Tag Archives: fintech

Mengulas Startup Report 2017 DailySocial di Power Lunch GDP Venture

 

Pada minggu ini saya diundang hadir dalam acara yang mengulas laporan tahunan startup Indonesia, disusun oleh portal berita idola yang sarat dengan  informasi terkini terkait dunia startup Indonesia, yaitu DailySocial. Acara bertajuk Power Lunch yang bertempat di Three Buns Senopati Jakarta ini digagas oleh GDP Venture, yang dikenal sebagai perusahaan ventura ternama dengan sederet portofolio startup yang ciamik, dari Kaskus, Tiket.com, BliBli, Kumparan, hingga Semut Api, serta tentunya DailySocial.

Power Lunch ini dihadiri oleh dua narasumber yang bisa menjadi acuan dalam membaca peta perkembangan startup Indonesia, yaitu Pak Rama Mamuaya selaku CEO DailySocial dan Pak Danny Wirianto sebagai CMO GDP Venture. Menurut saya, dua narasumber tersebut bisa memberikan perspektif pandangan yang berbeda, baik dari sisi pelaku startup, lalu bisa dari sisi investor, maupun dari sisi media yang spesifik membahas startup Indonesia, sehingga dari acara ini menurut saya bisa menjadi salah satu sumber pembelajaran yang baik.

 

 

Mempelajari dan memahami lanskap perusahaan rintisan (baca: ) yang bisa dikatakan berkembang secara progresif dan bahkan bombastis dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun terakhir membuat kita sebagai insan Indonesia dapat berbangga hati.  Dari laporan yang dihimpun oleh DailySocial tersebut, bahwa sudah ada 230 lebih startup yang telah hadir dan telah menghasilkan paling tidak 4 startup dengan gelar unicorn, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan BukaLapak. Sebagai informasi, seperti yang disampaikan Pak Danny bahwa jumlah startup dengan gelar unicorn tersebut termasuk cukup besar untuk skala Asia, khususnya Asia Tenggara, dan ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah pasar sekaligus sumber inovasi dengan tren pertumbuhan positif.

 

Startup Report 2017 by @dailysocial_id #startup #annualreport #indonesia

A post shared by Percha (@jurnalpercha) on

 

Dari sisi lanskap investasi startup Indonesia, maka sejumlah startup tersebut telah berhasil menghasilkan dan mengumpulkan nilai investasi lebih dari 3 Trilyun US Dollar dengan 91 startup yang telah mengumumkan dan melakukan funding rounds, serta terdapat berbagai kegiatan merger dan akusisi yang melibatkan 14 startup. Dan menariknya, pertama kali di Indonesia ada 2 startup yang telah go-public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hal ini bisa menjadi pemacu dan pemicu startup lain tidak hanya melakukan funding dari sisi perusahaan ventura atau investasi lainnya, namun startup Indonesia mampu membuktikan bisa hadir dan menarik dana publik melalui mekanisme pasar modal sesuai regulasi.

Selain itu, dalam laporannya, DailySocial juga memberikan prediksi tren perkembangan teknologi di periode tahun selanjutnya, yaitu munculnya pemanfaatan Internet of Things, kemudian meluasnya penggunaan Artificial Intelligent di berbagai sudut kehidupan, dan tentunya tren perkembangan blockchain yang mulai dikenal di Indonesia. Untuk detail informasi Startup Report 2017 dapat disimak lebih lanjut di situs  dan bisa diunduh dari sumber aslinya, sehingga bisa dipelajari lebih lanjut untuk membaca peta perkembangan startup di Indonesia.

 

 

Di sisi lain, perkembangan startup di Indonesia juga akan menghadapi beberapa kendala yang perlu menjadi perhatian, yaitu isu sumber daya manusia, yaitu kurangnya ketersedian talenta berkualitas, lalu belum adanya kerjasama yang intens dengan pihak kampus/sekolah, sehingga seperti yang dipaparkan oleh pak Rama, bahwa dunia startup masih perlu mmembutuhkan peran pemerintah yang intens, termasuk isu infrastruktur yang menjadi masalah klasik negeri ini. Kemudian terkait dengan peran pemerintah, ada beberapa aturan dan regulasi yang justru menghambat laju perkembangan startup Indonesia, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku startup di Indonesia.

Dengan segala  ulasan dan isu yang dipaparkan diatas, pak Rama berharap dengan disusun dan dirilisnya laporan tahunan dapat memberikan informasi yang berguna dan dapat dimanfaatkan untuk memajukan ekosistem startup di Indonesia kedepannya.


Referensi :

  1.  https://dailysocial.id/
  2. https://www.gdpventure.com/

 

Perkembangan Industri Fintech di Indonesia

 

Data & Fakta Perkembangan FinTech

Perkembangan yang tergolong bombastis di industri digital disertai tumbuhnya perusahaan rintisan (baca startup), selain itu, adaptasi yang cukup cepat atas media sosial dan layanan digital, maka Indonesia berpeluang menjadi salah satu tambang emas di kawasan Asia, khususnya di Asia Tenggara sendiri.

Dengan potensi pasar dan tren penetrasi internet di Indonesia yang cukup besar tersebut, maka perkembangan Fintech (diterjemahkan menjadi tekfin: teknologi finansial) pun ikut terpacu. Seperti artikel yang saya tulis mengenai awal perkembangan Fintech di Indonesia [Baca artikel ‘Belajar Fintech Indonesia”], maka kecenderungan penggunaan layanan digital yang awalnya dari aktivitas media sosial, akan berkembang dan bergeser ke penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dalam aktivitas keuangan.

Dari data yang dilansir dari Bank Indonesia via Tech in Asia, hingga akhir tahun 2016, telah ada 142 perusahaan yang bergerak dalam usaha tekfin tersebut, dan menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan tekfin di Indonesia dapat dilihat dari infografis berikut yang dilansir dari Tirto.id, bahwa dari tahun 2015 hingga estimasi di 2017 akan terjadi lonjakan penggunaan tekfin dalam ranah pribadi (non bisnis), misalnya dalam penggunaan pembayaran elektronik atau terkait dengan pengelolaan keuangan pribadi.

Tirto.id
Tirto.id

 

 

Kepopuleran FinTech 

Mengapa FinTech begitu populer di Indonesia?  Untuk menjawab pertanyaan diatas, saya mencoba merangkum dari beberapa sumber [Modalku], sehingga kita dapat mengetahui perkembangan FinTech kedepannya, yaitu sbb :

  1.  Generasi muda yang lahir dengan Internet dan mulai dewasa menginginkan solusi cepat bagi permasalahan mereka. Proses online biasanya lebih sederhana dan lebih cepat, serta mereka pun lebih aktif menyelesaikan masalah mereka sendiri. Bila tidak ada solusi, mereka akan tidak segan untuk meminta bantuan pihak lain melalui internet.
  2. Meluasnya penggunaan Internet dan smartphone ditengah kesibukan yang semakin tinggi, sehingga ada kebutuhan untuk melakukan transaksi keuangan secara online.
  3. Pelaku Fintech Indonesia melihat cerita sukses bisnis berbasis teknologi digital seperti Gojek dan Uber. Mereka merasa terinspirasi membangun usaha digital di bidang keuangan. Bila orang lain bisa melakukannya, mengapa saya tidak?
  4. Usaha Fintech dianggap lebih fleksibel dibandingkan bisnis konvensional yang memiliki wajah lebih kaku.
  5. Penggunaan teknologi, software, dan olah data Fintech . Usaha Fintech juga menggunakan data secara lebih akurat dan tepat guna, misalnya data dari social media, atau proses seleksi kredit yang bisa dilakukan secara remote mobile dan dilakukan hampir real time sehingga prosesnya menjadi lebih cepat dan lebih akurat, maka misalnya dalam pengajuan profil risiko kredit dalam proses konvensional menjadi perlahan usang.

 

Relasi Regulator & Pelaku Industri FinTech

pixabay.com
pixabay.com

 

Pada akhir tahun 2016 yang lalu, dengan diresmikannya Bank Indonesia Fintech Office merupakan salah satu tonggak di industri finansial sudah mulai fokus atas berkembangnya di ranah digital, sehingga isu klasik mengenai regulasi dan aturan main sepertinya akan lebih jelas bagi pelaku digital. Dengan hadirnya Bank Indonesia Fintech Office akan menjadi wadah evaluasi, penelusuran, dan mitigasi risiko dalam pengembangan perusahaan-perusahaan di bidang teknologi keuangan, khususnya terkait sistem pembayaran.

Hal ini pun sudah diinisiasi juga oleh OJK melalui rangkaian acara seperti Indonesia Fintech Indonesia Festival & Conference 2016 yang menjadi showcase  dan wadah diskusi resmi bagi pelaku industri tekfin tersebut, lalu adapula inisiatif-inisiatif yang menghasilkan langkah positif, disertai dengan hadirnya Asosiasi Fintech Indonesia di acara tersebut, sehingga berbagai pihak dapat terjalin komunikasi antara pelaku, pasar, dan regulator. Dengan hadirnya beberapa inisiatif tersebut, maka progres perkembangan industri tekfin Indonesia sudah di jalur yang tepat, sehingga momentum yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk perkembangan ekonomi Indonesia sekaligus meningkatkan daya saing di kancah internasional secara keseluruhan.

 


Referensi :

  1. https://id.techinasia.com/perkembangan-startup-fintech-di-indonesia-2016
  2. https://modalku.co.id/blog-detail/1220/perkembangan-fintech-di-indonesia
  3. https://tirto.id/peresmian-bi-fintech-office-b4WA
  4. https://id.techinasia.com/daftar-startup-teknologi-jasa-finansial

Belajar Fintech Indonesia

Perkembangan dunia digital termasuk tumbuhnya industri tekfin  (lebih dikenal dengan istilah fintech) serta melesatnya pertumbuhan media sosial yang dipicu pesatnya penggunaan akses internet di Indonesia, bahkan untuk saya pribadi telah mengubah pola keseharian saya secara bertahap, salah satunya dalam penggunaan transportasi dengan ojek online  [BACA artikel blog : 7 layanan ojek fenomenal]  yang hampir tiap hari saya gunakan.

Selain menggunakan ojek online tersebut, tentunya saya menggunakan kereta Commuter Line dan tentunya untuk memudahkan proses transaksi, saya menggunakan mata uang digital/elektronik sejenis seperti produk e-money Bank Mandiri, BNI Tap Cash, BCA Flazz, maupun Go-Pay, dengan intensitas penggunaannya pun semakin tinggi. Melihat perkembangan pola kehidupan tersebut, membuat saya pribadi ingin belajar terkait perkembangan industri teknologi finansial, yang sekarang dikenal dengan istilah fintech tersebut.

Menurut pendapat saya, untuk mempelajari fintech ini,  dari hasil membaca sana-sini tersebut, maka perkembangan fintech diawali dari pemanfaatan jaringan ATM, lalu mobile banking, kemudian layanan internet banking, dan paralel pemanfaatan uang elektronik menjadi pemicu perkembangan fintech Indonesia.

 

pixabay.com
pixabay.com

 

Uang elektronik (e-money) berbasis kartu fisik

Pemanfaatan uang elektronik tersebut dari yang saya pelajari awalnya dari penggunaan transaksi fisik & tatap muka yang merupakan awal perkenalan dengan fintech, dibantu dengan teknologi pembacaan kartu pintar terhadap perangkat pembacanya, merupakan awal menggunakan layanan fintech sejenis, seperti yang dipaparkan diatas.

Seperti yang saya sampaikan diawal artikel blog ini, uang elektronik lambat laun bakal menjadi hal yang lumrah di Indonesia, paling tidak dari keseharian saya dan aktivitas di sekitar lingkungan saya, bahkan tren positif tersebut mengalami kenaikan nilai yang semakin besar, hal ini merujuk dari data, seperti yang dilansir dari data e-money Bank Indonesia via Daily Social, trennya dari tahun 2014 hingga 2016, terdapat lebih dari 476 juta transaksi dengan perputaran uang sejumlah lebih dari 5,28 triliun Rupiah, maka terdapat kenaikan sebesar lebih dari 59% dari tahun sebelumnya (year-on-year).

 

dailysocial.id
dailysocial.id

Uang elektronik (e-money) berbasis layanan internet (server based)

Pemanfaatan uang elektronik selanjutnya yaitu penggunaan layanan via internet, dan hal ini menjadi lumrah, seperti pemesanan & pembayaran tiket, online shopping, akomodasi perjalanan, dsb. Menurut saya, layanan seperti ini, dari sisi akses dan user experience mirip dengan transaksi kartu kredit, serta dilengkapi fitur keamanan dan otentifikasi yang mudah sekaligus canggih. Salah satu yang saya ketahui dan pernah mencoba yaitu layanan Sakuku dari Bank BCA, yang terintegrasi dengan KlikBCA dan bahkan ATM BCA.

 

Payment Gateway

Melihat perkembangan uang elektronik tersebut, saya pribadi pun teringat beberapa tahun lalu mengenai kabar melesatnya bisnis payment gateway di Indonesia, yang diramaikan dengan hadirnya Doku sebagai perintis local payment gateway dan akhirnya menjadi salah satu pemain besar dalam layanan ini semenjak 2007, lalu disusul operator lain seperti Inapay, Veritrans, dsb.

Payment gateway ini pun menjadi fondasi atas mayoritas transaksi elektronik, dan sepengetahuan saya dengan akses, teknologi, dan jaringan yang dimiliki, yang sebagian besar dikuasai pemain lokal semenjak lama, bahkan sebelum booming ecommerce di Indonesia, maka hal ini pun menjadi salah satu katalisator perkembangan tekfin alias fintech Indonesia, disertai dengan kebutuhan dan adaptasi masyarakat Indonesia yang cukup responsif atas perkembangan baru ini.


Referensi :

  1. https://dailysocial.id/post/mengintip-gurihnya-uang-elektronik-di-indonesia
  2. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/Documents/Sambutan-GBI-Launching-Fintech-Office-14Nov2016.pdf
  3. https://www.quora.com/Which-is-the-best-payment-gateway-in-Indonesia
  4. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_189216.aspx
  5. http://www.thepaypers.com/payment-service-providers/indonesia/22