Pada kesempatan kali ini, saya datang ke acara bertajuk #ArisanSP (Arisan Street Photography). Acara arisan ini diadakan dengan konsep acara berupa ajang silaturahim antar komunitas dan penggiat street photography serta sekaligus ajang diskusi mengenai perkembangan street photography di daerah Jakarta dan sekitarnya. Khusus untuk acara bertema street photography, acara ini merupakan kali kedua saya bisa datang. Acara yang pertama yaitu Jambore Street Photography yang pernah saya ulas di artikel blog saya. Acara jambore tersebut merupakan acara perdana di Indonesia yang mengumpulkan komunitas dan penggiat street photography di level nasional.
#ArisanSP yang diselenggarakan pada 23 Agustus 2014 yang lalu, bertempat di bilangan Tebet Jakarta merupakan arisan kedua (dikenal dengan hashtag #ArisanSP2) yang diselenggarakan oleh komunitas penggiat dan penikmat fotografi dengan pendekatan street photography. Kali ini yang berkontribusi dan berkesempatan berbagi adalah komunitas Street Banditos. Arisan kali ini mengangkat topik mengenai bagaiman kita membaca sebuah foto dengan pendekatan visual literacy yang disampaikan oleh mas Halbet Cahyadi Putra yang setahu saya juga aktif di Komunitas street photography bi-Ru (bingkai ruang publik).
Di awal acaran #ArisanSP dimulai dengan sesi perkenalan peserta yang telah hadir, yaitu salah satunya perwakilan dari komunitas bi-Ru (bingkai ruang publik), komunitas ISTRIE, komunitas Sidewalker Asia (SWA), serta hadir pula beberapa penggiat fotografi dari berbagai tempat. Kemudian dipaparkan mengenai latar belakang dari pelaksanaan acara #ArisanSP tersebut, dan selanjutnya dijelaskan mengenai profil dari komunitas Street Banditos sebagai host di #ArisanSP kali ini, yang disampaikan oleh mas Fahmi. Sesi perkenalan komunitas Street Banditos tersebut menceritakan proyek-proyek kreatif yang telah dibuat oleh Street Banditos, yang hingga saat ini telah menghasilkan 4 proyek, dari proyek “Dear Jakarta” yang perdana, hingga proyek “Geo Metro” terakhir yang menggambarkan bentuk-bentuk geometris Jakarta dalam bentuk fotografi.
Saya pribadi mengenal komunitas Street Banditos melalui penelusuran di dunia maya mengenai perkembangan fotografi beserta komunitas fotografi yang tumbuh di Indonesia. Ketika itu saya tertarik atas proyek fotografi yang mereka lakukan, yaitu proyek “Railways Runaway” di tahun 2012, yang mendokumentasikan serta menceritakan tentang realitas Jakarta dan sekitarnya termasuk kehidupan urban perkotaan, lingkungan, dan kondisi sosial masyarakat yang hidup disekitar rel kereta dari Manggarai hingga Bogor.
Kemudian acara pun dilanjutkan dengan sesi workshop, yaitu pemaparan dan diskusi mengenai visual literacy. Mas Halbet menyampaikan tujuan mengapa kita mempelajari dan membahas visual literacy untuk pendekatan membaca sebuah foto yaitu :
- dengan visual literacy kita dapat menceritakan melalui kata-kata apa yang kita lihat untuk diri sendiri
- dengan visual literacy kita dapat mengkomunikasikan apa yang kita lihat kepada orang lain dengan baik
- dengan visual literacy kita dapat membuat kritik dan inteprestasi terhadap sebuah gambar/foto dengan lebih akurat
Dan mas Halbet pun menyampaikan beberapa tahapan yang direkomendasikan dalam ber-visual literacy ria, yaitu dari tahap melihat foto tersebut (Look), selanjutnya memperhatikan secara keseluruhan foto tersebut dengan mendalam (See), lalu mencoba menjelaskan elemen apa saja yang ada di foto tersebut (Describe) seperti elemen garis, warna, kontras, bentuk, emosi, dsb.
Kemudian dari tahap selanjutnya masuk ke tahap menganalisis terkait elemen foto teresebut dengan konteks yang diketahui oleh kita selaku pembaca (Analyze), dan akhirnya mengintepretasikan pesan apa yang ingin disampaikan oleh foto tersebut, yang dibuat oleh fotografer bersangkutan (Interpretation).
Dalam pemaparan tersebut juga disertai diskusi interaktif bersama teman-teman peserta #ArisanSP, serta sekaligus mencoba membaca beberapa contoh foto bersama-sama. Menariknya dari diskusi bersama tersebut, antara satu orang dengan orang lainnya ternyata beberapa memiliki pendapat berbeda dalam membaca satu foto, sehingga memperkaya jalannya diskusi sekaligus sebagai ajang saling bertukar pikiran serta memperluas ilmu dan wawasan sesama penikmat dan penggiat street photography dalam acara #ArisanSP tersebut.
Terkait sesi workshop tersebut, mas Halbet juga menyampaikan bahwa bahasan visual literacy tidak cukup hanya dengan diskusi tersebut, namun apa yang disampaikan dan didiskusikan bersama bisa menjadi tahapan dan pijakan awal untuk mempelajari lebih dalam lagi bagaimana kita membaca sebuah foto dengan baik dan benar. Beliau juga menambahkan dan merekomendasikan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai konsep Gestalt untuk alternatif membaca suatu karya foto terkait visual literacy.
Saya pribadi sangat mengapresisasi positif adanya acara diskusi fotografi seperti ini, terutama fotografi yang menggunakan pendekatan street photography. Dengan adanya acara tersebut, dapat memperkaya dunia fotografi Indonesia apapun genre serta jenisnya, sehingga memiliki variasi kegiatan selain “hunting bareng” dan berkaitan dengan acara “turun ke jalan”, dan tidak selalu berkutat dengan diskusi teknik fotografi saja, namun kedepannya bagaimana kita bisa membaca dan mengkritisi sebuah foto dengan pendekatan serta metode yang baik dan tepat guna, sehingga secara tidak langsung kita sendiri bisa terus berlatih menghasilkan sebuah foto yang lebih baik, tidak hanya dari sisi keindahan foto saja, namun menjadi lebih khusus kearah pesan apa yang ingin disampaikan dari foto tersebut.
Semoga kedepannya fotografi indonesia semakin ramai, riuh, dan gaduh oleh acara-acara fotografi yang positif seperti ini. Maju terus fotografi Indonesia 🙂
Tautan Luar :
- Situs Komunitas Street Banditos : http://streetbanditos.com/
- Grup Facebook Komunitas bi-Ru (bingkai ruang publik)
- Situs Komunitas Sidewalker Asia (SWA)
- Grup Facebook Komunitas ISTRIE
- Konsep Gestalt: http://en.wikipedia.org/wiki/Gestalt_psychology