Tag Archives: mastodon

Sepak Terjang media sosial alternatif menandingi hegemoni Twitter

Seperti artikel blog yang saya tulis tempo hari mengenai munculnya media sosial alternatif, khususnya dengan model microblogging menjadi buah bibir dan obrolan hangat tidak hanya di online, namun juga menjadi topik diskusi di ranah offline. Kehadiran media sosial alternatif mencoba melawan hegemoni Twitter yang saat ini mencapai momentum yang tepat.

Ketika terjadi ‘hostile takeover’ oleh Bos Elon dan sikap si Bos yang dianggap sebagian netizen tidak elok dilakukan secara etika pada umumnya di Twitter, menjadi salah satu pemicu dan pendorong terjadinya eksodus atau migrasi dari Twitter ke media sosial alternatif lainnya.

Dalam artikel blog yang saya tulis tersebut membahas mengenai Mastodon sebagai sebuah media sosial alternatif (baca: microblogging alternatif) yang mencoba merebut hegemoni Twitter selama bertahun-tahun. Mastodon hadir dengan konsep dan visi yang revolusioner serta kental dengan misi aktivisme digital, lebih tepatnya ke sisi aktivisime gerakan open source dan open web yang bersifat “lebih terbuka, adil, dan demokratis”. Dengan positioning tersebut menempatkan Mastodon sebagai pemain terdepan dalam gerakan tersebut.

Mastodon Vs Twitter

mastodon ardika percha
Why Mastodon? (joinmastodon.org)

Munculnya Mastodon dengan konsep dan teknologi yang unik disertai nuansa gerakan aktivisme digital yang dilakukan oleh sejumlah komunitas dan para penggiat digital & teknologi di jagat maya, membuat terjadinya eksodus dari Twitter ke Mastodon sehingga muncul tagar #twittermigration menggema di Twitter pula.

Mastodon sendiri muncul karena visi sang Founder Eugen Rochko yang telah melakukan pengembangan Mastodon semenjak tahun 2016, bahwa Rochko menyuarakan konsep “federated” dalam ranah media sosial, sehingga setiap server/instance yang saling terhubung dalam lingkup Mastodon dijalankan dan dikelola oleh sejumlah pihak atau komunitas yang sifatnya independen dan didukung serta didanai secara mandiri pula, namun terjalin dan dalam aturan dasar serta etika yang dibangun oleh komunitas secara bersama.

Federated (joinmastodon.org)

Selain aturan dasar berkomunitas yang menyatukan sejumlah besar instance/server tersebut, Mastodon dikembangkan oleh Rochko dengan mengadopsi protokol komunikasi yang disebut ActivityPub, dimana protokol desentralisasi media sosial ini telah menjadi poin acuan dan rekomendasi oleh W3C dan Social Web Working Group, sebuah lembaga nirlaba yang telah dikenal sebagai standar web secara umum.

Dalam wawancara bersama TIME Magazine di bulan November 2022 akhir-akhir ini, Rochko menyatakan bahwa Mastodon dikembangkan bersama rekan dan komunitasnya sebagai kanal dia mengekspresikan diri secara online kepada teman-teman melalui pesan pendek (baca: microblogging), dan ekspresi ini merupakan hal penting tidak hanya dia sendiri, namun penting untuk keseluruhan dunia, dan mungkin perihal ini tidak dikontrol dan dikuasai oleh sebuah perusahaan saja. Melalui TIME, bahkan Rochko menyampaikan dengan jelas, bahwa dia tidak percaya top-down control yang dilakukan oleh Twitter, maupun perusahaan media sosial lainnya.

Ketika diluncurkan tahun 2016, Mastodon sempat menjadi sebuah fenomena tersendiri, namun timing ketika isu Twitter-Elon dan konsep federated yang khas ini menjadi sebuah pemicu dan batu loncatan bagi Mastodon, terbukti dalam sekitar 4 harian setelah akusisi Twitter oleh Elon, maka terdapat eksodus lebih dari 120.000 user baru yang bergabung ke Mastodon (Time, November 2022).

Mastodon bukan yang pertama

Sebelum Mastodon, sudah beberapa perintis media sosial alternatif yang mencoba melawan hegemoni Twitter dalam ranah layanan media sosial, khususnya media sosial yang dikembangkan yang mengakar pada gerakan digital dan internet activism, maupun dikembangkan dari aplikasi dalam ranah open source.

Salah satu yang cukup dikenal di kalangan gerakan dan ranah tersebut yaitu ketika munculnya StatusNet di periode tahun 2010. Ketika itu, StatusNet dikembangkan bersama-sama open standard spesifik mengenai layanan microblogging lainnya yang disebut OStatus. StatusNet dikembangkan oleh Matt Lee bersama lembaga open source FSF, dan menjadi buah bibir di kalangan gerakan digital.

Hadirnya OStatus dan StatusNet merupakan fondasi dasar dalam pengembangan layanan media sosial yang menerapkan konsep-konsep open web, open source, dan sifatnya lebih transparan, karena siapapun dapat berkontribusi dalam pengembangannya, serta yang terpenting digerakkan oleh beragam komunitas internet. OStatus ini pun menjadi pendorong pengembangan ActivityPub di sekitar tahun 2014 sebagai standar baru dalam pengembangan protokol open web khususnya terkait dengan layanan media sosial microblogging tersebut, dan protokol tersebut pun menjadi acuan pengembangan Mastodon di periode tahun 2016.

Meski munculnya beragam media sosial yang, baik bersumber dari pengembangan komersial dilakukan oleh sejumlah tim, maupun pengembangan berdasar komunitas yang sifatnya open web, belum ada media sosial yang dapat tangguh melawan hegemoni Twitter, khususnya dalam layanan media sosial berjenis microblogging services. Hadirnya Mastodon membawa angin segar terhadap dunia teknologi pada umumnya, sehingga kita dapat mempunyai pilihan sekaligus alternatif dalam bermedia sosial kedepannya.



Referensi :

  • https://thenewstack.io/challenges-of-creating-a-decentralized-open-source-twitter/
  • https://time.com/6229230/mastodon-eugen-rochko-interview/
  • https://ardikapercha.com/blog/dari-twitter-ke-mastodon/
  • https://fediverse.party/en/mastodon/
  • https://www.w3.org/TR/activitypub/#Overview
  • https://activitypub.rocks
  • https://en.wikipedia.org/wiki/GNU_social
  • https://en.wikipedia.org/wiki/OStatus
  • https://wiki.alpinelinux.org/wiki/StatusNet
  • https://github.com/shashi/StatusNet
  • https://www.gnu.org/software/social/
  • https://thenewstack.io/devs-are-excited-by-activitypub-open-protocol-for-mastodon/
  • https://techcrunch.com/2012/08/03/the-federated-web-should-be-easier-than-it-sounds/

Dari Twitter Ke MASTODON

Setelah huru-hara tempo hari ketika “hostile takeover” si bos Elon terhadap Twitter, sontak banyak netizen yang meradang dan bersikap negatif, terutama sikap si bos setelah aksi korporasi tersebut, mengubah aturan (berkomunitas di Twitter) seenaknya dan ketika melakukan PHK massal (tidak beretika) di Twitter.

Menurut saya memang seperti itulah “gaya seorang bos” terhadap perusahaan miliknya, namun saya malas saat ini membahas sikap Elon tersebut secara detail, malah lebih tertarik membaca reaksi publik dan mempelajari perilaku netizen di jagat maya.

#TwitterMigration

Seperti yang sudah diperkirakan, maka netizen seantero dunia pun pasti mencari ‘rumah baru’ atau fokus ke media sosial lain, atau ada yang menjadi lebih pasif dan menjadi silent reader.

salah satu twit yang bisa menggambarkan situasi ketika #twittermigration mulai viral dan hal ini disampaikan oleh media besar mainstream sekelas The Economist pun ngetwit soal ini. Nah.. kalau saya sih hingga saat ini masih bertwitter ria, meski kurang suka dengan sikap personal si Elon yang kurang etis, namun tingkah polah ybs memvalidasi hipotesis saya, bahwa orang (katanya) hebat yang diagung-agungkan pasti ada bug-nya 😀 yaaa meski ybs memang punya achievement luar biasa di mata sebagian besar warga dunia dengan solusi paypal, tesla, isu dogecoin, spacex dan sekarang dengan twitter!

Di sisi lain, penasaran dengan berbagai cuitan dan salah satunya ada yang sampai boikot twitter, aksi ini digemborkan di twitter bersama dengan aksi #twittermigration yaitu teriak anti twitter untuk pindah/tidak menggunakan media tersebut, tapi hebohnya ya di Twitter juga! 😀

Twitter Alternative

Dari hashtag #twittermigration itu banyak yang mencuitkan beberapa alternatif media sosial, khususnya media sosial dengan konsep microblogging. Yang menjadi hit salah satunya yaitu bangkitnya Tumblr menjadi salah satu tempat baru bagi netizen dari Twitter, lalu ada pula Hive Social atau pun lari ke media existing seperti TikTok & Instagram, meski dengan format berbeda. Lalu tiba-tiba ada satu media sosial bernama Mastodon dengan konsep yang unik berbeda dengan microblogging lainnya, karena visi dan konsep desentralisasi yang unik dibandingkan oleh media sosial lain.

Kalau cek-ricek di data Google Trend ada perubahan dari sisi pencarian untuk twitter alternative dan media sosial lain yang cukup melonjak naik di bulan Oktober hingga di pertengahan November 2022. Sebagai catatan data ini berdasarkan data pencarian di Google, mungkin tidak sepenuhnya akurat, namun mencoba membaca perilaku pencarian (dalam periode waktu singkat) dengan keyword generik saja.

Google Trend

Why Mastodon?

Why Mastodon? (https://joinmastodon.org)

Dengan melihat kembali alternatif Twitter seperti Hive Social, Tumblr, dan yang terakhir Mastodon, maka saya putuskan untuk mencoba dan mengulik lebih dalam Mastodon ini. Selain itu, kenapa kenapa saya join Mastodon karena konsep federasi yang unik dan sifatnya open source.

Menurut saya Mastodon mungkin mirip dengan konsep engine blog website WordPress (tolong koreksi jika saya kurang tepat soal ini) yaitu semua orang bisa dan berhak menggunakan engine Mastodon tersebut dengan melakukan instalasi di server mereka masing-masing dengan menggunakan protokol yang sama.

Server-server yang ber-Mastodon disebut sebagai ‘instance’ yang memiliki konfigurasi server berbeda dan aturan komunitas masing-masing, namun tetap menggunakan protokol yang sama, yaitu protokol ActivityPub dengan kode etik merujuk aturan yang dikelola oleh entitas Mastodon gGmbH, sesuai konsep open souce dan desentralisasi tersebut.

Seperti WordPress, maka pengelola instance tersebut bebas melakukan perubahan dan penambahan serta tetap terkoneksi satu sama lain dengan Mastodon ini. Lalu karena Mastodon ini tujuan utamanya adalah media sosial, lebih spesifik microblogging, maka fitur lainnya yang menarik adalah adanya interopabilitas antar instance (baca: server) tersebut.

Sebagai contoh misal saya ada di instance komunitas fotografi yang notabene di ‘server fotografi’ dapat berkomunikasi dengan misal rekan saya di instance komunitas museum di server museum misalnya, karena saya posting sebuah foto museum, maka rekan saya menimpali reply atas postingan tersebut. Berkomunikasi maksudnya bisa nge-toot (istilah di Mastodon untuk post), lalu dapat saling posting reply, atau bisa nge-boost (di media sosial tetangga disebut retweet), favorit, bookmark, share ke media lain, sampai saling follow, meski berbeda instance/server namun menggunakan protokol open web yang sama.

Ketika join pertama kali ke Mastodon pun kita akan ditanyakan untuk memlih instance yang sesuai dengan kebutuhan dan kemauan kita, lalu ketika ada suatu hal yang tidak pas misalnya, atau menemukan instance lain yang lebih cocok dengan kebutuhan kita, maka kita pun bisa berpindah ke instance lain. Sebagai contoh saya member di instance fotografi, lalu karena merasa ‘klik’ dan cocok dengan member-member komunitas museum, maka saya pun bisa berpindah ke instance komunitas museum tersebut, jadi setiap orang berhak dengan bebas bertanggung jawab berkomunitas di suatu instance, lalu bisa pindah ke instance lain, asal tidak bikin rusuh dan mengikuti aturan Mastodon secara umum dan aturan instance secara spesifik.

Continue reading Dari Twitter Ke MASTODON