Tag Archives: pemuda

Esai Foto Warung Ternak : Potret Peternak Indonesia

Daging dan makanan olahan berbahan dasar daging yang biasa kita santap sehari-hari telah menjadi salah satu sumber pangan utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Perjalanan daging  hingga mencapai piring dan yang kita santap tersebut, memiliki hulu dari kandang-kandang peternak di berbagai tempat Indonesia, namun melihat pasokan yang disediakan peternak lokal pada kenyataannya masih tergolong kurang memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, bisa dilihat dari kebutuhan daging Indonesia yang masih defisit sekitar 114 ribu ton pertahunnya (Kompas, Desember 2013), bahkan untuk suplai daging kita sampai perlu mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Melihat fakta tersebut, bahwa tren impor daging yang dilakukan dari tahun ke tahun menanjak naik, membuat lambat laun ketergantungan kita dengan daging impor menjadi tinggi.

Selain itu, daging impor tersebut yang memiliki harga pasaran yang bersaing, dengan kualitas cukup baik, sehingga perlahan industri peternakan dalam negeri yang mayoritas dikelola oleh UKM menjadi terpinggirkan di Republik ini, akibat pasokan impor daging yang membanjiri pasar. Di sisi lain, isu ketahanan pangan, kedaulatan pangan, serta swasembada pangan pun menjadi isu yang krusial di tahun-tahun kedepan dan menjadi PR yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa dan masih terus bertambah, sudah selayaknya Indonesia harus mampu mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Tiga dimensi yang secara implisit terkandung di dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan (food availability), stabilitas pangan (food stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility) masih perlu dikembangkan lebih lanjut (Diwyanto & Priyanti, 2009).
Seperti kata pepatah lama “ditengah kesempitan, pasti ada kesempatan”, maka dari pepatah tersebut, adanya isu ketergantungan impor daging, karena adanya defisit suplai lokal, lalu serbuan impor daging di pasar lokal, membuat tantangan tersebut menjadi ladang usaha menjanjikan bagi para pengusaha lokal termasuk UKM, khususnya pelaku industri peternakan, untuk optimis melihat ceruk pasar dalam memenuhi kebutuhan serta potensi pasar perdagingan Indonesia di masa datang.

Warung Ternak adalah salah satu contoh UKM yang bergerak dalam bidang peternakan dan penyediaan daging, didirikan dan dikembangkan sejumlah mahasiswa yang berawal dari skala mikro dan tumbuh menjadi salah satu pemain dan memiliki ceruk pasar daging tersendiri. Warung Ternak dilahirkan dari sebuah kompetisi kewirausahaan di tahun 2009, hingga Warung Ternak pun terlibat dalam program inkubator bisnis di kampus tempat bernaung para pendiri menimba ilmu tersebut.


 

Lunch (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Togetherness (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

White lamb (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Ready for aqiqah? (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Goat face (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Hang out (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Doing that thing (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 


Saya berkesempatan mengunjungi peternakan Warung Ternak yang berlokasi di Pancoran Mas Depok, beberapa pekan menjelang hari raya Idul Adha.  Memasuki area peternakan Warung Ternak nan asri, ditemani suara mengembik dari kambing dan domba bersahutan yang khas, serta berdiskusi dengan topik mengenai kewirausahaan, kepemudaan, dan peternakan, ketika bertemu dan bersilaturahim dengan pengelola sekaligus salah satu pendiri peternakan tersebut, yaitu mas Sholihin.

Ketika berkunjung siang hari itu, saya berkesempatan melihat dan merasakan kehidupan peternakan, seperti menyaksikan penggembalaan hewan ternak, pelepasan kawanan ternak dari kandang, pemeriksaan kondisi ternak, kandang, dan lingkungannya, hingga ketika peternak memberi pakan ke kambing dan domba.

Warung Ternak yang  didirikan berawal dari sejumlah anakan domba dan kambing yang diternakkan, lalu berkembang menjadi puluhan ternak dan terus berkembang hingga saat ini, kemudian kisah Warung Ternak bagaimana beralih dari peternak musiman yang hanya fokus ketika hari raya Qurban, menjadi penyedia daging segar untuk kepentingan individu seperti aqiqah, serta menjadi penyuplai ke berbagai restoran dan bisnis makanan lainnya, hingga perbincangan berbagai isu klasik dan isu saat ini sedang dihadapi semenjak saya mengenal Warung Ternak, mulai dari isu pemasaran dan penjualan, bagaimana kondisi pasar dan kompetitor, lalu isu pakan dan obat-obatan yang tergolong mahal, serta isu biaya karkas yang cenderung fluktuatif, biaya pengelolaan kandang yang perlahan menanjak naik, isu akses dan dukungan pendanaan dari lembaga finansial, lalu isu politik dumping yang terkadang dilakukan kompetitor, sehingga membuat pelaku usaha tersebut mengalami kerugian, kemudian isu kurangnya suplai pekerja berkompeten yang mau terjun di bisnis peternakan, khususnya pekerja usia muda, dan isu alami seperti penyakit yang menjangkiti ternak, hingga isu adanya semacam “mafia daging” dalam mata rantai industri daging tersebut.

Dibalik kisah yang dipaparkan diatas, serta cerita yang saya ketahui dan pahami hingga saat ini, ada impian besar di benak para pendiri di masa depan, yaitu impian Warung Ternak bertransformasi menjadi sebuah one stop solution, dari usaha peternakan, penyedia daging segar, hingga terjun ke bisnis makanan dengan menu olahan berasal dari daging, sehingga menjadi sebuah korporasi agribisnis, yang tidak hanya menguntungkan para pendiri dan pengelola, namun mampu mendayagunakan dan menguntungkan lingkungan sekitar.

Kesempatan menyaksikan sekilas kehidupan di peternakan tersebut, sekaligus berbincang mengenai perkembangan Warung Ternak dan persiapan menjelang Idul Adha, serta diskusi mengenai isu yang dihadapi, membuat saya semakin mendalami pengalaman bertahun-tahun mengenal Warung Ternak yang telah dilalui dalam perjalanan bisnisnya, disertai kisah suka duka dari UKM tersebut, serta harapan dan optimisme yang terus terpancar dari bisnis yang dijalankan pendiri Warung Ternak tersebut.

Warung Ternak merupakan salah satu potret UKM di ranah peternakan Indonesia yang perlu didukung secara konkrit oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, karena berbeda dengan komoditas pertanian lainnya, ternak mempunyai peran dan fungsi yang kompleks dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Sebelum dekade 1970-an, sebagian besar petani memelihara ternak secara sambilan atau hanya sebagai keeper atau user, dan hanya sebagian kecil sebagai producer, serta tidak ada yang sebagai breeder. Namun pada masa itu atau sebelumnya, Indonesia justru berswasembada (Diwyanto & Priyanti, 2009).

Menilik informasi diatas berdasar fakta sejarah yang ada, serta urgensi atas isu ketahanan dan kedaulatan pangan dalam sedekade terakhir, maka UKM-UKM dalam bidang peternakan seperti Warung Ternak seharusnya dan idealnya menjadi fokus pembuat kebijakan, agar menjadi salah satu penyokong dalam tulang punggung industri pangan di Indonesia, serta meminta pemerintah membuat kebijakan yang pro rakyat, dengan kembali menilai, mengatur, dan menata ulang tata niaga peternakan termasuk menilai kembali kebijakan impor daging tersebut. Sehingga kedepannya, peternak-peternak Indonesia tidak hanya bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhannya dan melengkapi kebutuhan konsumsi nasional, bahkan melihat potensinya, peternak lokal seharusnya menjadi raja di negeri sendiri, dan bertransformasi menjadi sebuah industri unggulan dan menjadi salah satu penyokong pembangunan nasional.


 

The breeder (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The crowd (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Mr. Sholihin and crew (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Eat this guys (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Inspection (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The king (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

Perspective (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 

The view (Foto: Ardika Percha – Depok, 2014)

 


Tautan Luar :

  1. Data kebutuhan daging nasional :  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/30/1338243/2014.Indonesia.Kekurangan.40.000.Ton.Daging.Sapi
  2. Materi peternakan Indonesia oleh
    Kusuma Diwyanto dan Atien Priyanti : http://www.academia.edu/3106621/PENGEMBANGAN_INDUSTRI_PETERNAKAN_BERBASIS_SUMBER_DAYA_LOKAL1_
  3. Situs resmi Warung Ternak : http://warungternak.com

 

KitaBisa : Platform Crowdfunding Asli Indonesia

Ketika saya mendengar dan diskusi  mengenai crowdfunding, apa lagi ada kaitannya dengan sebuah game, maka saya pun teringat dengan game karya anak negeri yang berjudul Dreadout.  Game horror tersebut sukses mengumpulkan dana melalui situs crowdfunding Indiegogo pada pertengahan tahun 2013 lalu, maka sontak berita kesuksesan tersebut membuka mata insan kreatif Indonesia, bahwa karya kreatif Indonesia telah mendapat tempat, perhatian, dukungan dan diapresiasi melalui situs (luar negeri) tersebut, serta uniknya, ternyata ada alternatif serta pola baru dalam pengumpulan dukungan dan pendanaan sebuah proyek kreatif, yaitu melalui metode crowdfunding

Dreadout (Indiegogo)
Dreadout (Indiegogo)

 

Crowdsourcing Dan Crowdfunding

Merujuk dari kisah Dreadout tersebut, crowdfunding pun seakan menjadi the new wave of funding dan menjadi kontribusi nyata bagi para pendukung suatu proyek tersebut, serta yang menjadi fokus perhatian, bahwa adanya alternatif pendanaan lain bagi pemilik proyek, selain pendanaan yang umumnya didapatkan melalui investor maupun melalui lembaga finansial.  Salah satu faktor yang menjadi poin penting crowdfunding yang dimaksudkan yaitu pada pola pengumpulannya yang dilakukan oleh banyak orang dan didukung oleh teknologi internet. Konsep kontribusi yang dilakukan secara kolektif tersebut memiliki kaitan dengan crowdsourcing yaitu kontribusi banyak orang dalam suatu kegiatan ataupun organisasi, bisa berupa pengumpulan ide,  diskusi konstruktif, memberikan rekomendasi, sumbang saran dan pemikiran, maupun suatu aksi  atau aktivitas yang dilakukan bersama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.  

Secara definisi crowdfunding  merujuk pada kegiatan pengumpulan dukungan dan pendanaan untuk suatu inisiatif proyek maupun organisasi, yang berasal dari banyak orang,  berupa kontribusi finansial yang biasanya dilakukan melalui internet (Wikipedia, 2014).  Sehingga crowdsourcing dan crowdfunding seperti memiliki ikatan persaudaraan yang erat dalam suatu kegiatan atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan secara kolektif.

Perkembangan crowdfunding yang pesat disebabkan banyaknya pekerja kreatif dan pemilik proyek sosial yang memiliki ide dan program yang menarik, bahkan beberapa program crowdfunding  yang saya ketahui menjadi sebuah terobosan di bidangnya, namun hal tersebut terhalang pada akses pendanaan yang sulit didapatkan oleh pemilik proyek, yang sebagian besar merupakan perusahaan rintisan (startup) yang memiliki sumber daya yang terbatas, sehingga metode crowdfunding  pun menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi mereka.

Salah satunya contoh proyek crowdfunding  yang terkenal dan fenomenal, yaitu ide pengembangan smartwatch Pebble di situs crowdfunding Kickstarter, yang ketika itu mendahului ide pengembangan smartwatch yang dilakoni brand besar seperti Samsung maupun Apple. Lalu adapula crowdfunding terkait pengembangan film Lazer Team yang memecahkan rekor crowdfunding  untuk film indie fiksi ilmiah di situs crowdfunding Indiegogo, serta crowdfunding terkait proyek sosial seperti Food Justice Truck di situs crowdfunding  Start Some Good.

Pebble Smartwatch (Kickstarter)
Pebble Smartwatch (Kickstarter)

 

Film Lazer Team (Indiegogo)
Film Lazer Team (Indiegogo)

 

Food Justice Truck (Start Some Good)
Food Justice Truck (Start Some Good)

 

Crowdfunding di Indonesia

Di Indonesia sebenarnya sudah tak asing dengan konsep crowdsourcing dan crowdfunding tersebut, dimana nilai-nilai yang bersifat patungan dan urunan untuk membantu orang lain, seperti penggalangan dana secara individu, contohnya semacam kasus “koin untuk Prita” maupun program “Tali Kasih”, atau untuk kepentingan bersama yang sifatnya massal, seperti bantuan untuk bencana alam di berbagai tempat di Indonesia, dari tsunami Aceh hingga bencana gempa bumi di Jawa. Sehingga crowdfunding  memiliki konsep serta nilai-nilai yang sama dengan budaya kita, yaitu nilai saling bergotong royong membantu orang lain, dan nilai tersebut yang telah mengakar pada kehidupan  bangsa Indonesia.

Konsep crowdfunding  dan nilai-nilai kegotong royongan tersebut melahirkan situs yang berperan sebagai platform crowdfunding di Indonesia, yaitu KitaBisa.co.id. Berbeda dengan situs crowdfunding yang sebelumnya telah hadir di ranah digital Indonesia, KitaBisa sebagai platform crowdfunding  berfokus pada gerakan dan kegiatan sosial. KitaBisa memiliki pandangan dan percaya bahwa Indonesia memiliki banyak potensi dan memiliki banyak orang baik, namun sayang potensi yang ada tersebut terhalang himpitan rutinitas, sumber daya, dan akses yang terbatas, maka KitaBisa tercipta untuk menghubungkan pihak yang memiliki akses dan sumberdaya lebih baik dengan pihak yang memiliki ide, wawasan, dan program yang bisa membantu memecahkan masalah sosial yang ada, sehingga KitaBisa memberikan tempat untuk saling bergotong royong bersama untuk menghubungkan kebaikan dan memajukan Indonesia.

Peluncuran Situs Crowdfunding KitaBisa 2.0

Saya berkesempatan hadir pada acara peluncuran situs KitaBisa versi 2.0 pada 17 September 2014 bertempat di @america Pasific Palace Jakarta. Beberapa narasumber yang hadir salah satunya yaitu Stephanie Arrowsmith dari Start Some Good,  lalu Zack Petersen dan Scott Hanna dari Bad Idea Production – Count Me In, serta Pak Rhenald Kasali dari Rumah Perubahan dan selaku Pembina KitaBisa dan sang founder KitaBisa Alfatih Timur ditemani oleh co-founder Vikra Ijas.

Dalam acara tersebut, Stephanie memaparkan bagaimana Start Some Good mengelola proyek crowdfunding yang dilakukan lintas negara, budaya, dan bahasa, sehingga dapat berdampak baik secara global. Selain itu, Stephanie menyampaikan bahwa crowdfunding khususnya Start Some Good merupakan sebuah gerakan kolektif yang dilakukan untuk membantu sesama, dan dia pun menambahkan, bahwa adanya kepuasan pribadi jika yang telah dilakukan, seperti mendukung Start Some Good, maupun kegiatan crowdfunding lainya bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi banyak orang .

Situs Crowdfunding KitaBisa (KitaBisa)
Situs Crowdfunding KitaBisa (KitaBisa)

 

KitaBisa sebuah cara baru menggalang dana (KitaBisa)
KitaBisa sebuah cara baru menggalang dana (KitaBisa)

 

Kemudian Pak Rhenal Kasali mengisahkan latar belakang dan sejarah awal berdirinya KitaBisa yang dimulai semenjak pertengahan tahun 2013 digawangi oleh Al Fatih Timur dkk. Hal yang menarik disampaikannya bahwa adanya pihak di sisi lain yang memiliki sumberdaya berlebih dan ingin memajukan pihak lainnya, lalu di sisi satunya ada pihak yang memiliki ide dan program brilian yang ingin membantu bersama, maka KitaBisa berada ditengah-tengah sebagai tempat menyatukan kedua belah pihak disisi yang berbeda tersebut. Salah satu contoh kasus yang disampaikan Pak Rhenald dan diketahui oleh Al Fatih Timur, yaitu adanya inisiatif crowdfunding di suatu desa di Kabupaten Bogor yang membangun secara patungan sebuah rumah nenek tua yang sudah rusak, lalu digawangi oleh Kepala Desa setempat, maka penduduk di desa pun urunan membantu renovasi pembangunan rumah nenek tua, dan akhirnya bisa memperbaiki rumah tersebut secara mandiri dari hasil crowdfunding di desa itu saja.

Nilai Gotong Royong oleh Founder KitaBisa (Ardika Percha)
Nilai Gotong Royong oleh Founder KitaBisa (Ardika Percha)

 

Alur Cara Kerja KitaBisa (KitaBisa)
Alur Cara Kerja KitaBisa (KitaBisa)

 

Kemudian di penghujung acara, Al Fatih Timur dan Vikra Ijas, memaparkan mengenai situs KitaBisa yang diluncurkan versi 2.0 yang merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya serta melakukan demo penggunaan dan penjelasan alur kerja situs KitaBisa, mulai dari proses pendaftaran, membuat dan melakukan pengajuan proyek, hingga memberikan dukungan, baik dukungan berupa sebagai relawan maupun dukungan finansial.

Menariknya dari uraian yang disampaikan oleh Al Fatih Timur terkait crowdfunding,  seperti yang  telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa nilai crowdfunding sudah mengakar kuat dalam nilai dan budaya bangsa kita. Al Fatih menuturkan mengenai crowdfunding melekat dengan nilai-nilai budaya adat Baralek Datuak Minang Kabau yang dilakukan di kampung halamannya di tanah Minang, yang kebetulan dialami sendiri oleh keluarganya, yaitu acara adat yang  dikhususkan untuk suatu keluarga, maka keluarga-keluarga lain dalam daerah tersebut secara sukarela memberikan bantuan dan kontribusi untuk menyukseskan acara keluarga tersebut. Kontribusi bisa berupa makanan, peralatan upcara adat, bahan bangunan, kontribusi tarian prosesi adat, hingga bantuan berupa uang tunai yang diberikan ke keluarga tersebut.

Proyek #SaveMaster KitaBisa (KitaBisa)
Proyek #SaveMaster KitaBisa (KitaBisa)

 

Proyek Bangun Panti Bina Balita Ceria (KitaBisa)
Proyek Bangun Panti Bina Balita Ceria (KitaBisa)

 

Saya pribadi sebelumnya pernah mendengar konsep crowdfunding tersebut, dan mengetahui mengenai situs-situs seperti Indiegogo, Kickstrater, dll. Namun keingintahuan saya semakin besar, semenjak games Dreadout sukses besar melalui metode crowdfunding  tersebut, serta dapat terus melanjutkan  pengembangan game dan memberikan update kepada para pendukungnya, yang awal pendanaannya didapatkan melalui Kickstarter tersebut. Dan bagi saya sendiri, bisa menjadi catatan tersendiri kedepannya, bahwa siapapun termasuk saya serta anda pengunjung  dan pembaca blog ini, bisa melakukan hal tersebut didukung oleh proyek yang memiliki ide, konsep, rencana, dan implementasi yang baik serta kreatif, dan tentunya didukung oleh pihak terkait.

Saat ini telah ada beberapa situs crowdfunding yang telah hadir di Indonesia, namun KitaBisa mencoba masuk dengan keunikan tersendiri, meski proyek yang bisa diajukan ke KitaBisa bermacam-macam jenisnya, namun semenjak awal KitaBisa berfokus pada proyek dan kegiatan sosial, serta disisi lain didukung oleh berbagai pihak yang memiliki reputasi baik, serta telah memiliki jaringan tidak hanya di Indonesia, namun sudah memasuki jaringan crowdfunding global, sehingga kedepannya bisa berkolaborasi disisi lokal dan global. Semoga dengan kehadiran KitaBisa sebagai platfrom crowdfunding aseli buatan Indonesia, dengan wajah barunya di peluncuran situs versi 2.0 ini, kedepannya semakin banyak proyek-proyek  berbasis sosial kemasyarakatan yang mampu membantu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada, serta membawa angin perubahan yang positif untuk kemajuan Indonesia.

Event KitaBisa versi 2.0 (Ardika Percha)
Event KitaBisa versi 2.0 (Ardika Percha)

 

Tautan Luar :

  1. Definisi Crowdfunding di Wikipedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Crowdfunding
  2. Definisi Crowdsourcing di Wikipedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Crowdsourcing
  3. Situs Crowdfunding KitaBisa : http://kitabisa.co.id/
  4. Situs Crowdfunding Indiegogo :  https://www.indiegogo.com/
  5. Situs Crowdfunding Kickstarter : https://www.kickstarter.com
  6. Situs Crowdfunding Start Some Good : http://startsomegood.com/Venture/the_asrc_food_justice_truck/Campaigns/Show/the_asrc_food_justice_truck
  7. Situs Rumah Perubahan : http://www.rumahperubahan.co.id/
  8. Situs Game Dreadout : http://dreadout.com/

 

Social Media Festival 2013

Panggung & Pembicara 1

Pada bulan Oktober 2013 yang lalu, para penggiat komunitas hingga pengguna social media seperti Twitter, Facebook hingga Instagram berkesempatan datang ke event fenomenal untuk pecinta social media Indonesia, yaitu Social Media Festival. Seperti yang disampaikan di rilis resminya di situs resmi Social Media Festival 2013 Social Media Festival adalah event tahunan yang sudah diadakan sejak tahun 2011 dan Social Media Festival telah menjadi panggung bagi komunitas, usaha rintisan (startup) di bidang teknologi, dan gerakan social media untuk berkegiatan secara offline dengan diisi  berbagai kegiatan dari gathering, meet up, workshoptalkshow, pertunjukan musik, hingga bazaar.

behind the scene

Social Media Festival tahun ini dilaksanakan pada 12-13 Oktober 2013 di fX Sudirman Jakarta, digawangi oleh Provetic, Hello Motion, dan Trenologi, hadir dengan tema yang provokatif, “We Dare to Share”, yang akan menguji keberanian dan ketahanan dari segenap entitas Social Media Indonesia dengan konsep acara 24 jam non stop, serta menjadi kegiatan offline Social Media pertama di Indonesia yang menggunakan konsep 24 jam event, sesuai salah satu  keunggulan media satu ini, yaitu media sosial yang bisa diakses dan digunakan kapan saja selama 24 jam.

socmedfest 1
jepret-jepret di Social Media Festival
Acara ini diramaikan oleh paling tidak 106 komunitas dan 9 perusahaan rintisan digital (startup), yaitu di antaranya adalah komunitas Change.Org Indonesia, ID_AyahASI, Indonesia Berkebun, the Museum Project, MindTalk, dan banyak komunitas lainnya.
socmedfest 2

Di event ini pengunjung dapat bertemu selebtwit seperti mas Shafiq Pontoh sang penggiat komunitas sekaligus panitia Social Media Festival serta bang Wahyu Aditya yang dikenal dengan Hellomotion-nya, kali ini selaku ketua panitia Social Media Festival tahun 2013, serta banyak juga selebriti dunia maya lainnya, yang ikut meramaikan festival kali ini, yang bisa digunakan untuk saling berdialog dan berdiskusi secara tatap muka langsung.

Salah satunya yang menarik perhatian, ada beberapa komunitas yang menyediakan properti unik seperti dari komunitas Change Indonesia yang menyediakannya, agar pengunjung berkesempatan untuk berfoto memakai properti tersebut dan sebagai ajang promosi komunitas dengan menyampaikan message positif melalui properti tersebut. Sebagai informasi, komunitas change.org merupakan sebuah wadah gerakan perubahan berdasarkan petisi online dengan menarik simpati dan memberikan dukungan via dunia maya di situs tersebut.

change, peace, victory
minum untuk perubahan lebih baik

Lalu yang menarik perhatian selain booth & stand dari komunitas tersebut, yang menjadi ajang kopi darat, diskusi, berkenalan, bersosialisasi tatap muka, juga ditemui beberapa pengunjung & peserta “ber-cosplay ria” seperti zombie-zombie (dari komunitas Zombie Indonesia) berkeliaran mencari korban di area Social Media Festival atau ada aksi “teatrikal” seorang yang sedang melakukan yoga ditengah ramainya kerumunan festival ini!!

zombie 1
zombie 2
zombie duduk manis
semedi or yoga or…

Selain keriuhan tadi, juga diramaikan dengan berbagai games dan quiz dadakan di arena Social Media Festival, sehingga pelaku quiz hunter or gratisan hunter bakalan ‘terhibur’  dengan hadiah bertebaran pernak-pernik & merchandise dari berbagai komunitas maupun sponsor tersebut

Serta tentunya juga di event ini dipenuhi oleh berbagai ajang diskusi dengan narasumber kompeten yang berbagi informasi dari isu pengembangan komunitas hingga topik-topik teknis yang tersedia di workshop. Untuk tema dan jadwal acara lebih detailnya, dapat mengunjungi halaman Facebook Social Media Festival

siapa yang mau jawab??
panggung & pembicara 2

Dari gaung dunia maya dan pengunjung ke festival ini, yang mampu mengumpulkan puluhan hingga 100 lebih komunitas, serta antusias penggiat social media serta pengunjung yang tumplek blek di fX Sudirman, bisa dilihat festival telah berlangsung sukses.

Dengan adanya festival ini tidak hanya bertemu, bersosialisasi, & bertatap muka, namun juga sebagai media pembelajaran dengan adanya berbagai talkshow dan workshop terkait media sosial tersebut, untuk mendukung dan bahkan meningkatkan kualitas hidup, serta memajukan komunitas dan pengguna social media di Indonesia.

Dan Social Media Festival 2013 terkahir ini ditutup pidato dari panitia penggiat Social Media Festival dan disertai hiburan dari Project Pop, yang menambah keriuhan serta menjadi puncak acara seremonial dari penutupan festival ini.

Semoga Social Media Festival yang terakhir ini bisa diserap serta dipelajari energi positifnya, dan dapat bermutasi menjadi bentuk lainnya, menjadi lebih baik lagi, serta lebih memajukan Indonesia secara progresif, dan menjadi salah satu pilar pendukung penting dalam pengembangan industri kreatif Indonesia di bidang teknologi informasi.

Project Pop 1
Project Pop 2
Tika meluk Shafiq!!
saatnya foto-foto Project Pop
closing ceremony

Sumber :

  1. http://socmedfest.org/about/
  2. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/digelar-24-jam-non-stop-social-media-festival-resmi-dibuka

Compfest UI 2013

 

Pada bulan lalu saya berkunjung ke salah satu event IT tahunan di Kampus UI Depok untuk mengetahui perkembangan teknologi IT dari sudut pandang mahasiswa UI serta apa yang akan jadi topik atau tema IT yang menarik saat ini. Sebelumnya saya juga pernah datang pada event ini di tahun 2009, dan pernah saya bahas pada artikel saya di  Computer Festival UI 2009.

Seperti yang disampaikan pada rilis resmi di situs CompFest, Computer Festival merupakan one-stop IT event tahunan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang terdiri atas rangkaian kompetisi, roadshow, seminar, playground, dan entertainment.

 

CompFest UI tahun 2013 memiliki tema “Facing National Development Towards Innovation and Collaboration – FANTASTIC” yang bertujuan untuk memacu dan meningkatkan kolaborasi antar akademisi, lembaga pemerintahan, perusahaan, start-updeveloper, dan komunitas agar mendapatkan hasil inovasi terbaik untuk kemajuan IT di Indonesia.

Berikut beberapa aktivitas di event CompFest UI 2013 yang saya dokumentasikan :

 

1. riuh ramai – startups

2. riuh ramai – startups part 2

3. riuh ramai – academics & communities

4. finalis kompetisi 

 

5. i`m @ Compfest

 

6.  katakan cinta versi compfest ?!?!

7.  sudut penukaran poin : gosip girls

8.  sudut penukaran poin : tebar merchandise

9.  narsis compfest

10. area luar compfest

11.  sang maskot compfest

12.  spot nyaman

13.  sang biduan 

14. the show

15. menunggu momen

16. penunggu tribun 

17.  tim hore-hura

18. sang ketua panitia yang berkacamata

Sumber :

http://compfest.web.id/

 

Seri Foto Panitia & Fasilitator Festival Gerakan Indonesia Mengajar

  Selain berpartisipasi dengan bekerja bakti di Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang saya tulis di artikel blog  yaitu Ulasan Festival Gerakan Indonesia Mengajar, saya juga gatal untuk mendokumentasikan beberapa aksi dari kawan-kawan panitia-fasilitator yang telah bekerja keras membantu dan memfasilitasi #KerjaBakti tersebut.

So enjoy Seri Foto Panitia & Fasilitator Festival Gerakan Indonesia Mengajar  yaa… maaf-maaf jika jepretannya ada yang tidak berkenan, maklum (sok) paparazzi dan candid bro sis  🙂

1. penunggu meja registrasi

 

2. tim biru siap 🙂

 

3. ibu-ibu lagi sibuk

 

4.  seksih dokumentasih

 

5. muncul tiba-tiba o_o

 

6.  3 serangkai penjaga pintu

 

7. Sang Pembuka Acara (di Kelas Orientasi)

 

8.  Cewek Paser Kaltim 🙂

 

9. bonito

 

10.  tim bincang biru

 

11.  fairy tale

 

12. ibu-ibu kalau lagi kumpul, biasanya…… (isi titik-titik)

 

13. ibu-ibu kalau lagi kumpul, biasanya…… (isi titik-titik) part 2

 

14. katanya sih bidadari turun dari pohon ijo dibelakang tuh 😀

 

15. riri riza 😀

 

 

16. eeehhh ijo ijo 🙂

 

 

17.  walkie talkie girl

 

 

18. narsis bareng pak Anies

19. cerah

20. always connected

 

 

 

–The End–

 

 

Festival Gerakan Indonesia Mengajar

 

Pada Sabtu 5 Oktober yang lalu, bertempat di Ecovention Hall Ancol, saya berkesempatan mengikuti dan berpartisipasi dalam acara sosial bertajuk Festival Gerakan Indonesia Mengajar  dengan tujuan mendukung gerakan pemberdayaan dan memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. Festival ini merupakan salah satu inisiatif yang diprakarsai oleh gerakan Indonesia Mengajar, yaitu sebuah gerakan pemberdayan pendidikan dari, oleh, dan untuk anak muda Indonesia. Seperti yang dituturkan oleh Indonesia Mengajar dalam rilis resminya, yaitu disarikan sebagai berikut :

 “Indonesia Mengajar meyakini bahwa kehadiran putra-putri terbaik Indonesia sebagai guru akan ikut mendorong peningkatan kualitas pendidikan kita. Melalui Indonesia Mengajar, para calon pemimpin memiliki kesempatan mengembangkan pemahaman akan akar rumput Indonesia, yang beraneka ragam dan memiliki persoalan-persoalan yang juga kompleks. Indonesia Mengajar memfasilitasi para guru tersebut (disebut Pengajar Muda ) untuk tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama  satu tahun. Mereka bekerja di sekolah dasar dan tinggal di rumah penduduk bersama keluarga baru mereka. Tantangan, hambatan dan segala pengalaman akan membentuk karakter kepemimpinan sekaligus merajut tenun kebangsaan yang lebih kokoh”

jika ingin tahu lebih lanjut mengenai Indonesia Mengajar, cekidot link situs ini  siapa tahu berminat dan ingin berpartisipasi lebih lanjut menjadi Pengajar Muda..     Oke masbro & mbaksis.. kita kembali ke Festival Gerakan Indonesia Mengajar  🙂  Ayo #KerjaBakti

 

Untuk saya pribadi, yang dahulu suka beraktivitas di berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan sosial  (dan menjadi (sok) aktivis 🙂 haha)  konsep dari festival ini menurut saya cukup orisinal dan fresh, yaitu membuat suatu konsep  acara yang sesuai dengan filosofi kehidupan kita sebagai orang Timur, khususnya orang Indonesia yang (sebenarnya) suka kerja bakti serta gotong royong dalam membantu sesama.

Daaann hasilnyaaa di festival ini, tuumpaah ruuaah.. tumplek blek!! terlihat ketika saya mulai dari pagi hari, yaitu semenjak dari pintu masuk Ancol, dalam perjalanan, hingga memasuki pintu masuk festival ini, serta ketika sudah didalam gedung tersebut, terlihat sudah ribuan orang telah datang dan meramaikan festival ini dari berbagai kelompok, institusi, individu, keluarga, kampus… semua orang berpartisipasi dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar ini!!  haha #lebay 😀

Filosofi #KerjaBakti dan gotong royong yang Indonesia banget, dipadu dengan konsep permainan #KerjaBakti yang menurut saya seperti #KerjaBakti dalam suatu wahana-wahana permainan tersendiri, yang dimainkan baik secara individu dan sebagian besar diarahkan bermain dilakukan secara berkelompok, sehingga setiap wahana kita berkesempatan bermain dengan orang yang berbeda serta dibuat acak. Dengan bermain secara kelompok tersebut, kita bisa saling mengenal relawan-relawan lain, sehingga terjalin jejaring relawan, lalu bisa berdiskusi, mendengar kisah dan cerita lucu seru mereka, sekaligus saling bekerja sama dalam wahana-wahana permainan tersebut. Berikut wahana permainan yang ada di Festival Gerakan Indonesia Mengajar :

Saya pribadi suka bermain dalam permainan dan berkompetisi, sehingga #KerjaBakti tersebut saya anggap seperti wahana permainan, dan ada beberapa wahana permainan yang mengharuskan kita saling berlomba paling cepat, paling lengkap, paling baik, dan paling kreatif dibandingkan dengan kelompok lainnya, dibantu serta difasilitasi oleh pihak panitia melalui fasilitator wahana tersebut.

Jika kita bisa menyelesaikan suatu permainan tersebut, maka akan mendapatkan semacam badge berupa stiker-stiker yang ditempelkan di name tag kita masing-masing sebagai recognition atas kerja bakti ini.. lucu juga yaa konsep badge ini sebagai suatu reward and recognition-nya menurut saya  🙂

 

Dari acara festival ini, saya pribadi mendapat semacam insight, bahwa diluar sana masih banyak individu, kelompok, institusi, dan banyak orang yang (masih) peduli serta mau berbuat dan berbagi untuk sesama (diluar pemahaman dan pengetahuan saya untuk motif serta agenda masing-masing peserta relawan tersebut, yang berkontribusi di festival ini), serta masih banyak orang diluar sana yang (masih) berpikir optimis dan positif untuk (pendidikan) Indonesia.

Untuk saya, festival ini bisa menjadi semacam wadah, tempat berkumpul, rumah untuk melakukan sebuah aksi nyata, sebuah aktualisasi diri untuk membantu sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.. langkah dan aksi kecil  yang saya lakukan ini, (mungkin) kurang berdampak, namun jika dilakukan serentak dan dilakukan secara masif-massal seperti yang dilakukan di Festival Gerakan Indonesia Mengajar untuk Indonesia yang lebih baik, maka menurut saya dapat memberikan efek domino dan dampak yang luar biasa, serta membuat saya pribadi menjadi lebih optimis dan berpikir positif, tidak hanya untuk Indonesia, namun kehidupan saya sendiri.

Festival Gerakan Indonesia Mengajar menurut saya bisa menjadi pintu gerbang baik setiap individu maupun institusi yang terlibat untuk berbuat lebih banyak lagi di masa depan, yang berawal dari ajang kerja bakti dan gotong royong di festival ini, untuk dapat berjejaring serta bekerja sama dan berdiskusi lebih lanjut, serta membuat inisiatif berupa kegiatan maupun program lain di masa depan, untuk mendukung pemberdayaan masyarakat Indonesia di bidang, minat dan kemampuan masing-masing, sehingga festival ini dapat menjadi pendorong serta katalisator untuk kegiatan yang bersifat kolaboratif selanjutnya di masa depan.

Selain itu, untuk saya pribadi.. event, acara, kegiatan seperti ini, bisa membuka mata saya kembali dan dengan mengkutip quotes terinspirasi dari Festival Gerakan Indonesia Mengajar yaitu sbb :

“Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Lakukan aksi nyata.

SEKARANG!!”

 

TERIMAKASIH untuk fasilitator, panitia, dan relawan, serta semua pihak yang terlibat dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar.

Sumber :

1. http://festival.indonesiamengajar.org/

2. https://indonesiamengajar.org/

Pop Con Asia 2013 : pameran untuk industri kreatif Indonesia

 

Pada bulan Juli lalu di Senayan Jakarta, setelah mendapat info dari teman & kabar dari media sosial, saya berkesempatan untuk mengunjungi yang katanya event pop culture yang bakalan gede-gedean berisi berbagai both &  showcase dari industri kreatif Asia khususnya Indonesia, dari komik, games, anime, film, hingga musik & mainan.

 

Dengan segala keriuhannya, saya sudah terhibur daengan aura kreatif yang muncul, baik dari desain both yang unik, barang yang dipajang, orang & komunitas yang ramah, & lucu pada beberapa pengunjung yang datang ber-cosplay, hingga alunan musik khas kartun.. khas anime 😀

beberapa yang “ber-cosplay” dari yang “standar” hingga yang sifatnya “ekstrem” namun semua keramaian tersebut, menambah riuh ramainya acara, seperti cosplay mahluk bersarung batik, cosplay dengan seragam militer dengan senapan otomatisnya, hingga ber-zombie seperti serial Walking Dead hahaha 😀

 

yang membuat saya cukup terkejut bin surprise, banyak pengembang games & kartunis dengan berbagai merchandisenya, saya juga sempat ngobrol & mencoba beberapa games buatan developer dari studio games lokal maupun dari beberapa distributor games yang memasarkan games asing ke pasar lokal.

 

 

Event seperti ini menurut hemat saya terus digalakkan, agar perkembangan industri Indonesia kreatif dapat diketahui oleh masyarakat umum, sehingga lambat laun dapat menjadi raja di negeri sendiri ditengah serbuan global.

 

 

Starbucks meng-invasi UI Depok

 

Saya tergolong sering ke Depok, tapi jarang “blusukan” sampai ke kampus tercinta tersebut. Setelah sempat heboh dengan isu pembangunan perpustakaan terbesar & termegah (katanya) di Indonesia, sang “Crystal Knowlede” akhirnya kompleks perpustakaan tersebut jadi juga, lalu nama yang diberikan juga cukup bombastis & terkesan canggih, dan hasil akhirnya memang terkesan bagus juga. Lalu di perpustakaan tersebut ternyata ada beberapa toko, bank, daann ada Starbucks, kafe, restoran juga, hahaha semacam mall ya kompleks perpustakaan ini.  Mau dibilang isu komersialisasi kampus, seperti kampus tetangga di IPB Bogor, yang sebagian besar lahan kampusnya dijadikan mall megah Botani Square, toh saya menikmatinya 😀

Ngomong-ngomong  pas berkunjung ke perpustakaan UI tersebut, saya pada pagi harinya kebetulan bersama teman-teman  ada kondangan nikah teman di Jakarta (makanya kami berpakaian batik semua di foto diatas hehe.. oia makasih untuk Ilham yang sudah foto kita yak), dan setelah bersilaturahim & makan-makan, kami memutuskan untuk  nostagia dadakan ke kampus Depok, sekalian menyambangi  perpustakaan tersebut, sekaligus ngafe, menikmati kopi-camilan & ngobrol-ngobrol, serta menikmati sisa hari sekalian reuni bersama teman terkasih 🙂