Tag Archives: komputer

8 Hal Yang Sebaiknya Harus Dilakukan Ketika Memiliki Komputer Baru

Alhamdulillah! Kata pertama yang saya ucapkan ketika sudah membeli dan memiliki sesuatu yang baru, seperti baju baru, handphone baru, komputer atau laptop baru. Kebahagian duniawi dan materiil ini harus disyukuri, bagaimana caranya? Caranya dengan memanfaatkan dan merawat sebaik-baiknya barang tersebut agar awet dan digunakan secara positif! 🙂


Di beberapa pekan terakhir saya disibukkan dengan melakukan riset dan membandingkan beragam merk dan seri laptop yang beragam, ditengah kenaikan harga dan kelangkaan komputer (baca: ghoib) di era new normal pandemi, khususnya laptop entry & middle level, maka saya pun baca-baca untuk refresh dan update kembali beragam hal mengenai apa saja yang harus dipersiapkan ketika memiliki komputer baru. Nah.. setelah membaca banyak artikel dan melihat beragam video yang saya temukan di internet dan sudah saya lakukan sesuai pengalaman pribadi, maka berikut 8 hal yang sebaiknya harus dilakukan ketika punya komputer/laptop baru.

1. Cek Kondisi Komputer Baru & Kelengkapannya

Ketika era normal dahulu, mungkin sebagian besar kita lebih suka membeli komputer/laptop langsung di toko, karena beragam motif. Kalau saya dahulu membeli laptop salah satu pertimbangannya karena soal kenyamanan melihat dan bertemu langsung dengan barangnya serta bisa berdiskusi tanya-jawab dengan sales toko komputer tersebut, terutama jika mau merakit PC from scratch, maka diskusi soal komponen PC yang dibutuhkan mana yang tepat dan soal range harga bisa langsung tahu serta bisa langsung nego-nawar di tempat 😀


Ketika melakukan transaksi membeli ditempat, maka saya bisa langsung cek kelengkapan dan kondisinya secara langsung, bahkan bisa tukar atau tambah dengan item lain, misal upgrade RAM, tambah fan pendingin atau beli mouse wireless-nya. Nah.. di era new normal, transaksi pembelian yang saya lakukan hampir 90% dilakukan online via internet dan pastinya harus dilakukan melalui ecommerce terpercaya untuk keamanan dan kenyamanan. Kalau membeli online sebenarnya saya pribadi pasrah 100% atas kondisi barang yang diterima dan terkadang tidak bisa fleksibel untuk mudah tukar tambah beberapa komponen.


Untuk transaksi online tersebut saya selalu mengandalkan toko/merchant resmi yang dilengkapi oleh garansi resmi, jika ada hal yang tidak jelas atau masih ragu, saya langsung gunakan fitur chat dan saran saya jadi orang yang cerewet dan kritis saja, biar semuanya jelas tidak berasumsi. Untuk Chat ini saran saya jika mau fast response, lakukan di hari dan jam kerja, mereka yang kerja dibalik toko resmi tersebut kan karyawan yang bekerja di jam bekerja, meski tidak menutup kemungkinan bisa dibalas cepat di luar hari kerja juga.

Jadi manfaatkan fitur chat ini dan saya pun untuk beberapa seri/tipe SKU tertentu saya double check di website atau akun media sosial resmi pabrikan, termasuk program promo dan bundling, misalnya beli laptop merk tertentu sudah bundling Original Microsoft Windows, Microsoft Office, aplikasi tertentu dan tas kece, jadi lebih jeli ya.


ardikapercha - header - 8 hal yang sebaiknya dilakukan ketika memiliki PC baru

Untuk soal garansi dan asuransi, ketika pembelian komputer/gadget tertentu di salah satu ecommerce menyediakan asuransi dan proteksi tambahan untuk jaminan pembelian, pengantaran, hingga penggunaan ketika selesai di-unboxing nanti hingga 12 bulan kedepan! So.. selain garansi resmi dari pihak pabrikan komputer tersebut saya pun menambahkan asuransi yang ditawarkan oleh ecommerce tersebut untuk double protection, entah yang saya lakukan ini buang uang atau tidak, cuma saya pikir tidak ada salahnya untuk asuransi yang ditawarkan, nominal preminya menurut saya masih tergolong jauh lebih murah dibandingkan harga barang yang dibeli.


Soal belanja komputer online, tadi sempat di-mention soal unboxing, nah setelah menerima barang dari kurir paket pilihan, maka biasanya saya lakukan sbb :

  1. lakukan video unboxing dengan baik sebagai bukti jika nanti terpaksa klaim barang jika ada yang tidak sesuai/rusak
  2. Cek barang kiriman sesuai yang telah dipesan dan dibandingkan dengan order pesanan toko online atau ecommerce, maka bisa dicek spesifikasi teknisnya di label yang tercetak/tertempel di box laptop, lalu kelengkapan komponen fisik seperti kabel, charger, bukti garansi, dan buku-buku manual laptop
  3. lalu kemudian hidupkan dan operasikan komputer terkait fungsi layar komputer, audio, video, charging beserta cek baterai, cek keyboard, kamera, cek port-port semua lakukan dalam kondisi komputer tidak terkoneksi ke jaringan/internet yaitu offline.

Pada tahap ini komputer sudah bisa beroperasi normal dan dalam status TIDAK TERKONEKSI ke jaringan/internet! Usahakan kondisi komputer tetap offline (tidak connect internet/jaringan) hingga sudah dilakukan proses backup OS (recovery drive), membuat restore point dan pemisahan akun Admin dengan akun User Reguler, karena ketika komputer sekali saja connect ke internet, maka semua pengecekan berjalan untuk update OS, update versi aplikasi, cek perangkat beserta driver akan aktif terkoneksi ke internet.

2. Membuat Recovery Drive Windows

Di era sekarang untuk instalasi melalui disk (baik CD atau DVD) sudah jarang digunakan karena secara hardware perangkat optical disk sepert CD/DVD drive sudah jarang terpasang dalam satu paket komputer, khususnya di perangkat laptop. Di sisi lain, saat ini semua instalasi dan update aplikasi mayoritas dilakukan melalui jaringan internet dengan men-download dari repositori/storage online di suatu server.


Dalam 1-2 tahun terakhir, pabrikan komputer seperti Lenovo, HP, dan brand-brand lain pun sudah membuat paket bundling OS Windows Orignal yang sudah terinstall di perangkat komputer/laptop kita, sehingga kita sudah pasti tidak memiliki copy installer atas OS Windows tersebut berupa CD/DVD installer. Selain itu, jika terjadi hal terburuk, yaitu OS gagal terbuka tidak bisa diakses dan tidak bisa booting, maka perlu dilakukan recovery agar bisa membuka Windows di kondisi ketika pertama kali diakses… oia jangan lupa saya tidak punya copy OS Windows yang original untuk mesin komputer tersebut yang saya share tadi diatas ya, jadi mau tidak mau kita harus mempersiapkan recovery drive untuk OS Windows tersebut.

Screenshot Windows 10 Recovery Drive

Membayangkan hal scary tersebut diatas, maka saya memutuskan untuk membuat recovery drive di Windows 10 dengan menggunakan fitur yang sudah tersedia di Windows tersebut, dan jika terjadi hal diatas kita bisa melakukan booting OS melalui USB flash disk sebagai recovery drive. Menurut saya langkah-langkah cukup mudah yaitu sbb :

  1. persiapkan media eksternal bisa berupa USB flash disk minimal 16 GB dan disarankan tipe file sudah NTFS (jika belum lakukan reformat USB flash disk menjadi NTS) untuk WIndows 10 dan memiliki standar port minimal USB 3.0 (dengan catatan komputer/laptop port-nya USB versi 3.0). Untuk USB 3.0 dengan 16 GB di bulan April-Mei 2021 harganya sudah tergolong dibandingkan beberapa tahun lalu yaitu di kisaran 70-200 ribu tergantung merek dan varian, saya prefer 2 merek yaitu Sandisk dan Kingstone karena bertahun-tahun memakai produk mereka.
  2. akses recovery drive melalui ‘Search for anything’ (pojok kiri bawah, disamping logo Windows) yaitu dengan keyword ‘create recovery drive’, pastikan dijalankan dengan akun yang memiliki hak akses Admin
  3. lalu kemudian ikuti saja langkah-langkah sesuai petunjuk Windows dengan kondisi USB flash disk sudah terpasang, lalu untuk proses ini berjalan sekitar 15-45 menitan, jadi siapkan waktu untuk proses cukup lama ini ya.
Continue reading 8 Hal Yang Sebaiknya Harus Dilakukan Ketika Memiliki Komputer Baru

Belajar Fintech Indonesia

Perkembangan dunia digital termasuk tumbuhnya industri tekfin  (lebih dikenal dengan istilah fintech) serta melesatnya pertumbuhan media sosial yang dipicu pesatnya penggunaan akses internet di Indonesia, bahkan untuk saya pribadi telah mengubah pola keseharian saya secara bertahap, salah satunya dalam penggunaan transportasi dengan ojek online  [BACA artikel blog : 7 layanan ojek fenomenal]  yang hampir tiap hari saya gunakan.

Selain menggunakan ojek online tersebut, tentunya saya menggunakan kereta Commuter Line dan tentunya untuk memudahkan proses transaksi, saya menggunakan mata uang digital/elektronik sejenis seperti produk e-money Bank Mandiri, BNI Tap Cash, BCA Flazz, maupun Go-Pay, dengan intensitas penggunaannya pun semakin tinggi. Melihat perkembangan pola kehidupan tersebut, membuat saya pribadi ingin belajar terkait perkembangan industri teknologi finansial, yang sekarang dikenal dengan istilah fintech tersebut.

Menurut pendapat saya, untuk mempelajari fintech ini,  dari hasil membaca sana-sini tersebut, maka perkembangan fintech diawali dari pemanfaatan jaringan ATM, lalu mobile banking, kemudian layanan internet banking, dan paralel pemanfaatan uang elektronik menjadi pemicu perkembangan fintech Indonesia.

 

pixabay.com
pixabay.com

 

Uang elektronik (e-money) berbasis kartu fisik

Pemanfaatan uang elektronik tersebut dari yang saya pelajari awalnya dari penggunaan transaksi fisik & tatap muka yang merupakan awal perkenalan dengan fintech, dibantu dengan teknologi pembacaan kartu pintar terhadap perangkat pembacanya, merupakan awal menggunakan layanan fintech sejenis, seperti yang dipaparkan diatas.

Seperti yang saya sampaikan diawal artikel blog ini, uang elektronik lambat laun bakal menjadi hal yang lumrah di Indonesia, paling tidak dari keseharian saya dan aktivitas di sekitar lingkungan saya, bahkan tren positif tersebut mengalami kenaikan nilai yang semakin besar, hal ini merujuk dari data, seperti yang dilansir dari data e-money Bank Indonesia via Daily Social, trennya dari tahun 2014 hingga 2016, terdapat lebih dari 476 juta transaksi dengan perputaran uang sejumlah lebih dari 5,28 triliun Rupiah, maka terdapat kenaikan sebesar lebih dari 59% dari tahun sebelumnya (year-on-year).

 

dailysocial.id
dailysocial.id

Uang elektronik (e-money) berbasis layanan internet (server based)

Pemanfaatan uang elektronik selanjutnya yaitu penggunaan layanan via internet, dan hal ini menjadi lumrah, seperti pemesanan & pembayaran tiket, online shopping, akomodasi perjalanan, dsb. Menurut saya, layanan seperti ini, dari sisi akses dan user experience mirip dengan transaksi kartu kredit, serta dilengkapi fitur keamanan dan otentifikasi yang mudah sekaligus canggih. Salah satu yang saya ketahui dan pernah mencoba yaitu layanan Sakuku dari Bank BCA, yang terintegrasi dengan KlikBCA dan bahkan ATM BCA.

 

Payment Gateway

Melihat perkembangan uang elektronik tersebut, saya pribadi pun teringat beberapa tahun lalu mengenai kabar melesatnya bisnis payment gateway di Indonesia, yang diramaikan dengan hadirnya Doku sebagai perintis local payment gateway dan akhirnya menjadi salah satu pemain besar dalam layanan ini semenjak 2007, lalu disusul operator lain seperti Inapay, Veritrans, dsb.

Payment gateway ini pun menjadi fondasi atas mayoritas transaksi elektronik, dan sepengetahuan saya dengan akses, teknologi, dan jaringan yang dimiliki, yang sebagian besar dikuasai pemain lokal semenjak lama, bahkan sebelum booming ecommerce di Indonesia, maka hal ini pun menjadi salah satu katalisator perkembangan tekfin alias fintech Indonesia, disertai dengan kebutuhan dan adaptasi masyarakat Indonesia yang cukup responsif atas perkembangan baru ini.


Referensi :

  1. https://dailysocial.id/post/mengintip-gurihnya-uang-elektronik-di-indonesia
  2. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/Documents/Sambutan-GBI-Launching-Fintech-Office-14Nov2016.pdf
  3. https://www.quora.com/Which-is-the-best-payment-gateway-in-Indonesia
  4. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_189216.aspx
  5. http://www.thepaypers.com/payment-service-providers/indonesia/22

Perkembangan dan Kepopuleran Game Online

unsplash.com
unsplash.com

Dahulu jenis game yang saya mainkan yaitu bergenre action adventure dan game bergenre strategi, yang dimainkan secara offline. Sekarang beragam game tersedia dan bisa dimainkan secara online, yaitu semacam game action seperti Counter Strike, GTA dan Call of Duty, lalu game petualangan dengan genre RPG (Role Playing Game) seperti World of Warcraft dan Skyrim, sampai game dengan genre multiplayer online battle arena (MOBA) seperti Dota dan League of Legends hingga mobile game  seperti Clash of Clans – Clash Royale dan yang terakhir pernah happening yaitu Pokemon Go.

Bermain game untuk saya merupakan salah satu kegiatan yang saya lakukan di waktu senggang dan terkadang menjadi hiburan tersendiri. Ketika “masa jayanya” dahulu, saya bermain game apa lagi ketika musim liburan sekolah tiba, bisa dilakukan seharian dan merupakan aktivitas utama mengisi waktu liburan.

Fakta Game Online

Dilansir dari nowloading.com yaitu situs yang membahas perkembangan industri game, menyatakan online game telah mendominasi industri game dan dimainkan jutaan penggemarnya di seluruh dunia, lalu menariknya, mayoritas game yang dimainkan tersebut  lebih menekankan faktor sosialnya dalam elemen permainan, yaitu dapat bertemu dan berkompetisi dengan pemain lain di belahan dunia lain, atau bermain bersama dengan teman-temannya.

Game dengan genre multiplayer online battle arena (MOBA) semacam DotA 2 (Defense of the Ancients) yang berada di salah satu urutan teratas untuk game yang paling sering dimainkan di platform distribusi online game STEAM dan faktanya, bahwa DotA telah dimainkan sebanyak lebih dari 10 juta orang setiap bulannya!! Lalu game League of Legends (LoL) pun bernasib sama dengan DotA 2, yaitu menjadi pusat perhatian berjuta-juta gamer sedunia dan telah dimainkan lebih dari 32 juta orang setiap bulannya… AMAZING!!

Nowloading.com pun membeberkan sejumlah data, seperti game Counter Strike Global Offensive yang dirilis oleh Valve telah terjual lebih dari 12 juta copy semenjak peluncurannya di tahun 2012 hingga kini, dan saat ini setiap bulannya 3 juta orang bermain game CS GO dengan total lebih dai 250 jam permainan!!

Dengan jutaan pemain game tersebut, industri game pun menjadi sebuah mega industri di era internet ini, lalu dari sisi format permainan pun semakin bergeser dari format single player ke format multiplayer, dan bahkan game pun serta menjadi sebuah cabang olahraga baru, yaitu yang disebut sebagi e-sport.

Tren Game Online

Menariknya, tren permainan elektronik di Indonesia melalui media online ini mewabah dengan adanya akses internet yang semakin mudah dijangkau dan didukung dengan infrastruktur yang cukup di beberapa kota di Indonesia, baik di skala warung internet yang menjamur di era awal tahun 2000-an, hingga kemudahan akses internet cepat yang bisa dinikmati di rumah 2-3 tahun terakhir.

https://id.techinasia.com
https://id.techinasia.com

Seperti artikel yang pernah disusun oleh Tech In Asia, mengenai beberapa online game yang terbaik dan dimainkan oleh mayoritas gamer di Indonesia maka daftar game yang muncul tidak jauh berbeda dengan kepopuleran game yang ada di level global seperti CS GO, LoL dan DotA, namun ada beberapa jenis game yang  spesifik mendapatkan penggemarnya di Indonesia, seperti Ragnarok yang fenomenal dan Point Blank yang mirip dengan konsep game CS GO, lalu ada beberapa game seperti  Ayo Dance, Gundam Capsule Fighter, Rising Force, hingga 3 Kingdoms, yang memiliki fans yang cukup besar.

Selain soal akses internet yang dipaparkan diatas, pilihan game yang ditawarkan pun berkonsep freemium, yaitu game tersebut gratis untuk dimainkan dan jika ingin menambah fitur tambahan, maka pemain game tersebut bisa membeli paket di game tersebut dengan sejumlah uang. Dengan konsep seperti ini, maka hampir tidak ada halangan berarti bagi penikmat online game tersebut untuk langsung mencoba bermain game pilihannya.

Jadi apa online game favorit kamu? Yuk, share pendapat kamu di kolom komentar ya.


Referensi:

  1. https://id.techinasia.com/10-game-online-indonesia-terbaik-pilihan-games-asia
  2. https://unsplash.com/collections/314527/gaming

Review Aplikasi : Browser Vivaldi

Peramban atau dikenal sebagai browser merupakan salah satu bagian terpenting bagi saya pribadi. Dengan “mahluk” satu itu, saya bisa mengenal dan belajar banyak hal, bahkan dari browser telah menjadi solusi kehidupan sehari-hari untuk saya.

Dengan perannya yang begitu besar, maka peramban menjadi pintu gerbang menuju akses internet, meski sudah adanya berbagai aplikasi yang ada, posisi peramban sampai saat ini masih belum tergantikan, paling tidak hal itu yang menjadi keseharian saya, dari kebutuhan bekerja atau untuk tujuan bersantai dan mencari hiburan.

Pendatang Baru Vivaldi

Peramban Vivaldi (Vivaldi.com browser)
Peramban Vivaldi (Vivaldi.com browser)

 

Vivadi dikembangkan oleh Vivaldi Technologies yang dipimpin oleh mantan CEO Opera Browser Jón S. von Tetzchner yang mengambil segala hal baik dari browser Opera dengan engine Presto & Blink-nya yang fenomenal, salah satunya yang dikenal dengan akses yang cepat dan kompresi datanya, baik di perangkat desktop dan mobile, serta dikombinasikan dengan engine Chromium yang menjadi basis peramban Google Chrome.

Untuk saya pribadi, yang bertahun-tahun menggunakan berbagai macam peramban dari Mozilla Firefox, Safari, Opera, dan Google Chrome, serta sesekali “terpaksa” menggunakan Internet Explorer-nya Microsoft yang usang, maka kehadiran Vivaldi menjadi sebuah penyegaran.

Dari semua peramban tersebut, maka saya sering menggunakan Chrome karena faktor konektivitas dengan perangkat Google lainnya, serta adanya beragam extension & add-on yang tersedia, sehingga mau tidak mau saya membandingkan head-to-head dengan Vivaldi.

Untuk ulasan kali ini, saya menggunakan perangkat laptop ASUS A43S prosesor Intel Core i5, disertai OS Microsoft Windows 7 dengan diska sebesar 500GB, dan memori sejumlah RAM 8 GB serta VRAM 2 GB. Untuk Vivaldi, saya menggunakan versi 1.0  dan hingga saya cek terakhir di situs resmi Vivaldi, saat ini masih fokus pada pengembangan versi desktop.

Desain Antar Muka

Mulai (Vivaldi.com)
Mulai (Vivaldi.com)

 

Desain yang ditampilkan Vivaldi berkonsep simple dan lebih kearah fungsional. Dengan tampilan alamat situs (address bar) di bagian atas, dengan model tab mirip Opera & Chrome pada umumnya disertai model preview visual,  jika tetikus diarahkan diatas salah satu menu tab alamat situs di bagian atas. Berbagai menu yang ada di Vivaldi baik di pojok kiri bawah maupun kanan bawah tergolong kecil, dan perlu dibiasakan dalam penggunannya, namun ditampilkan sesuai fungsinya.

Desain yang menurut mata saya, lebih kearah Opera dengan fungsionalitas sekelas Chrome, serta ada efek transisi, dan warna merah yang khas. Lalu Font yang digunakan menurut saya mirip Roboto khas milik Android. Pengalaman yang saya rasakan berjalan cukup lancar untuk mengakses berbagai fitur dan menu yang tersedia.

 

Fitur

Tata letak Tab (Vivaldi)
Tata letak Tab (Vivaldi)

 

Ikon Vivaldi yang khas di pojok kiri atas, merupakan sebuah menu utama untuk melakukan pengaturan lebih lanjut, dan saya sering bermain-main dengan pengaturan di menu “Tools > Setting”, terutama untuk pengaturan menu tab, seperti bagaimana jika kita membuka sebuah tab baru, membuka tab sejenis, atau bahkan melakukan pengaturan terkait shortcut.

Salah satu fitur yang jadi perhatian saya, yaitu adanya beragam pengaturan menu, panel, dan tab management yang membantu saya membuka banyak situs dalam satu waktu, menempatkan beberapa tab dalam satu kelompok tab khusus, serta sekaligus mengaksesnya dengan cepat.

Untuk tab di sebelah kiri peramban  yang disebut panel tersebut, maka berisi secara standar default berupa menu untuk bookmark, informasi unduhan, catatan, dan berupa tab speed dial yang ditempatkan di sebelah kiri, sehingga semacam bookmark, namun bisa diakses cepat yang bisa kita kita ubah dan tambahkan dari situs-situs favorit kita.

Selain itu, Vivaldi mendukung beberapa extension dan add ons dari peramban Chrome yang sangat berguna, dan menurut pendapat saya, integrasi ke beberapa fitur yang tersedia di Chrome akan diikutsertakan, seperti rumor yang saya baca di beberapa forum dan situs internet.

 Kesimpulan

Akses Vivaldi
Akses Vivaldi

 

Semenjak mengenal dan menggunakan Vivaldi dalam beberapa hari ini, maka saya sudah lupa tuh dengan Chrome 😀 padahal sudah tahunan saya menggunakan peramban tersebut.

Pengalaman  saya menggunakan Vivaldi sampai sejauh ini cukup baik, dan yang perlu menjadi perhatian, yaitu mengenai pengaturan tab yang fleksibel dan  perihal pengaturan daya memorinya, yaitu pernah saya membuka hingga 10-11 tab yang berbeda, dan Vivaldi masih  berjalan cukup stabil.

Nah.. yang perlu menjadi perhatian soal faktor kekurangannya, yaitu ada beberapa situs yang mendukung Flash, makaVivaldi sedikit kesulitan dalam pengaksesannya, serta ada beberapa situs yang perlu di-reload dan di-refersh ketika memutar video. Di sisi lain perangkat Flash juga sebenarnya sudah tidak didukung oleh beberapa situs dan peramban lain, dan mulai beralih teknologi ke HTML 5 yang responsif. Namun saya yakin, untuk poin ini di versi selanjutnya (mungkin) sudah diperbaiki dan disempurnakan, kita tunggu saja update peramban pendatang baru yang ciamik ini.

Apa kamu sudah mencoba Vivaldi? Yuk, share ceritanya di kolom komentar dibawah ya..


Referensi :

  1. https://vivaldi.com/
  2. http://techcrunch.com/2015/03/08/vivaldi-chrome-alternative-tech-preview-2/

Kerja tanpa perlu datang ke kantor?? so what gitu loh?!?!

 

Dalam seminggu terakhir di jagat dunia teknologi dan dunia maya, heboh mengenai problema yang dialami oleh (internal) Yahoo! Global berawal dari memo internal yang dirilis oleh pihak manajemen Yahoo. Sesuai artikel yang saya baca dan telusuri, termasuk salah satu sumber yang terpercaya seperti yang tertulis di artikel The New York Times, lalu juga dibahas di beberapa artikel di Mashable portal berita yang sering membahas perkembangan dan tren dunia media sosial, teknologi, dan gadget tersebut, bahwa perusahaan digital dan berbasis teknologi jaringan internet akan menerapkan kebijakan bahwa seluruh karyawan harus datang secara fisik ke kantor dan bekerja di kantor, bukan melalui teknologi kolaboratif dimana para karyawan bekerja bisa dimana saja.

berikut sebagian saya kutip dari artikel di All Things Digital tentang mengenai respon kebijakan manajemen Yahoo tersebut sbb :

 “According to numerous sources, Yahoo CEO Marissa Mayer has instituted a HR plan today to require Yahoo employees who work remotely to relocate to company facilities. The move will apparently impact several hundred employees, who must either comply without exception or presumably quit. It impacts workers such as customer service reps, who perhaps work from home or an office in another city where Yahoo does not have one. Many such staffers who wrote me today are angry, because they felt they were initially hired with the assumption that they could work more flexibly”

sepengetahuan saya dari sudut pandang industri teknologi di Amerika dan Eropa serta mungkin sebagian Asia, pekerjaan dengan model serta berbasis internet dan teknologi sudah mulai beranjak ke model telecommuting, work remotely, dan bekerja dimana saja asal terkoneksi dengan jaringan internet, bisa bekerja dan berkolaborasi dengan tim internal kantor bahkan eksternal kantor. Artikel lain dari Mashable dapat juga dibaca di halaman ini banyak yang beraksi tergolong “kaget” dan merasa keputusan tersebut kurang tepat.

Langkah yang dilakukan oleh manajemen Yahoo dimotori oleh CEO Yahoo baru mereka Marissa Mayer, menjadi tidak hanya buah bibir internal Yahoo saja, namun para pemerhati dunia teknologi global. Keputusan yang dibuat sang CEO ketika bergabung dengan Yahoo pada Juli 2012 lalu, merupakan salah satu gebrakan yang dilakukan Marissa Mayer untuk meningkatkan produktivitas serta dapat bekerja lebih kolaboratif dengan bertatap muka, dan secara sosial bisa saling berkomunikasi serta bertemu secara fisik.

Pro kontra pola kerja yang membuat kita bekerja secara remote maupun bekerja yang setiap harinya harus datang ke kantor, sudah menjadi bahasan semenjak saya bekerja pada awal karir saya terdahulu. Pada awal-awal karir saya bekerja di salah satu konsultan dan sekaligus software house yang membangun dan mengimplementasikan berbagai macam aplikasi baik yang sifatnya produk yang bisa dikostumisasi maupun aplikasi yang dibangun dari nol sesuai kebutuhan dari berbagai klien.

Ketika itu pola kerja saya bisa bekerja secara fisik di tempat klien untuk berdiskusi, meeting, melakukan implementasi dll, serta terkadang datang ke kantor untuk melaksanakan internal meeting, sosialisasi, training, workshop, dll. dan pada saat bekerja di konsultan tersebut, saya juga masih kuliah tingkat akhir, so saya belajar dan mengerjakan tugas di kampus, sekaligus saya memantau pekerjaan saya, terkadang saya juga pernah bekerja dari rumah, dan intinya saya tetap bekerja dengan bantuan akses internet, dan di beberapa project tertentu, saya bersama tim mendapat “kemewahan” berupa fasilitas remote access ke jaringan internal kantor, sehingga bisa bekerja dimana saja asal terkoneksi jaringan. Hal yang saya lakukan tersebut diatas juga dilakukan oleh mayoritas karyawan di konsultan tersebut serta sepengetahuan pihak manajemen, so pola kerja working everywhere & everytime dengan bantuan teknologi jaringan bisa dilakukan di Indonesia meskipun belum dapat secara masif.

Menurut pendapat saya bekerja secara remote yang tidak mengharuskan selalu datang ke kantor punya beberapa kelebihan dan kekurangan, misalkan kelebihan bagi untuk ibu rumah tangga yang memiliki anak, dapat tetap mengasuh anaknya, dan di beberapa kantor, dengan bekerja dari rumah (atau tempat lainya) bisa lebih produktif, serta waktu yang dimiliki untuk perjalanan apa lagi di kota Jakarta yang rajanya macet dengan kondisi lalu lintas yang semakin parah disertai dengan terkadang cuaca yang tidak bersahabat dapat dialihkan langsung ke waktu bekerja dengan, membuat perjalanan ke kantor membutuhkan effort lebih, tapi disisi lain bekerja di rumah membuat kita tidak memiliki interaksi sosial yang cukup, karena terkadang dengan bertatap muka tidak dapat menggantikan teknologi apapun, meski sampai ada teknologi video chat, dan terkadang untuk sebagian orang bekerja bukan dikantor jsutru membuat produktivitas bekerja menjadi lebih menurun.

Saya punya teman yang bekerja sebagai konsultan digital dan media sosial bahkan dalam sebulan bekerja hanya sekitar 6-8 kali untuk datang ke kantor, karena semua pekerjaan yang dilakukan tergantung sekali dengan internet dan memang tipe pekerjaannya memanfaatkan dengan maksimal teknologi jaringan internet tersebut, dan setelah ngobrol lebih jauh, kantornya tersebut “hanya” merupakan representative office or kantor pemasaran saja yang dihuni tenaga support administrasi dan tempat meeting “resmi” saja, karena pekerjanya mayoritas bekerja di luar kantor.. amazing!!

So.. bekerja yang pekerjaannya dilakukan harus datang secara fisik datang ke kantor maupun bekerja secara remote memang harus disesuaikan kebutuhan dari sisi industri perusahaan tersebut bergerak, pola kerja, posisi pekerja tersebut, kebutuhan pasar baik internal maupun eksternal, dan jangan lupa infrastruktur dan prosedur/proses bisnis yang mendukungnya. Kerja tanpa perlu datang ke kantor?? so what gitu loh?!?! yang penting kinerja dan performance-nya bro si 🙂

Image source : Mashable [http://mashable.com/2013/03/02/working-from-home-2/]

Apa artinya sebuah nama…

 

Apa artinya sebuah nama… sebuah pepatah jadul dari seorang pujangga dari dunia barat yaitu Shakespeare yag terkenal dengan karya sastranya Romeo & Juliet. Iseng-iseng saya googling dengan keywords tersebut dan menemukan beberapa situs/blog yang menurut saya cukup unik, seperti di situs Suara Merdeka memaparkan dalam budaya Jawa, sebuah nama merupakan sebuah doa, lalu pada blog artikel-appah berisi daftar arti nama menurut Islam yang bisa menjadi rujukan nih 🙂  atau dalam salah satu blog di sosbud Kompasiana yang menyatakan bukan hanya nama yang diperlukan, namun eksistensinya… or nyoba deteksi arti nama kita bisa dicoba di situs IndoSpiritual nan klenik satu ini 🙂

Ngomong-ngomong soal nama, nama saya sendiri terdiri dari 3 kata yang merupakan pemberian Eyang Kakung dan kedua orang tua saya, yang memiliki arti cukup unik sih menurut saya, kata pertama merupakan penggabungan nama kedua orang tua saya, dimaksudkan dengan pemberian nama dua orang tersebut bisa diambil manfaat & kebaikan dari dua orang tersebut, lalu kata kedua diambil dari bahasa latin berasal dari nama spesies tanaman tempat saya dilahirkan, yaitu tanaman karet alam di Sumatera, agar ingat tanah kelahiran & sumber mencari nafkah orang tua saya ketika jadul dulu, disisi lain karet kan bersifat lentur, elastis, fleksibel dan siap dalam menghadapi tantangan kelak, lalu kata terakhir yang memiliki arti iman yang baik, penggabungan bahasa Arab dan Jawa punya.

Pada postingan saya mengenai ponsel HTC dan laptop Asus saya menceritakan tentang hobi saya menamai barang-barang milik saya seperti HTC dengan nama Vina, diberi nama karena seri ponsel One V milik Imanadi, lalu laptop Asus dengan nama Asiva, diberi nama karena laptop Asus i core V milik ardika, or TV kesayangan saya yang menemani dikala menonton setiap harinya, dengan nama Sasa, karena bermerk Samsung, kemudian workstation saya diberi dengan nama Leni karena bermerk Lenovo, or BlackBerry saya diberi nama Amy, karena BB seri Armstrong, or tas kesayangan saya diberi nama Bebi, karena bodypack, lalu sepatu kerja saya beri nama legam, karena warna hitam atau sajadah saya yang diberikan ibunda tercinta yang saya namakan Bilal, karena berwarna coklat legam seperti warna kulit sahabat Nabi nan tangguh si Bilal atau mouse saya tercinta yang lebih dari 10 jam saya gunakan seahri-hari untuk bekerja atau bermain, saya namakan Gita, diambil dari merk Logitech.. >_<

yaa itulah sekelumit kisah penamaan nama barang-barang kesayangan saya.. ada yang bilang “lo freak cha.. sampai kasih nama tuh barang-barang”, haha nyengir aja dah… or ada yang bilang kayak gini “iihh cha lucu banget sih lo.. kasih nama tuh barang” hehehe makasih dibilang lucu apa lagi dari cewek hahaha 😀

untuk saya pemberian nama ke barang tersebut, karena saya menghargai keberadaan.. eksistensi barang tersebut, apa lagi diperoleh dengan jerih payah pula, dengan memberi nama tersebut saya juga merasakan kehadiran & pentingnya mereka dalam membantu menjalani keseharian saya.. hhmm bahkan saya berpikir, dengan memberi nama bisa menjadi salah satu wujud rasa syukur saya telah memiliki barang-barang tersebut, sehingga berusaha memakai & merawat dengan sebaik mungkin yaa.. Alhamdulillah yaah

 

Pencarian dan penantian atas Asiva

Dalam sebulan terakhir saya sibuk datang ke beberapa tempat, bertanya sana-sini dengan beberapa teman, kawan, kenalan, sobat, serta so pasti tentunya melakukan survei dan riset dari internet baik melalui media cetak, lalu media digital seperti situs resmi, toko online, situs ulasan/review produk, hingga forum komunitas terkait mengenai hal dan barang satu ini… eng ii eng.. yaitu LAPTOP!!!

Bagi sebagian orang sebelum membeli sesuatu barang bakalan melakukan pertimbangan sana-sini, apa lagi barang/jasa yang akan dibeli tersebut tergolong barang mahal or mewah, atau barang/jasa yang akan digunakan tersebut bersifat penting serta memiliki priotitas tinggi. Ketika kuliah dulu, salah satu matakuliah favorit saya mengenai manajemen, khususnya manajemen pemasaran, dan lebih spesifiknya pada matakuliah prilaku konsumen. Pada kuliah tersebut dijelaskan bagaimana tahapan keputusan membeli sebuah produk tertentu, dan konsep yang paling tersohor (dan menurut saya cenderung menjadi sebuah teori klasik yang luas digunakan dari jadul) yaitu konsep AIDA, yaitu Attention, Interest, Desire, dan Action yang pada akhirnya membeli… nahh postingan blog ini bukan membahas secara ilmiah konsep tersebut (mungkin kalau niat yaa.. menulis “seberat” itu d lain waktu di blog ini hehe), yaa membahas kisah bagaimana pencarian dan penantian saya hingga mendapat si Laptop tercinta 🙂

Saya pertama kali mencicipi komputer jinjing nan canggih pada sekitar tahun 2007an ketika bekerja pada disebuah konsultan IT, yang menuntut saya bekerja secara mobile. Ketika itu kabar baiknya saya akhirnya merasakan pertama kali ber-laptop-ria serta punya semacam laptop “HM” (HM baca: hak milik pribadi) yang merupakan jatah dari kantor untuk kita, sehingga bisa dibawa pulang 🙂

Nahh.. kabar buruknya.. saya “terpaksa” bekerja dimana saja dan kapan saja, sesuai nature kehidupan seorang pekerja di sebuah konsultan disertai dengan akses internet minimal akses email.. kalau soal ini bisa menjadi hal positif & negtif untuk saya.. even in the end, saya menikmati pola kerja seperti ini.

Laptop pertama saya tergolong tinggi dari sisi spesifikasinya, melebihi PC saya dirumah ketika itu, sehingga laptop menjadi primary PC saya, seingat saya teknologi dengan prosesor Intel Centrino sedang IN & tren banget 🙂 dengan merek Hewlett Packard (HP) sehingga dari sisi performa sudah memuaskan untuk kebutuhan kerja sehari-hari seperti aplikasi perkantoran macam Office, tool desain proses dengan UML, dataflow, flowchart, hingga query SQL standar sudah cukuplah.

Nah untuk kebutuhan sekarang serta ada tumpahan rejeki dari Allow SWT maka yang saya butuhkan laptop pada fungsi multimedia dan games, yaitu memutar dan memainkan koleksi audio dan video kualitas HD, terkadang mencoba menjadi  “graphic designer wanna be” untuk menyalurkan hobi dan sidejob saya, dan sebagai bonusnya bisa bermain GAME 🙂 so pencarian akan menitik beratkan pada performa yang mantab, prosesor yang oke, VGA dan memori RAM yang mumpuni, serta hardisk yang cukup (karena untuk kebutuhan data saya akan menggunakan hardisk eksternal kecuali data sistem Windows beserta aplikasi pendukung) dengan budget yang sesuai pula.. melihat deretan kebutuhan maka spesifikasi yang dibutuhkan bisa digolongkan sebagai high end PC.. nah untuk hal ini saya bisa koprol lalu shuflling terus bilang WoW hahaha 🙂

Dari kebutuhan itu pilihan saya jatuh pada laptop ASUS yang terkenal fenomenal sebagai produsen motherboard tersohor dan saat ini  dikenal membuat dan memasarkan laptop dengan spesifikasi dan performa maksimal dengan harga yang kompetitif dibanding merek lainnya. Salah satu rujukan informasi serta teman diskusi saya saya banyak bertanya ke sobat @achmadbaehaki teknisi PC handal dari salah satu distributor teknologi terdepan yang sudah malang melintang di dunia beginian dan @rifqifuadi sang master of gadget, dan tentunya situs bhinneka.com yang dikenal sebagai rujukan utama dalam pencarian dan pembanding harga, fitur, dan paket komputer, lalu saya juga menyambangi situs jualkom.com lalu rakitan.com kemudian viraindo.com dalam membandingkan harga serta fitur sekaligus ulasan pengguna juga bisa dicek di chip.co.id dan tentunya lounge komunitas di kaskus.co.id

Akirnya pilihan saya jatuh pada laptop ASUS seri A43S yang terkenal sebagai seri laptop dalam jajaran produk laptop ASUS sebagai laptop multimedia khususnya untuk mobile gaming, even saya lebih fokus dalam pencarian laptop multimedia dan grafis, namun dari sisi spesfikasi dan performa, laptop tersebut sudah melebihi ekspektasi saya terutama dalam hal prosesor yang sudah standar yaitu Intel Core i5 dengan VGA 2GB serta memori RAM 4GB (yang pada akhirnya saya tambahkan menjadi 8GB) dan harga yang kompetitif berkisar 6-7 jutaan, dibanding dengan merek lain misal HP, Acer, dll harganya sudah hampir menyentuh kisaran 8-9 jutaan.. #wow&langsungkoprol

Dengan hati riang dan gegap gempita akhirnya si Asiva (codename untuk laptop tercinta) sampai dipangkuan saya tercinta, dengan balutan warna hitam coklat nan menggoda binti seksi, serta dengan kotak packaging coklat maroon, maka dibantu sobat @achmadbaehaki proses instalasi dan setup laptop pun berjalan lancar, dan setelah itu melakukan tes Windows Experience Index (WEI) menghasilkan nilai cukup tinggi yaitu 5,8 termasuk amajing untuk skor WEI  tersebut 0_0

 

 

Dan dalam keseharian saya gunakan untuk aplikasi Office, browsing, lil bit graphic design, ngeblog, nyusun dokumentasi, menonton video kualitas HD (file mkv) maupun kualitas standar (mp4, avi, wmv) dan memutar audio kualitas FLAC maupun mp3, dan bermain game dengan seting tergolong menengah hingga kelas berat seperti COD 3 MWN, Civilzation V, hingga Skyrim, terkadang dijalankan secara multitasking (kecuali ketika bermain game).

Alhamdulillah yyaahh akhirya diberi rejeki sedikit berlebih dapat memiliki laptop high end si seksi Asiva 🙂 dan semoga bisa saya manfaatkan semaksimal mungkin & memberikan berkah yaa..  oia ngomong-ngomong codename Asiva berasal dari gabungan kata Asus core i five punya ardikpercha.. haha gokil 😀

Sensor Internet

Aloha…

Sudah lama tidak posting di blog tercinta ini. Seperti alasan jadul yang tersohor itu, sibuk, gada waktu, maupun memang lagi males saja untuk ngblog!! Di sisi lain, beberapa waktu yang lalu, saya agak kesulitan mengakses internet dengan “tenang serta damai”, yaa karena faktor kesibukan tersebut.

hhmm… beberapa waktu yang lalu, memang sibuk dengan “kehidupan offline” di luar sana, terkadang masih sempat untuk membaca serta mengunjungi forum favorit serta microblogging, seperti update status di Facebook, Plurk, maupun Twitter, namun yaaa tetap tidak ngblog!!

Meskipun sempat tidak ngblog beberapa saat lalu, namun saya pun berpikir, di era kebebasan untuk mengakses informasi saat ini di Indonesia, kita patut mensyukuri akan “nikmat” tersebut, jika melihat infrastruktur yang (lumayan) yang tersedia, tingkat “melek internet” yang tumbuh setiap saat, dan adanya kegairahn dalam mencari informasi di internet.

Setiap harinya kita bebas mengakses informasi melalui situs apapun dan bebas berkoar-koar di jagat maya yang mahaluas ini.  Meskipun kita juga pernah terkena sensor internet tersebut, yaitu pembatasan akses informasi (baca : sensor internet) terhadap situs pornografi tempo hari oleh Pemerintah-Depkominfo, namun efeknya ternyata lumayan masif, dimana beberapa situs yang seharusnya bisa diakses dan tidak mengandung muatan pornografi terkena imbasnya.

Di belahan dunia yang lain, sensor internet tersebut ternyata benar terjadi, bahkan sudah masuk ke ranah masalah HAM.

Continue reading Sensor Internet

Computer Festival UI 2009

Sabtu lalu, saya berakhir pekan di Depok, yang saya sempatkan untuk berkunjung ke Computer Festival UI 2009 yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fasilkom UI. Sebelum memperhatikan dengan detil, saya pikir akan seperti “another computer expo” yang isinya jualan komputer beserta segala atributnya, namun ternyata berisi pameran dari komunitas-komunitas TI dan dibumbui oleh sesi acara bincang-bincang dan diskusi. Dilihat dari konsep acaranya lumayan orisinil, yaitu mengumpulkan komunitas terkait dunia Teknolgi Informasi di Indoensia, seperti MUGI (Microsoft User Group Indonesia), KPLI Linux, Mac User Indonesia, MySQL Indonesia, UI Robotics Team, komunitas open source, dan komunitas lainnya.

Tokoh-tokoh yang datang saya pikir cukup mumpuni dari Depkominfo, Depdiknas, Rekorat UI, Telkom, MUGI, Microsoft, Sun Microsystem, Ilmukomputer.com, serta ahli lainnya. Dari acara tersebut banyak terdapat stand-stand dari komunitas tersebut, seperti Mac User Indonesia, KPLI Linux, MUGI, maupun Web-Net contohnya, seperti hasil jepretan kamera saya dibawah ini.

Dalam pameran tersebut juga dipamerkan hasil pengembangan aplikasi dan sistem dari hasil karya sivitas akademika Fasilkom UI, dari aplikasi sederhana seperti quiz, bulletin board, hingga aplikasi canggih seperti aplikasi pemodelan 3D, SIAK-NG yang merupakan sistem akademik yang digunakan UI, aplikasi manufaktur hingga program permainan (games).

Di pameran tersebut juga diadakan kompetisi dalam pengembangan robot, yang saya anggap sebagai salah satu magnet acara ini.  Terlihat dari keriuhan peserta maupun pengunjung ketika berada di area kompetisi robot tersebut.

Acara CompFest juga disertai hiburan dari band dan kelompok paduan suara mahasiswa Fasilkom UI, yaitu Asciipela, serta guest star Tangga!! Amat disayangkan acara seperti ini kurang dari sisi promosi, saya pribadi tahu beberapa hari sebelumnya, dan menurut saya perlu digalakkan acara (bertema komputer) dengan format dan konsep yang berbeda, seperti acara Compfest ini, yang mengumpulkan komunitas-komunitas TI Indonesia, yang mereka kadang-kadang hanya berinteraksi di dunia maya, dan bisa kopi darat di acara seperti ini, sekaligus bersosalisasi, bercanda, berdiskusi, nggosip, sampai bernarsis massal di tempat publik, terbukti dari beberapa saya lihat di stand komunitas tersebut…  n_n