Di akhir pekan kemarin cukup seru & bisa refresing setelah semingguan penat bekerja (meski cuma kerja 3 harian saja, maklum minggu lalu ada 2 hari libur nasional). Bukan soal kerjaan, cuma yang sebenarnya yang menjadi fokus perhatian yaitu ketika anak sakit, hingga semingguan lalu tidak sekolah (meski ada libur nasional 2 hari tersebut). Karena momen anak sakit, maka enin dan ate nya pun jadi berkunjung inap dirumah, dan rumah pun jadi ramai.
Alhamdulillah di akhir pekan kemarin, anak pun sudah beranjak dari kasur dan kamarnya, sudah mulai jalan-jalan keliling dalam rumah, dan mulai bermain, ditambah ada kehadiran eninnya, menjadi semacam “vitamin” tambahan bagi sang cucu tersebut, dan bisa dikatakan sudah dalam tahap sembuh & recovery.
Buka Puasa
Melihat kondisi anak yang bertahap sembuh tersebut, dan ingin mengajak jalan-jalan sekaligus makan di luar, maka kami putuskan kita ngemol dan berbuka puasa plus silaturahim dengan mengundang papamama (eyang) dan semua adik (om). Seperti yang sudah direncanakan kami putuskan datang jauh sebelum jam buka puasa, dan Alhamdulillah dapat tempat lebih dulu. Sambil menunggu sekitar sejaman sebelum buka puasa, anak pun bermain bersama semua omnya dengan gembira.
Kita beruntung sudah dapat tempat duluan, karena kalau dilihat semua restoran dan tempat makan di mall itu penuh full dan masih ada antrian mengular (waiting list). Memang luar biasa acara buka puasa bersama ke dampak ekonomi secara langsung bagi industri ritel, khususnya F&B.
Kalau dilihat pola konsumsi mungkin sama saja meski berpuasa, bahkan mungkin dari sisi total rupiah jadi menggelembung lebih banyak! Di sisi rumah tangga seperti saya ini, mungkin jadi sedikit lebih boros, dan terkesan kurang baik, tapi dari sisi bisnis ritel dan mungkin dari sisi ekonomi nasional, kegiatan semacam buka puasa bersama di mall ini bisa jadi menjadi penggerak positif ekonomi nasional.
Ekonomi Ramadhan
Dari baca-baca koran di internet, Bank Indonesia pun sudah merencanakan dan mulai menggulirkan kegiatan apa yang disebut front loading yaitu kegiatan terkait perputaran uang nasional. Dilansir dari Kompas di periode waktu Ramadhan kali ini angka realisasi perputaran uang meningkat sebesar 4,65% yaitu naik menjadi Rp. 197,6 T, dimana angka ini lebih besar dibandingkan periode Ramadhan tahun 2023 lalu.
Meski peredaran uang meningkat, dari pimpinan BI juga menyampaikan via Kompas, bahwa ada kecenderungan ekonomi nasional melambat, meski pertumbuhan ekonomi masih positif diatas 5 persenan. Hal ini sebenarnya karena dampak lonjakan harga kebutuhan pokok, terutama beras sebelum bulan puasa plus meningkatnya biaya hidup secara umum, serta ada dampak dari Pemilu lalu, dan dampak konsumsi kelas menengah yang mengalami perlambatan juga.
Nah.. omon-omon soal langka dan mahalnya harga beras (termasuk kebutuhan pokok lainnya) juga disinggung di postingan mikroblog yang lalu dengan melihat situasi sekarang maka berdampak ke ekonomi kita semua. Yang saya lihat semua poin-poin ekonomi sedang susah bin sulit sudah terbaca dari pertengahan 2023 lalu dan sudah diperingatkan Bos Jokowi jauh-jauh hari.
Yaa namanya juga rakya jelata seperti kita menjadi harus lebih mawas diri, maunya sih berkontribusi ke ekonomi nasional dengan makan dan belanja, cuma memang harus lebih ketat dan pilih-pilih dimana momen kita “buang uang” atau “bakar duit”, tanpa melewatkan momen penting misalnya buka puasa dan nanti ketika Lebaran, maklum ekonomi sedang tidak baik-baik saja, tapi kita tetap optimis, berusaha sebisa kita, dan berdoa untuk yang terbaik saja.
Tautan Lainnya
- https://fokus.kontan.co.id/news/ramadan-datang-roda-ekonomi-berputar-kencang
- https://news.detik.com/berita/d-6438513/jokowi-dunia-sedang-sulit-dan-semua-kepala-negara-pusing-indonesia-tidak