Tag Archives: indonesia

5 Cara Berlibur A la Percha

Bagi sebagian orang, namanya berlibur pasti ke tempat-tempat eksotis dan dengan akomodasi yang keren plus menikmati layanan penginapan di hotel bintang! Tapi sebagian orang berlibur mengunjungi tempat-tempat unik, kulineran, lalu ketika menginap dan beristirahat inginnya tinggal seperti berasa di rumah.

Nah.. kalau saya model liburannya kadang berlibur bisanya ke tempat yang tidak begitu jauh serta waktunya cuma sebentar (karena enggak bisa ambil cuti panjang bro!) dan dilakukan hanya ketika akhir pekan saja, terus kadang-kadang ingin tinggal di suatu tempat yang berasa di rumah sendiri atau lebih privat, semacam rumah, atau villa, atau bahkan apartemen! So.. yuk, simak 5 cara berlibur A la Percha berikut ini.

1. Siapkan anggaran dengan tepat

https://pixabay.com/
https://pixabay.com/

Berlibur tentunya harus disiapkan anggarannya jauh hari dan kalau bisa mendetail, bahkan liburan model mendadak yang pernah saya lakukan pun perlu perencanaan anggaran even last minute, nah yang ini please jangan ditiru 😀

Ketika merencanakan liburan, kalau untuk saya maka diawali dengan bikin anggarannya, lalu kemudian menyiapkan segala hal sudah dibeli atau dikonfirmasi jauh hari, misalnya saya sudah lebih dulu membeli tiket transportasi, lalu merencanakan akomodasi dengan booking tempat penginapan, kemudian survey tempat yang akan kita kunjungi, termasuk kemungkinan range nominal Rupiah yang akan dibelanjakan kalau bisa, dan di beberapa tempat (meski ini masih jarang di Indonesia), bisa memesan tiket masuk ke tempat wisata jauh hari. Dengan perencanaan seperti ini, tidak hanya bikin pikiran saya jadi lebih tenang ketika berangkat liburan nanti, tapi juga bisa mendapat peluang harga yag lebih murah, terkadang ada promo harga murah untuk pemesanan jauh hari, yang ujung-ujungnya anggaran jadi lebih kecil dan bisa jadi kelebihannya untuk ditaruh di slot anggaran pengeluaran liburan yang tak terduga 🙂

2. Tentukan tempat tujuan yang sesuai

Biasanya kalau berlibur model seperti yang saya ceritakan diatas, maka tujuannya nggak jauh-jauh amat dari Jakarta dan bisa dilakukan ketika weekend tanpa perlu ambil cuti kerja lagi, tapi tetap bisa jalan-jalan plus kulineran, asal bisa happy,  bikin foto-foto selfie terus makan enak dan kenyangnya sampai elus-elus perut! 😀

So, tempat tujuan liburan seperti ini biasanya ke jalan-jalan ke kota lain yang unik, contohnya jalan ke sekitar Bogor, ke Bandung, ke Sukabumi, atau misalnya ke Cirebon, atau bahkan ke Singapura sekalian!

Be A Changi Millionaire

A photo posted by Ardika Percha (@sayapercha) on

3. Pilih akomodasi yang tepat

Nah.. setelah menentukan tujuan liburan, sekarang saatnya mencari akomodasi, berupa tempat penginapan model rumahan, villa atau apartemen. Kenapa rumahan? karena dengan menyewa rumah, maka kita bisa mendapat tempat yang lebih luas dibandingkan misalnya kamar hotel pada umunya dan bisa mengajak teman-teman atau keluarga.

So.. dengan akomodasi sepeti ini, tentunya lebih murah jika berlibur berjamaah dan dengan menyewa rumah atau villa bisa jadi pilihan yang tepat, karena kita bisa lebih bebas dan lebih memiliki privasi. Dengan menyewa model seperti ini, maka seisi rumah jadi milik kita sementara, dan bisa kumpul-kumpul di rumah sesuka kita, plus sambil ngobrol ngalor ngidul, sekalian ngemil dan bikin mie instan, dan bisa jadi ngopi-ngopi bikin sendiri di dapur plus sambil main kartu dan main game PS 😀

http://www.travelio.com/
http://www.travelio.com/

 

Untuk urusan ini, saya rekomendasikan Travelio.com untuk pencarian sewa rumah, sewa apartemen, atau sewa villa. Banyak pilihan yang tersedia bagi kita dan disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang kita miliki, lalu menariknya di Travelio kita bisa menawar dari harga yang ada, jadi peluang mendapat harga murah sesuai anggaran kita bisa kesampaian! Dengan menggunakan Travelio, maka kita punya more choice, more space, & more value yang bisa bikin liburan jadi lebih nyaman.

http://www.travelio.com/
http://www.travelio.com/

 

Nah.. agar mendapat tempat penginapan yang keren di Travelio dengan harga yang oke punya, spesial untuk pengunjung tercinta blog ardikapercha.com saya kasih promo diskon berupa kode voucher terlampir. Silahkan langsung ke Travelio.com dan lakukan pemesanan, lalu masukkan kode berikut, kemudian langsung dapatkan promo diskon 40% bro!

Kode Voucher : LIOMORESDORJG21

Untuk syarat & ketentuan penggunaan voucher promo harap dibaca dibagian paling bawah artikel blog ini ya 🙂

4.  Ajak teman berlibur yang asyik

Ardika Percha
Ardika Percha

 

Perjalanan sedekat atau bahkan sejauh apapun, yang penting bisa berbagi momen dengan orang terkasih, dari sahabat, sanak saudara, pasangan, atau liburan bersama keluarga, maka agar liburan makin seru dan memorable, tentunya ajak teman berlibur yang asyik dan kompak! Bahkan ada pepatah antah berantah berbunyi bahwa sebenar-benarnya orang akan terlihat ketika melakukan perjalanan bersama-sama. Nah, kesempatan kali ini ketika berlibur bisa jadi memperkuat hubungan dengan orang-orang terkasih sekaligus melepas penat dan refreshing dengan berlibur.

5. Be positive & just enjoy the show!

Anggaran sudah dibuat, tempat tujuan dan rencana perjalanan sudah ditentukan, lalu akomodasi dan teman liburan juga sudah siap, so sekarang saatnya berangkat menikmati liburan dengan setting mood liburan yang poooollll! So.. apapun yang terjadi selama berlibur, be positive & just enjoy the show!

Petak 9 #jakarta #chinatown #street #instapercha #culture

A photo posted by Ardika Percha (@sayapercha) on

 


https://www.facebook.com/travelioid/videos/1212530688841590/

 

Syarat & ketentuan penggunaan voucher Travelio :

  • Kode hanya bisa digunakan untuk pemesanan tipe properti seperti apartmen, rumah, dan villa yang tersedia di situs Travelio, baik di desktop, mobile web, maupun aplikasinya.
  • Kode voucher tersebut berlaku sampai dengan tanggal 15 Desember 2016 pukul 23.59 WIB.
  • Nilai maksimum diskon yang dapat didapat setiap pelanggan adalah sebesar Rp. 300.000.
  • Setiap pelanggan hanya bisa menggunakan kode voucher sebanyak 1 kali.
  • Kode voucher hanya bisa digunakan oleh pelanggan yang telah registrasi dan login saat melakukan pemesanan.
  • Kode voucher tidak dapat digabungkan dengan promo lainnya atau dengan penggunaan Travelio reward poin.
  • Travelio berhak membatalkan pemesanan apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran pada Syarat dan Ketentuan ini maupun Syarat dan Ketentuan layanan Travelio.com.

 

Pentingnya Belajar Mengelola Keuangan

Pengelolaan Keuangan Pribadi

Mengatur dan mengelola keuangan merupakan life skill yang seharusnya dipelajari dan diketahui semua orang, namun sayangnya sepanjang saya bersekolah, tidak satu pun secara jelas, gamblang, lengkap, dan benar mengajari kita untuk mengelola keuangan yang tepat semenjak usia dini, ketika sekolah, lalu menikah, memiliki anak, sampai pensiun nanti. Bagaimana dengan kamu?

Ardika Percha
Ardika Percha

 

Setelah belajar otodidak sekian lama dengan membaca dan berdiskusi dengan beberapa orang termasuk keluarga dan teman-teman, saya banyak mendapat masukan dalam pengelolaan keuangan tersebut. Salah satunya yang menjadi perhatian penting yaitu bagaimana kita menghabiskan uang dengan tepat, tidak lupa dalam menabung, berasuransi, dan terakhir berinvestasi kedepannya, dan hal ini seharusnya dan sebaiknya dilakukan semenjak dini dan mulai dari sekarang, yang dilakukan secara bertahap dan konsisten.

 

Fakta Penetrasi Asuransi Di Indonesia

Seperti yang dilansir dari Kompas.com, penetrasi asuransi di Indonesia hanya berkisar 1 hingga 2 % masih dibawah beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia yang berkisar diatas 4 % sampai 7 %. Hal ini terjadi, karena masih kurangnya kesadaran dan minimnya akses informasi yang lengkap dan benar terkait fungsi asuransi tersebut, sehingga banyak yang tidak mengetahui asuransi dan salah kaprah memahami asuransi tersebut.

 

https://pixabay.com
https://pixabay.com

 

Dengan penetrasi asuransi yang sangat rendah tersebut, maka edukasi ke masyarakat pun menjadi poin perhatian seperti yang didorong oleh Otoritas Jasa Keuangan, agar wawasan keuangan termasuk pengetahuan dan fungsi serta produk-produk asuransi dan investasi diketahui dengan baik, sehingga dengan edukasi keuangan masyarakat pun dapat menentukan dengan tepat, apa tujuan keuangannya dengan jelas dan bagaimana mencapai tujuan keuangan tersebut.

 

Seminar Edukasi Keuangan

Salah satu cara untuk terus belajar keuangan yaitu ikut serta dan datang ke acara bertema edukasi keuangan, salah satunya seminar keuangan yang saya hadiri di pertengahan Oktober yang lalu. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan menghadiri seminar yang diselenggarakan Sinarmas MSIG yang bertajuk “Yuk, Atur Uangmu” dengan narasumber Mba Mike Rini Sutikno yang dikenal sebagai Financial Planner MRE.

 

Mba Mike menjelaskan bahwa pentingnya pengelolaan keuangan semenjak usia muda sesuai tujuan keuangan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuan keuangan tersebut salah satunya yaitu dengan menabung, memiliki asuransi untuk memproteksi kita dari risiko yang menghadang, misalnya risiko kesehatan atau bahkan risiko jiwa, dibarengi melakukan alokasi investasi yang tepat. Dengan semakin dini kita mulai merencanakan, mengatur, lalu mengelola keuangan dengan berasuransi untuk minimalisir risiko dan investasi dilakukan jauh hari, maka kita punya kelebihan dalam hal periode waktu yang panjang dalam meraih kemandirian finansial dan mencapai tujuan keuangan kita.

 

Smart Money Game

Nah.. menariknya di acara ini, kita tidak hanya mengikuti talkshow yang menambah pengetahuan kita mengenai pengelolaan keuangan, namun kita diajak bermain game yang seru dan menantang dalam sebuah permainan semacam monopoli, yang disebut “Smart Money Game”.

Di permainan ini kita akan berperan menjadi profesi tertentu dan memiliki harta, hutang, dan pendapatan sesuai profesi pilihan tersebut, kemudian di sepanjang permainan akan dihadapi berbagai macam hal, seperti penawaran produk keuangan, mendapat gaji, memiliki aset tambahan, membayar pajak, melunasi hutang, hingga mempunyai passive income dari aset yang dimiliki, yang pada akhirnya, pemenang ditentukan perubahan nominal harta yang terbesar dibandingkan pemain lainnya.

 

Ardika Percha
Ardika Percha

 

Anyway saya ketagihan bermain macam board game seperti ini, dan sayangnya waktu jua yang memisahkan saya untuk bermain Smart Money Game ini. Dengan bermain game ini, kita bisa berlatih dan melakukan simulasi untuk mengelola keuangan, seperti bagaimana tetap mengeluarkan uang untuk biaya hidup dengan bijak, melunasi hutang, sekaligus berusaha menabung dan berinvestasi, serta tidak lupa berasuransi untuk proteksi risiko yang akan datang, sehingga mencapai tujuan keuangan kita.

 


 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Writing Competition dengan tema : “Yuk, Atur Uangmu“.

Blog Writing Competition
Blog Writing Competition

 


 

Referensi :

  1. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/10/211644126/penetrasi.asuransi.jiwa.indonesia.susah.meningkat
  2. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/10/20/09372620/dibanding.thailand.penetrasi.asuransi.di.indonesia.ketinggalan
  3. http://www.sinarmasmsiglife.co.id

 

Saya Dan Transportasi Publik

Tinggal dan bekerja di sekitar ibukota Jakarta, kita perlu taktik khusus agar bisa berkomuter dari satu tempat ke tempat yang lain dengan efektif dan efisien.  Dengan sarana transportasi yang terbatas, lalu pengelolaan dan pelayanan yang belum optimal, maka saya sehari-hari biasa menggunakan kombinasi berbagai moda transportasi publik, mulai dari mikrolet, angkot, bis, kereta, taksi, sampai ojek.

Saya Dan Transportasi Publik

Setiap harinya saya menggunakan jasa Commuter Line, untuk berkomuter dari rumah ke kantor PP, dan seperti yang saya tulis di artikel saya sebelumnya disini [Baca artikel : Keretaku Commuterlineku], ketergantungan saya terhadap moda transportasi satu itu pun memang tinggi, dan  dengan menggunakan kereta rel listrik, menurut saya merupakan moda transportasi yang paling efektif digunakan dari kota-kota satelit (baca: daerah pinggiran) macam Depok, Bogor, Citayam, Bojong Gede, Bekasi, Tangerang, dkk., menuju Jakarta dengan cepat dan murah plus ramah lingkungan!

Yang menjadi “sedikit perjuangan”, yaitu ketika perjalananan dari stasiun tujuan ke kantor,  dan saya tetap tak bisa lepas dari kemacetan ibukota yang sudah akut macam kanker stadium tiga! Dahulu, saya menggunakan jasa mikrolet (baca: angkot), lalu terkadang menggunakan bis macam Kopaja atau Metro Mini, dan jika sudah buru-buru dan terlambat, maka pilihan ojek menjadi pilihan terbaik untuk mencapai tujuan, meski saya terpaksa mengeluarkan dana lebih untuk memanfaatkan jasa ojek tersebut.

 

 

Juru Selamat & Sang Messiah (Transportasi Publik) : Layanan Transporatasi Online

Ketika transportasi publik mengalami stagnasi dan kebuntuan, meski ada kabar gembira dan cukup positif dengan adanya  perkembangan Commuter Line, ternyata hadir layanan yang selama ini yang saya jadikan alternatif terakhir untuk melengkapi moda transportasi yang ada, yaitu hadirnya layanan ojek online yang diakses melalui aplikasi.

Seperti ulasan saya di artikel blog ini [Baca artikel : 7 Layanan Ojek Fenomenal], maka ojek online ini pun menjadi primadona bagi pengguna transportasi publik dengan konsep ride sharing tersebut.

Selain layanan ojek online tersebut, sekarang saya jarang menggunakan taksi konvensional, dan beralih menggunakan layanan ride sharing seperti Grab Car dengan pelayanan yang baik, memuaskan, cepat, dan murah! Dengan berbagai keunggulan dan pelayanan yang diberikan tersebut, maka kehadiran layanan transportasi online (dengan menggunakan aplikasi) melengkapi berbagai moda transportasi di Jakarta dan sekitarnya.

Kisruh Transportasi Konvensional Versus Online

Tempo hari, saya kaget ada aksi massal yang terstruktur dan sistematis dilakukan oleh operator transportasi dari taksi, angkot, bis, dkk., yang menyatakan menolak dan menuntut penutupan layanan transportasi publik dengan media aplikasi tersebut.

Mereka menyatakan bahwa semenjak muncul dan menjamurnya layanan tersebut, seperti yang dilansir di Kompas.com, pendapatan mereka jauh berkurang dan mereka merasa adanya ketidakadilan dalam operasional harian mereka, seperti tidak jelasnya perihal badan hukum, perizinan, pajak, administrasi dan sebagainya.

Dan menurut saya, dampak perkembangan teknologi yang melesat jauh meninggalkan cara konvensional, maka memiliki dampak pada pola lama, bahkan regulasi yang ada belum diatur mengikuti perkembangan tersebut. Di sisi lain, saya melihat adanya ketidakadilan dalam hal perizinan dan perpajakan, karena moda transportasi konvensional tersebut, memiliki perhitungan biaya yang jauh lebih besar dan memerlukan persyaratan serta pengelolaan  berbeda untuk mengikuti regulasi yang ada.

Gojek (Gojek Website)

 

Sebagai konsumen dan pengguna transportasi publik, maka saya membutuhkan layanan transportasi yang lebih baik, lebih cepat, tanggap, responsif, dan tentunya lebih murah, plus memanfaatkan teknologi terkini, maka layanan transportasi dengan menggunakan media online tersebut membantu saya, sehingga bisa menjadi solusi bagi saya.

Sebagai konsumen, meski layanan yang diberikan transportasi online tersebut lebih baik, namun saya merasa tidak ada perlindungan konsumen yang diberikan, misal jika ada perlakuan operator (baca: supir) yang tidak tepat atau merugikan, meski ada pola rating penilaian, sebagai konsumen saya belum cukup terlindungi , disertai tidak adanya standar layanan atau keselamatan sesuai regulasi transportasi, misalkan adanya izin KIR yang dmiliki, serta belakangan adanya isu privasi bagi pengguna aplikasi tersebut.

Harapan Saya Terhadap Transportasi Publik

Harapan besar saya terhadap transportasi publik di Jakarta dan sekitarnya yaitu lebih kepada peningkatan layanan yang lebih baik, aman, mudah dijangkau, dan dengan tarif yang kompetitif, sekaligus berusaha mengikis perlahan kemacetan di Jakarta.

Di sisi lain, dengan kehadiran transportasi publik berbasis online dengan konsep ride sharing tersebut, semoga kedepannya bisa diatur serta diawasi oleh regulator dan diberikan kesempatan untuk berkembang, karena terbukti di lapangan menjadi alternatif, bahkan pilihan utama bagi sebagian warga ibukota, sehingga melengkapi transportasi publik yang sudah ada.

 


Referensi:

  1. Liputan Kompas.com “Demo tolak Taksi online” : http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/4041/1/demo.tolak.taksi.online?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=ktopird

 

Esai Foto Warung Ternak : Potret Peternak Indonesia

Daging dan makanan olahan berbahan dasar daging yang biasa kita santap sehari-hari telah menjadi salah satu sumber pangan utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Perjalanan daging  hingga mencapai piring dan yang kita santap tersebut, memiliki hulu dari kandang-kandang peternak di berbagai tempat Indonesia, namun melihat pasokan yang disediakan peternak lokal pada kenyataannya masih tergolong kurang memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, bisa dilihat dari kebutuhan daging Indonesia yang masih defisit sekitar 114 ribu ton pertahunnya (Kompas, Desember 2013), bahkan untuk suplai daging kita sampai perlu mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Melihat fakta tersebut, bahwa tren impor daging yang dilakukan dari tahun ke tahun menanjak naik, membuat lambat laun ketergantungan kita dengan daging impor menjadi tinggi.

Selain itu, daging impor tersebut yang memiliki harga pasaran yang bersaing, dengan kualitas cukup baik, sehingga perlahan industri peternakan dalam negeri yang mayoritas dikelola oleh UKM menjadi terpinggirkan di Republik ini, akibat pasokan impor daging yang membanjiri pasar. Di sisi lain, isu ketahanan pangan, kedaulatan pangan, serta swasembada pangan pun menjadi isu yang krusial di tahun-tahun kedepan dan menjadi PR yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa dan masih terus bertambah, sudah selayaknya Indonesia harus mampu mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Tiga dimensi yang secara implisit terkandung di dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan (food availability), stabilitas pangan (food stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility) masih perlu dikembangkan lebih lanjut (Diwyanto & Priyanti, 2009).
Seperti kata pepatah lama “ditengah kesempitan, pasti ada kesempatan”, maka dari pepatah tersebut, adanya isu ketergantungan impor daging, karena adanya defisit suplai lokal, lalu serbuan impor daging di pasar lokal, membuat tantangan tersebut menjadi ladang usaha menjanjikan bagi para pengusaha lokal termasuk UKM, khususnya pelaku industri peternakan, untuk optimis melihat ceruk pasar dalam memenuhi kebutuhan serta potensi pasar perdagingan Indonesia di masa datang.

Warung Ternak adalah salah satu contoh UKM yang bergerak dalam bidang peternakan dan penyediaan daging, didirikan dan dikembangkan sejumlah mahasiswa yang berawal dari skala mikro dan tumbuh menjadi salah satu pemain dan memiliki ceruk pasar daging tersendiri. Warung Ternak dilahirkan dari sebuah kompetisi kewirausahaan di tahun 2009, hingga Warung Ternak pun terlibat dalam program inkubator bisnis di kampus tempat bernaung para pendiri menimba ilmu tersebut.


 

Lunch (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Togetherness (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

White lamb (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Ready for aqiqah? (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Goat face (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Hang out (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Doing that thing (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 


Saya berkesempatan mengunjungi peternakan Warung Ternak yang berlokasi di Pancoran Mas Depok, beberapa pekan menjelang hari raya Idul Adha.  Memasuki area peternakan Warung Ternak nan asri, ditemani suara mengembik dari kambing dan domba bersahutan yang khas, serta berdiskusi dengan topik mengenai kewirausahaan, kepemudaan, dan peternakan, ketika bertemu dan bersilaturahim dengan pengelola sekaligus salah satu pendiri peternakan tersebut, yaitu mas Sholihin.

Ketika berkunjung siang hari itu, saya berkesempatan melihat dan merasakan kehidupan peternakan, seperti menyaksikan penggembalaan hewan ternak, pelepasan kawanan ternak dari kandang, pemeriksaan kondisi ternak, kandang, dan lingkungannya, hingga ketika peternak memberi pakan ke kambing dan domba.

Warung Ternak yang  didirikan berawal dari sejumlah anakan domba dan kambing yang diternakkan, lalu berkembang menjadi puluhan ternak dan terus berkembang hingga saat ini, kemudian kisah Warung Ternak bagaimana beralih dari peternak musiman yang hanya fokus ketika hari raya Qurban, menjadi penyedia daging segar untuk kepentingan individu seperti aqiqah, serta menjadi penyuplai ke berbagai restoran dan bisnis makanan lainnya, hingga perbincangan berbagai isu klasik dan isu saat ini sedang dihadapi semenjak saya mengenal Warung Ternak, mulai dari isu pemasaran dan penjualan, bagaimana kondisi pasar dan kompetitor, lalu isu pakan dan obat-obatan yang tergolong mahal, serta isu biaya karkas yang cenderung fluktuatif, biaya pengelolaan kandang yang perlahan menanjak naik, isu akses dan dukungan pendanaan dari lembaga finansial, lalu isu politik dumping yang terkadang dilakukan kompetitor, sehingga membuat pelaku usaha tersebut mengalami kerugian, kemudian isu kurangnya suplai pekerja berkompeten yang mau terjun di bisnis peternakan, khususnya pekerja usia muda, dan isu alami seperti penyakit yang menjangkiti ternak, hingga isu adanya semacam “mafia daging” dalam mata rantai industri daging tersebut.

Dibalik kisah yang dipaparkan diatas, serta cerita yang saya ketahui dan pahami hingga saat ini, ada impian besar di benak para pendiri di masa depan, yaitu impian Warung Ternak bertransformasi menjadi sebuah one stop solution, dari usaha peternakan, penyedia daging segar, hingga terjun ke bisnis makanan dengan menu olahan berasal dari daging, sehingga menjadi sebuah korporasi agribisnis, yang tidak hanya menguntungkan para pendiri dan pengelola, namun mampu mendayagunakan dan menguntungkan lingkungan sekitar.

Kesempatan menyaksikan sekilas kehidupan di peternakan tersebut, sekaligus berbincang mengenai perkembangan Warung Ternak dan persiapan menjelang Idul Adha, serta diskusi mengenai isu yang dihadapi, membuat saya semakin mendalami pengalaman bertahun-tahun mengenal Warung Ternak yang telah dilalui dalam perjalanan bisnisnya, disertai kisah suka duka dari UKM tersebut, serta harapan dan optimisme yang terus terpancar dari bisnis yang dijalankan pendiri Warung Ternak tersebut.

Warung Ternak merupakan salah satu potret UKM di ranah peternakan Indonesia yang perlu didukung secara konkrit oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, karena berbeda dengan komoditas pertanian lainnya, ternak mempunyai peran dan fungsi yang kompleks dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Sebelum dekade 1970-an, sebagian besar petani memelihara ternak secara sambilan atau hanya sebagai keeper atau user, dan hanya sebagian kecil sebagai producer, serta tidak ada yang sebagai breeder. Namun pada masa itu atau sebelumnya, Indonesia justru berswasembada (Diwyanto & Priyanti, 2009).

Menilik informasi diatas berdasar fakta sejarah yang ada, serta urgensi atas isu ketahanan dan kedaulatan pangan dalam sedekade terakhir, maka UKM-UKM dalam bidang peternakan seperti Warung Ternak seharusnya dan idealnya menjadi fokus pembuat kebijakan, agar menjadi salah satu penyokong dalam tulang punggung industri pangan di Indonesia, serta meminta pemerintah membuat kebijakan yang pro rakyat, dengan kembali menilai, mengatur, dan menata ulang tata niaga peternakan termasuk menilai kembali kebijakan impor daging tersebut. Sehingga kedepannya, peternak-peternak Indonesia tidak hanya bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhannya dan melengkapi kebutuhan konsumsi nasional, bahkan melihat potensinya, peternak lokal seharusnya menjadi raja di negeri sendiri, dan bertransformasi menjadi sebuah industri unggulan dan menjadi salah satu penyokong pembangunan nasional.


 

The breeder (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The crowd (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Mr. Sholihin and crew (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Eat this guys (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Inspection (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The king (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Perspective (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The view (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 


Tautan Luar :

  1. Data kebutuhan daging nasional :  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/30/1338243/2014.Indonesia.Kekurangan.40.000.Ton.Daging.Sapi
  2. Materi peternakan Indonesia oleh
    Kusuma Diwyanto dan Atien Priyanti : http://www.academia.edu/3106621/PENGEMBANGAN_INDUSTRI_PETERNAKAN_BERBASIS_SUMBER_DAYA_LOKAL1_
  3. Situs resmi Warung Ternak : http://warungternak.com

 

Menggapai Puncak Prau Dieng (Bagian 1)

 

Di penghujung tahun 2014, Alhamdulillah akhirnya salah satu keinginan saya untuk menapaki dan menikmati alam pegunungan Indonesia akhirnya tercapai juga. Gunung Prau menjadi tujuan perjalanan saya kali ini yang terkenal dengan keindahan pemandangan di puncaknya, serta dengan rute pendakian yang beragam, melalui area perkebunan sayuran, hutan dengan berbagai macam jenis pepohonan, undak-undakan batuan, area jalan setapak sempit yang diapit jurang kanan-kirinya, hingga mancapai area perbukitan a la bukit teletubbies!

Gunung Prau terletak di kawasan dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan ketinggian 2565 mdpl dan sebagai informasi tambahan, kata Dieng berasal dari gabungan kata dalam bahasa Kawi kuno, yaitu kata “di” yang berarti tempat atau gunung, dan kata “hyang” yang bermakna dewa, sehingga dari nama tempat tersebut, Dieng merupakan tempat bersemayamnya para dewa dan dewi menurut kepercayaan kuno. Gunung Prau berada di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal, di provinsiJawa Tengah, merupakan gunung tertinggi dibanding deretan gunung lainnya, yaitu gunung Sumbing dan Sindoro di kawasan Dieng, serta dipastikan suhu di kawasan gunung tersebut sangat dingin hingga merasuk dan menusuk ke tulang, meski memakai beberapa lapis baju dan jaket!

Setelah beristirahat dari perjalanan darat sekitar 13 jam dari Jakarta menuju Dieng, lalu makan, dan mempersiapkan logistik serta perizinan, maka pendakian melalui jalur Dieng mulai dilakukan sekitar pukul 10 pagi dari basecamp bersama kawan-kawan rombongan Rekreatif, hingga mencapai sekitar pukul 17 sore  di area sekitar menara listrik, melewati tiga pos pendakian yang cukup terjal. Setelah beristirahat untuk makan dan mempersiapkan diri melalui rute terakhir menuju area perkemahan, maka perjalanan dilanjutkanmelalui jalur sempit yang diapit oleh jurang di kanan-kirinya. Gelapnya malam di perjalanan ditemani oleh cahaya rembulan dan bintang-bintang di angkasa (dan tentunya cahaya dari headlamp yang saya gunakan) serta ditemani kabut yang mulai membatasi jarak pandang dan terpaan udara yang luar biasa dingin mulai merasuki tubuh saya dalam menyusuri perjalanan ke area perkemahan.

Alhamdulillah sekitar pukul 7 malam akhirnya saya mencapai area perkemahan dan mempersiapkan segala sesuatunya bersama dari mendirikan tenda hingga memasak air dan makan, lalu kita bersegera beristirahat untuk mengejar terbitnya mentari di pagi hari. Dan keesokan subuhnya, saya disambut dengan udara yang benar-benar luar biasa super dingin, meski udara yang sangat dingin, saya bersama rombongan pun menapaki spot-spot menarik di puncak Prau,  dan Alhamdulillah mendapat kesempatan menikmati indahnya salah satu kebesaran ciptaan Allah, yaitu melihat sang mentari terbit disertai pemandangan puncak Prau yang sangat indah, sehingga rasa lelah dan udara dingin menyerbu tubuh ini untuk menggapai puncak Prau menjadi terbayarkan ketika melihat pemandangan puncak Prau tersebut 🙂

Ufuk Timur (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Ufuk Timur (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Dia muncul  (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Dia muncul (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Perkemahan (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Perkemahan (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Selffeet di bukit teletubbies (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Selffeet di bukit teletubbies (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Bersama kita di Prau (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Bersama kita di Prau (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Aku dan Prau (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Aku dan Prau (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

 

Diatas awan (Foto: Ardika Percha - Dieng, 2014)
Diatas awan (Foto: Ardika Percha – Dieng, 2014)

Tautan Luar

  • Data & fakta Dieng : http://id.wikipedia.org/wiki/Dieng

Utopia Indonesia!!

Tgl 20 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai hari kebangkitan nasional sekaligus berdirinya organisasai pergerakan kemerdekaan Indonesia Budi Utomo. Dan kebetulan tahun ini tepat 100 tahun, dan seantero Indonesia gegap gempita menyambutnya, gegap gempita yang saya maksud yaitu setiap hari saya melihat iklan, pariwara, serta semacamnya yang berbau tentang kebangkitan nasional tsb. Semuanya berusaha menggugah rasa nasionalisme kita, rasa kebangsaan kita, serta rasa cinta tanah air kita, diselingi oleh yang saya sebut “iklan politis”. Iklan politis yang dimaksud soal “tokoh nasional” yang menjadi bintang iklan dadakan, dengan “kata-kata mutiara” dibumbui gambaran visual tentang kekayaan serta potensi yang kita miliki sebagai bangsa dan negara, seperti visualisasi pedesaan, hamparan gunung, pantai, tanah pertanian yang “ijo royo-royo”, seperti sebuah negeri impian yang disebut utopia.

Melihat iklan tsb. kadang membuat saya termenung sejenak… kok bisa ya, negeri yang digambarkan begitu indah dan luar biasanya seperti “itu” faktanya carut marut?? Dimana letak kesalahannya ya?? Hehe.. saya cuma rakyat jelata dan orang awam, dengan segala keterbatasanya, tidak bisa berbuat lebih banyak. Cuma bisa “ngrundel wae” dan terkadang jengkel saja, apa yang dilakukan “orang-orang pinter” yang duduk di kursi kekuasaan ya?? Lalu yang membuat saya “nyengir”.. apa semuanya bertepatan dengan suhu politik menjelang Pemilu 2009, disaat bersamaan pula pas 100 tahun kebangkitan nasional?? Tiba-tiba sang tokoh nasional tsb. punya orderan menjadi bintang iklan dadakan, serta menjadi suatu pola kampanya terselubungkah?? Hmm, apapun dibalik semua itu, kita perlu mengapresiasi hal tsb. meskipun ada agenda dibalik iklan-iklan tsb. Minimal kita berterimakasih atas jerih payah mereka mengingatkan adanya “kebangkitan nasional” tsb.

Dengan segala carut marutnya itu, sebaiknya kita tidak perlu lagi beradu argumentasi, saling menyalahkan, saling menghukum, adu otot!! Bisa tidak, setiap komponen bangsa duduk, berdiskusi, serta bermufakat untuk bersama serta bersatu menangani permasalahan yang besar ini?? Mana nilai tradisional kita yang diagungkan ketika duduk di bangku sekolah (pelajaran PMP/PPKn), seperti nilai gotong royong, tenggang rasa, tepo seliro dan musyawarah untuk mufakat?? Bisakah para pemimpin kita seperti para pendukung/penonton Indonesia di piala Thomas-Uber, yang tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, status, jabatan bersatu hingga titik penghabisan mendukung timnas blulutangkis??? Atau seperti pendukung sepakbola Indonesia ketika Piala Asia tahun lalu?? Terbukti rakyat mencintai sekali timnasnya, lalu bagaimana dengan para pemimpin kita??

Jadi bisakah Indonesia menjadi utopia seperti iklan politis yang saya gambarkan tadi??

Mari bersama-sama kita membangun Indonesia yang lebih baik lagi, tanpa ada diskriminasi SARA dan kepentingan sesaat semata!! Ayo bangkit Indonesia

Pemutakhiran data:

Ada beberapa teman yang menanyakan arti kata “utopia”. Jadi Utopia berarti suatu bentuk masyarakat yang ideal, dalam arti lain sempurna berkehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, agama/religi, teknologi, dan hukum/legal, intinya masyarakat/negara yang sempurna. Kata utopia dipopulerkan oleh Sir Thomas More dalam bukunya “Island”.

Jadi terkait konteks posting blog ini, diharapkan kita dapat mewujudkan Indonesia yang sempurna “itu”, minimal kita bermimpi serta berkonsep tentang Indonesia yang utopia tsb. Dan konsep utopia tsb. dikaitkan dengan kebangkitan nasional, yang tepat 100 tahun pada tahun ini 2008.