakan protokol yang sama, yaitu protokol ActivityPub dengan kode etik merujuk aturan yang dikelola oleh entitas Mastodon gGmbH, sesuai konsep open souce dan desentralisasi tersebut.
Seperti WordPress, maka pengelola instance tersebut bebas melakukan perubahan dan penambahan serta tetap terkoneksi satu sama lain dengan Mastodon ini. Lalu karena Mastodon ini tujuan utamanya adalah media sosial, lebih spesifik microblogging, maka fitur lainnya yang menarik adalah adanya interopabilitas antar instance (baca: server) tersebut.
Sebagai contoh misal saya ada di instance komunitas fotografi yang notabene di ‘server fotografi’ dapat berkomunikasi dengan misal rekan saya di instance komunitas museum di server museum misalnya, karena saya posting sebuah foto museum, maka rekan saya menimpali reply atas postingan tersebut. Berkomunikasi maksudnya bisa nge-toot (istilah di Mastodon untuk post), lalu dapat saling posting reply, atau bisa nge-boost (di media sosial tetangga disebut retweet), favorit, bookmark, share ke media lain, sampai saling follow, meski berbeda instance/server namun menggunakan protokol open web yang sama.
Ketika join pertama kali ke Mastodon pun kita akan ditanyakan untuk memlih instance yang sesuai dengan kebutuhan dan kemauan kita, lalu ketika ada suatu hal yang tidak pas misalnya, atau menemukan instance lain yang lebih cocok dengan kebutuhan kita, maka kita pun bisa berpindah ke instance lain. Sebagai contoh saya member di instance fotografi, lalu karena merasa ‘klik’ dan cocok dengan member-member komunitas museum, maka saya pun bisa berpindah ke instance komunitas museum tersebut, jadi setiap orang berhak dengan bebas bertanggung jawab berkomunitas di suatu instance, lalu bisa pindah ke instance lain, asal tidak bikin rusuh dan mengikuti aturan Mastodon secara umum dan aturan instance secara spesifik.
Continue reading Dari Twitter Ke MASTODON