Setelah berita anak yang sakit diketahui oleh keluarga khususnya abah-enin-nya, maka dari abah-eninnya pun jadi lebih semakin sering ngontak & telpon cucu tercinta, dan enin akan berencana nengoiin datang kerumah. Dari rencana perjalanan Enin diatas, jadi teringat ketika jaman dahulu kala ketika istri masih stay di Bandung dengan anak tercinta, karena sikon itu saya jadi menjalani kegiatan PJKA, yaitu Pulang Jumat (ke rumah Bandung) dan Kembali Ahad (kembali di hari minggu balik bekerja ke Jabotabek). Ketika ber-PJKA tersebut, saya sering menggunakan fasilitas dan moda transportasi kereta api untuk perjalanan Jabotabek – Bandung PP.
PJKA
Saya meilih kereta api karena memang perjalanan aman, nyaman, tepat waktu, dan ketika di kereta ada WC apik (maklum sering ke WC ketika itu), ada mushola, dan kita bisa makan minum dengan nyaman di kereta restorasi. Dari stasiun Gambir/Pasar Senen ke stasiun Bandung/Kircon PP dengan menggunakan kereta Argo Parahayangan Premium atau Serayu Ekonomi, tergantung jadwal perjalanan serta ketersedian tiket dan isi dompet 😀
Saya jarang dan menghindari menggunakan moda transportasi selain kereta api, contohnya bis dan travel, karena ketika itu di bis atau travel waktu keberangkatan dan ketersediaan tidak jelas, lalu seringkali durasi perjalanan menjadi ngaret karena beragamn hal termasuk soal macet atau bis mogok, plus kadang fasilitas WC tidak memadai, apalagi tidak nyaman untuk makan. Maklum dari jam setelah kerja hingga jadwal pulang waktunya sangat mepet, terkadang tidak sempat beristirahat, sholat (akibatnya jadi terpaksa musafir mode ON), dan tidak sempat makan malam, karena kalau terlambat dan terlalu malam menjadi jadi sangat melelahkan.
Kalau menggunakan kereta waktu itu membutuhkan waktu sekitar 3 jam, yang membedakan kalau naik Serayu atau Parahayangn ketika itu kalau tidak salah ada perbedaaan waktu tempuh sekitar 30 menitan, tapi yang poin penting lainnya yaitu soal kenyamanan plus soal waktu keberangkatan on-time dan ketersediaan kursi. Jikalau naik bus bisa memakan waktu sekitar 3,5-4,5 jaman, sedangkan naik travel seingat saya kalau tidak salah mirip-mirip naik kereta dari sisi durasi, cuma ya isu di ketersediaan kursi (meski ketika itu ada sistem booking di travelnya) dan risiko kemacetan mirip bus bisa sampai jeda waktu 1-2 jaman di jalan.
Kalau di jaman dulu sudah ada kereta cepat, mungkin saya bakal naik Whoosh terus dalam ber-PJKA, meski keluar uang lebih mahal, karena worthed-it menurut saya, baik dari sisi durasi waktu dan kenyamanan. Dari baca-baca koran di internet, bahwa 64% responden riset tersebut yakin bahwa Kereta Cepat Whoosh berdampak positif lantaran dapat meningkatkan aksesibilitas dan kemudahan perjalanan antarkota, ya semoga menjadi alternatif transportasi yang mumpuni. Oia saya lupa menginfokan di awal bagi yang tidak tahu penggunaan kata PJKA. Jadi kalau PJKA itu sebutan jadul untuk BUMN PT KAI, yaitu disebut PJKA yang merupakan singkatan dari Perusahaan Jawatan Kereta Api Indonesia, so tepat banget kan PJKA yang saya lakukan dengan naik kereta milik PJKA 🙂
Tarawih
Di awal Ramadhan seperti yang saya paparkan di postingan mikroblog sebelumnya yaitu fokus perhatian saya ke perawatan anak sakit, maka saya dan istri jadi berbagi waktu untuk menjaganya, dan mohon maaf ya Allah saya tidak sempat sholat tarawih ke masjid/musholla seperti tahun-tahun sebelumnya. Nah.. karena enin telah datang, maka sang anak pun jadi mau ditinggal dan kangen juga dengan eninnya, jadi pengen bersama enin, selain itu memang dari awal saya sudah meniatkan mau tarawih ke masjid.
Setelah masuk waktu Isya, saya pamit ke masjid untuk sholat tarawih perdana dan tadi entah tiba-tiba saya merasa ada perasaaan damai dan bersemangat ketika pergi mau sholat tarawih itu. Ternyata memang ada penelitian ilmiah yang telah dilakukan terkait sholat tarawih tersebut, seperti yang saya kutip dari artikel Republika, yaitu Ibrahim B. Syed, seorang dokter dan presiden Islamic Research Foundation International, dalam esainya Manfaat Medis dari Sholat Tarawih yang dipublikasikan di situs web IRFI, seperti dilansir About Islam, menyebutkan berbagai manfaat tarawih bagi kesehatan fisik, emosional, dan mental.
Menurut Syed, sholat tarawih, seperti halnya sholat yang dilakukan oleh umat Islam, memiliki efek yang sama pada tubuh dan pikiran seperti olah raga ringan. Sholat Tarawih meningkatkan suasana hati, pikiran dan perilaku dengan cara yang sama seperti olahraga. So.. antara pengalaman pribadi dan kajian ilmiah tersebut nyambung yah, jadi semangat beribadah di ramadhan kali ini, meski terkadang niat baik ibadah ini harus bergantian dengan niat baik lainnya (contohnya merawat anak sakit).
Tautan Lainnya
- https://civil.ui.ac.id/wp-content/uploads/2023/05/191-198.pdf
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/13/apa-saja-dampak-positif-kereta-cepat-whoosh-menurut-warga-berikut-hasil-surveinya
- https://ramadhan.republika.co.id/berita/rsw9om366/penelitian-tunjukkan-manfaat-besar-sholat-tarawih-bagi-kesehatan